Jiwa dan perjalanan
Kaki dan arus hidup yang bersandiwara
Dimana kau simpan deru nyata dalam setiap langkah?
Aku dan tubuhku singgah di istana yang tak seharusnya
Pukul delapan ku singkap jemari menjadi perapian basah yang kaku
Dengan siapa kau menjalani nya?
Aku melihatmu begitu rapuh dan lusuh
Tidak kah kau sadari, aku memandangmu dengan sangat ragu?
Kesana kemari kau tawarkan senyum dan muka muram bercampur kamuflase jalanan
Dimana seharusnya tinggal dan berada?
Aku memperhatikanmu bagai kupu-kupu bertaburan di langit senja di ufuk Nirwana
Tidak kah kau ingat janji di malam Senin yang sungguh manis?
Kanan dan kiri seolah sandiwara semu ber-label kan abu-abu setengah biruÂ
Arah mana yang harus ku tuju?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H