Mohon tunggu...
niqi carrera
niqi carrera Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Sebagai ibu, ikut prihatin dan resah dengan kondisi sekitar yang kadang memberi kabar tidak baik. Dengan tulisan sekedar memberi sumbangsih opini dan solusi bangsa ini agar lebih baik ke depan.

Selanjutnya

Tutup

Financial

"Tradisi" Naik Harga Jelang Ramadhan yang Tak Perlu Dilestarikan

12 Maret 2023   21:55 Diperbarui: 12 Maret 2023   22:10 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Harga naik jelang Ramadhan (pexels.com/Quintin Gellar)

 Masyarakat Indonesia sudah tidak kaget dan maklum jika menjelang Ramadhan dan memasuki bulan puasa, harga barang terutama bahan pokok akan serempak merangkak naik.

Kenaikan harga barang ini seperti tradisi yang sudah lama ada, dan rupanya terus dilestarikan sepanjang hayat.

Dilansir dari laman Supply Chain Indonesia, menurut Kyatmaja Lookman sebagai direktur PT Lookman Djaja, fenomena tahunan kenaikan harga tersebut disebabkan oleh 3 hal:

1. Sifat barang dari bahan pokok

Bahan pokok seperti beras, bawang, gula, daging, dan lain-lain mempunyai komposisi biaya logistic paling tinggi dibanding dengan barang jadi.

Jika bahan baku diolah menjadi barang jadi, maka komposisi biaya logistik ke harga barang akan ikut turun.

2. Jumlah permintaan yang tinggi

Pada saat menjelang puasa, biasanya orang akan belanja lebih banyak untuk menambah stok. Apalagi menjelang Idul Fitri, daya beli warga akan meningkat karena adanya Tunjangan Hari Raya (THR).

Meningkatnya permintaan seharusnya segera diantisipasi dengan persediaan yang mencukupi agar supply sama dengan demand.

Sayangnya, ada kalanya penjual menahan barang untuk membuat ilusi shortage, sehingga harga akan naik, selanjutnya barang dijual ketika harga sudah mengalami kenaikan.

3. Adanya mafia perdagangan

Sejumlah komoditas tertentu ternyata skema transportasinya harus dikirim ke daerah tertentu sebelum ditampung di pasar induk.

Misalnya bawang merah, seluruh bawang dari Indonesia harus dikirim ke Brebes dulu sebagai daerah yang terkenal dengan bawang-bawangan, lalu didistribusikan ke pasar Induk.

Bisa dibayangkan jika bawang dari Sumatera harus ke Brebes dulu lalu dikirim balik ke pasar Induk di Jakarta.

Tentunya mekanisme transportasi seperti ini memakan biaya yang tidak sedikit yang akan berimbas pada harga barang.

Di sisi lain program impor yang dilakukan negara untuk mengantisipasi lonjakan harga juga tidak bisa menjadi solusi tiap tahunnya. Sebab produsen lokal akan merugi dan menyebabkan industri dalam negeri gulung tikar.

Negara harus lebih serius memberantas mafia perdagangan yang sudah sangat meresahkan. Terutama mafia pada kebutuhan pokok dan sembako yang membutuhkan biaya tinggi, akhirnya kekayaan hanya akan berputar pada sekelompok orang saja.

Jika mindset pemerintah berkomitmen melayani rakyat maka pemberantasan mafia bukanlah hal yang sulit. Salah satu caranya bisa dengan menggunakan kecanggihan teknologi.

Misalnya pada Pasar Induk Nusantara yang telah berbasis IT, dimana tempat tersebut menampung barang seluruh pelosok tanah air dan mengirimnya ke semua wilayah Indonesia. Dengan kecanggihan teknologi, maka bisa mengurai dimana letak praktek mafia itu bercokol sehingga mudah dibasmi.

Yang menjadikan masalah mafia ini sulit diatasi jika pejabat ada yang 'main mata' dengan para bos mafia.

Melihat fakta terkini sejumlah pejabat yang terungkap memiliki nominal harta kekayaan yang tidak wajar, kemungkinan itu pastilah ada.

***

Negara yang berjalan dengan roda kapitalisme akan sulit untuk hadir dalam mengurusi kemaslahatan umat.

Penguasa seolah menjadi lemah terhadap pihak-pihak yang mencari keuntungan bagi dirinya saja. Dan masalah ini terjadi berlarut-larut sehingga menjelma menjadi "tradisi".

Sebagai agama mayoritas di Indonesia, Islam tidak hanya mengatur urusan ritual saja. Dalam hal pangan juga diperhatikan dengan serius.

Kebutuhan pangan menjadi prioritas untuk diselesaikan karena merupakan kebutuhan mendasar manusia yang wajib dipenuhi oleh negara kepada setiap individu rakyat.

Dalam Islam tegas dikatakan bahwa jika terdapat rakyatnya yang kelaparan, maka Allah SWT akan meminta pertanggungjawaban pada penguasa.

Sehingga negara dalam pandangan Islam akan menjamin ketersediaan pangan dengan harga yang dapat terjangkau oleh masyarakat, atau memastikan masyarakat bisa mengakses barang-barang kebutuhan pokok.

Negara juga wajib mempunyai mekanisme dan sanksi yang berat untuk memberantas mafia perdagangan, penimbunan, monopoli, penipuan dan lain sebagainya.

Maka jika ingin tradisi naik harga jelang Ramadhan dan hari Raya Idul Fitri segera punah, maka tidak ada salahnya menerapkan sistem Islam dalam kehidupan.***

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun