Ibu Kota DKI Jakarta terkenal dengan kota dengan bangunan megah dan canggih bahkan kerap menghelat event internasional. Mulai dari sepakbola hingga konser skala artis dunia. Sayangnya, kota besar ini dianggap gagal mengatasi urusan kabel optic yang semrawut hingga akhirnya menelan korban.
Seorang pengendara motor bernama Vadim (38) mengalami kecelakaan yang fatal setelah terjatuh akibat berusaha menghindari kabel yang melintang di jalan Brigjen Katamso, Palmerah, Jakarta Barat, pada Selasa 1 Agustus lalu.
Peristiwa serupa juga terjadi awal tahun ini. Sultan Rifat Alfatih (20), seorang mahasiswa, mengalami nasib malang ketika terjerat kabel fiber optik di Jalan Pangeran Antasari, Jakarta Selatan.
Kabel yang terjerat menimpa lehernya, merusak saluran pernapasannya, dan membuatnya kesulitan bernapas. Hingga saat ini, Sultan harus makan dan minum melalui selang NGT silikon karena kondisinya yang memburuk, membuat berat badannya turun drastis dari 67 kg menjadi 47 kg.
Sayangnya, kecelakaan Vadim dan Sultan bukanlah yang pertama, dan dugaan kuat, juga bukan yang terakhir, jika tidak segera ada tindakan serius dalam mengatasi permasalahan tata kelola kabel di Jakarta. Sudah berulang kali insiden serupa terjadi, namun tampaknya pembenahan yang efektif hanya berhenti pada wacana belaka.
Kelalaian yang Berakibat Fatal
Kerusakan kabel fiber optik yang semakin parah di jalanan Jakarta seharusnya menjadi peringatan serius bagi para pembuat kebijakan. Ini berkaitan dengan keselamatan pengendara dan masyarakat umum yang menggunakan jalan raya.
Sayangnya, reaksi pemerintah terkait permasalahan ini nampak seperti tumpang tindih dan kurang serius dalam menghadapinya.
Masyarakat telah lama merasa resah dan protes terhadap kabel-kabel yang menjuntai dan berantakan di banyak tempat.
Namun, tanggapan dari pemerintah terlihat acuh tak acuh terhadap keprihatinan ini. Para ahli pun telah mengingatkan bahwa kasus-kasus kecelakaan ini akan terus berulang jika tidak ada tindakan tegas dalam mengelola tata kelola kabel.