Sistem ekonomi Islam berbeda dengan sistem kesejahteraan yang dijamin oleh pemerintah karena hukum Islam mensyaratkan penyediaan makanan dan kebutuhan lainnya untuk semua orang. Pemerintah menyediakan berbagai pekerjaan bagi laki-laki yang mencari nafkah dan memberikan bantuan kepada individu yang membutuhkan.
Sistem pangan Islami akan membantu petani bersaing dengan pangan impor. Kebijakan pemerintah akan disesuaikan untuk kepentingan rakyat. Jika syarat itu terpenuhi, maka tidak perlu ada kebijakan impor.
Akses ke air bersih dan sanitasi merupakan masalah di banyak bagian dunia, karena distribusi sumber daya yang tidak merata terkait dengan pembangunan kapitalis. Pembangunan didasarkan pada letak sumber daya ekonomi, sedangkan kawasan pedesaan yang tidak memiliki nilai ekonomi dibiarkan begitu saja. Daerah perkotaan sering menjadi rumah bagi pabrik yang memproduksi pipa air dan tempat pembuangan sampah, tetapi fasilitas ini jarang ditemukan di daerah pedesaan.
Perkembangan industri berat juga menyebabkan pencemaran lingkungan. Limbah industri yang mengandung zat berbahaya dapat mencemari sungai dan pencemaran udara semakin meningkat. Untuk menciptakan lingkungan yang sehat, penting bagi masyarakat untuk memiliki jaminan bahwa lingkungan bebas dari polusi, limbah, dan masalah lainnya.
Ironisnya, pemerintah telah mengesahkan Omnibus Law Penciptaan Lapangan Kerja, yang sangat terlihat berpihak pada pengusaha meski mencemari lingkungan. Berbeda dengan sistem lingkungan dan tata kota dalam Islam. Semua entitas ini berkomitmen untuk melayani kepentingan publik. Industri dapat beroperasi dengan syarat tidak menindas masyarakat atau lingkungan.
Solusi stunting ini penting dibahas dari perspektif Islam sehingga dapat diselesaikan secara tuntas. Meningkatnya kompleksitas masalah keluarga akibat stunting merupakan tantangan di bawah sistem demokrasi kapitalisme yang kuat. Ketahanan keluarga yang sukses tergantung pada generasi yang sehat, cerdas, dan sukses, yang dapat dicapai melalui penerapan sistem Islam yang komprehensif dan sempurna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H