Bukan April Mop, kebakaran kilang minyak Pertamina terjadi lagi di Kilang Pertamina Refinery Unit II Dumai, Riau, terbakar pada Sabtu malam, 1 April 2023.
Publik seperti tak lagi tekejut dengan berita kebakaran kilang minyak milik perusahaan plat merah tersebut, lantaran sudah kerap terjadi.
Belum genap sebulan yang lalu, Depo Pertamina Plumpang mengalami kebakaran hebat. Kilang minyak Cilacap juga pernah terbakar hingga 6 kali. Dan masih banyak lagi peristiwa kebakaran kilang minyak Pertamina.
Tak salah jika publik pernah menuntut mundur Nicke Widyawati sebagai Dirut Pertamina. Namun, apakah hal itu menjadi solusi, mengingat kejadian kebakaran kilang minyak ini sudah berlangsung sebelum Nicke menjabat sebagai orang nomor satu di Pertamina.
Beberapa penyebab kebakaran kilang minyak tersebut antara lain: tersambar petir, bocornya kilang penyulingan, gangguan pada Thermal Oxider, gesekan slot ukur dengan alat pengambil sampel BBM yang tertinggal dalam tangka sehingga memicu percikan api (suara.com, 4/3/2023).
Jika menelusuri penyebab kebakaran tersebut kebanyakan adalah hal teknis. Jika sebatas hal teknis sebenarnya mudah ditangani dan tidak akan terulang kembali.
Misalnya pada kasus tersambar petir. Seharusnya negara bisa mencari teknologi terbaru agar melindungi seluruh kilang minyaknya dari bahaya petir yang memang terjadi secara rutin.
Sebagai negara yang tiap tahunnya pasti mengalami enam bulan musim hujan, tak bisa dihindari petir juga akan ada. Dan jika sudah mengetahui hal tersebut, maka Indonesia seharusnya menjadi negara yang paling ahli dalam mengatasi sambaran petir.
Namun, sayangnya hal teknis ini masih diabaikan. Sehingga permasalahan terbakarnya kilang minyak Pertamina sebenarnya tak berdiri sendiri pada masalah teknis, tapi masalah lain yang lebih besar sehingga problem teknis ini sulit untuk diatasi.
Kebakaran yang dialami depo dan kilang Pertamina tidak bisa dilepaskan dari sistem kapitalisme yang mencengkeram negeri ini.
Tak dipungkiri biaya politik demokrasi membutuhkan banyak dana segar, dimana akhirnya BUMN dijadikan "sapi perah".
Dampaknya ada dana-dana siluman yang tersedot oleh para oknum, sehingga akan mempengaruhi hal teknis. Misalnya ketika dana pengadaan, perbaikan, pemeliharaan dan lain sebagainya terpaksa harus 'disunat'. Sehingga hal teknis tersebut menjadi tak sesuai standar dan ini jelas berbahaya.
Maka solusi teknis memang harus dilakukan bersamaan dengan perbaikan dari sistem kapitalis yang serakah kepada sistem Islam yang rahmatan lil alamin.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitab As-Siyasah As-Syar'iyah menjabarkan kriteria pemimpin yang baik, "Selayaknya untuk diketahui, siapakah orang yang paling layak menempati posisi setiap jabatan. Kepemimpinan yang ideal mempunyai dua sifat dasar, yaitu kuat (mampu) dan amanah.
Sama seperti firman Allah Taala, "Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya." (QS Al-Qashash [28]: 26).(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H