Mohon tunggu...
Renggo Warsito
Renggo Warsito Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bapak Rizal Ramli, Saya Ajak Anda Menjadi Pemimpin yang Bijak

16 Januari 2016   03:21 Diperbarui: 16 Januari 2016   03:39 2387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya, Dwi Wahyu Daryoto, seorang 
akuntan, dan sudah bekerja lebih dari 30 Tahun. Sampai tahun 2014 saya bekerja sebagai akuntan publik di salah satu KAP anggota big 4. Tidak seluruh pekerjaan saya berkaitan dengan akuntansi.  Saya meneruskan pendidikan di Jurusan Psikologi terapan UI, sekarang sedang menempuh  program S3 strategi bisnis.

Sama seperti halnya pekerjaan sarjana bidang lain, yang juga banyak diantaranya tidak berhuhungan langsung dengan latar belakang pendidikannya.  Tidak semua sarjana hukum bekerja selamanya di bidang hukum.  Tidak semua wartawan hebat lulusan sekolah jurnalistik.  Tidak semua insinyur bekerja di bidang keteknisan.  Banyak bankir hebat berlatar belakang insiyur.

Bill Gates adalah jebolan Yale Law School yang tidak menyelesaikan sekolah hukumnya. Mc Namara menteri pertahanan legendaris Amerika adalah akuntan dan meneruskan studinya di sekolah bisnis dan manajemen.  Pak Jokowi Presiden yang hebat, jujur, dan berani ini lulusan Fakultas Kehutanan yang tak ada urusan dengan pengelolaan negara yang rumit ini.

Ignatius Jonan seorang akuntan yg berhasil membuat transformasi di PTKAI sehingga lebih sehat dan bisa menyediakan jasa transportasi kereta api dengan baik.

Pak Rizal Ramli, ketahuilah bahwa kompetensi yang harus dimiliki seorang profesional leader itu memang berbeda-beda.  Di level bawah yang dibutuhkan adalah keahlian teknis. Di level menengah, teknisnya makin kurang berganti menjadi managerial. Di level atas, teknis makin sedikit  lagi dan yang hrs dibangun adalah kompetensi konseptual dan memperkuat kompetensi kepemipinan.  Di semua level pemimpin harus memiliki keahlian interpersonal yang kuat.  Tidak bisa seseorang menjadi pemimpin yang efektif jika tak punya empati dan respek, terlebih menjadi pemimpin di era keterbukaan dan egaliter seperti saat ini

Saya rasa Rizal Ramli mengalami kekacauan berfikir dalam menyikapi berbagai isue pembangunan.  Dia mengalami kompleks rendah diri yang akut yang dikompensasi dengan seolah-olah berani menyerang apa saja, sambil terus menerus melecehkan pihak lain.  Sikap merasa benar sendiri yang ditunjukkan terlalu sering sejatinya adalah merefleksikan rasa rendah diri dan perasaan TIDAK AMAN terhadap otoritas dan kapasitasnya.

Sebagai akuntan saya terhina dengan pernyataan Rizal Ramli. Saya  mengajak seluruh akuntan indonesia untuk menyikapi sikap seorang menteri kordinator yang tidak saja jauh dari tata etika, kepatutan, tetapi juga tidak mencerminkan keteladanan sebagai seorang pemimpin.  

Membahas bahwa akuntan konyol, lelucon, dan berbahaya ketika mengomentari hal teknis adalah penghinaan akal sehat, kemampuan kolega dalam bidang manajerial, kapasitas kepenimpinan dan pemahaman akan proses perumusan kebijakan publik.

Ingat bahwa Pak Rizal Ramli adalah jebolan ITB yang tidak lulus, dan meneruskan sekolah sebagai ekonom di amerika. Sepanjang karirnya, sampai sekarangpun tidak ada satupun karya yang patut diingat dan dihargai rakyat, kecuali pernyatan pernyataan kontroversial sebagai seorang pengamat.  

Pak Rizal Ramli, Anda sebaiknya mengubah sikap dengan lebih menghargai kolega yang memang secara otoritas, tanggung jawab dan kompetensi leadershipnya memiliki legitimasi.  jangan membawa persoalan substansi ke arah pertentangan pribadi apalagi membawa bawa profesi akuntan.  

Prof. Dr. Nasir benar beliau seorang akuntan, tetapi dia seorang pemimpin yang pernah jadi Rektor Universitas besar.  Bapak Amien Sunarjadi benar beliau seorang akuntan tetapi keahlian utama beliau adalah membangun sistem kelembagaan, termasuk merancang sistem kelembagaan KPK yang hingga kini masih diakui kredibilitas dan efektivitasnya.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun