Mohon tunggu...
Kean Ananda
Kean Ananda Mohon Tunggu... Seniman - Human who's adore God & The Universe: Artist | Writer | Healer | Backpacker | Song-writer | Singer | Choreographer

I learn to lived, and I lived to learn. Please share with me and let's adore each other: Twitter @thekeyofbliss Instagram @thekeyofbliss E-mail keananda.hl@gmail.com God Bless You, Namaste

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kesadaran: Mereka yang Membisu

28 Mei 2019   09:24 Diperbarui: 28 Mei 2019   09:26 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi ini puisi ku sayu
Dia terdampar setengah malu-malu
Tergores dan terwarna seperti kelambu berhias pilu
Bagaimana pelangi turun dan menghantui umat seluruh penjuru?
Kala itu, hidup seperti tercampur gaduh
Suasana membinasa segala yang riuh
Haruskah setiap bait terbenam titik jenuh?
Aku tak menyangka!
Radar dan kemenangan sedekat itu
Sedang kekuasaan dan pertimbangan adalah hal yang hampir musnah
Dimana setiap Raja dan Ratu tersenyum bak fatamorgana semu
Kau pikir, kekalahan karena tercabik sesuatu yang membiru itu bisu?
Tak seperti itu, nyata nya
Rakyat berbondong berbaris rapi-rapi meski tak sejajar
Berebut petisi yang ditandatangani
Lantas, bagaimana mereka menemukan jemari sendiri?
Sedang tergadaikan nya mahkota adalah sesuatu yang mengenaskan bagi setiap yang memiliki
Apakah satu dari setiap jiwa sudah tak menginginkan sebuah kendali?
Rasa demi rasa terlewatkan dan terpatri
Mendulang kebatinan yang sejati
Tak termiliki
Apakah memang sesuatu yang berulah adalah janji dari sebuah diam menuju gerakan?
Tak terpikir di benak setiap insan bahwa sakit harusnya terobati
Bahwa rindu harusnya bertemu
Maka apalah arti sebuah ulasan untuk hidup yang tak sengaja ini?
Menggambar sebuah pemandangan dan pepohonan?
Menukik leher dan mendongak kan ke langit?
Merebah dan membayangkan puncak istana yang tersohor?
Atau merobek lidah sendiri untuk memastikan bahwa diri masih berdarah-darah?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun