Mohon tunggu...
niqi carrera
niqi carrera Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Sebagai ibu, ikut prihatin dan resah dengan kondisi sekitar yang kadang memberi kabar tidak baik. Dengan tulisan sekedar memberi sumbangsih opini dan solusi bangsa ini agar lebih baik ke depan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apakah Gemarikan Solutif Atasi Stunting?

2 Oktober 2022   07:17 Diperbarui: 2 Oktober 2022   07:27 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Stunting tidak bisa diselesaikan hanya dengan menyelesaikan masalah kemiskinan. Ada faktor lain yang terlibat, seperti akses ke pendidikan dan nutrisi yang tepat. Masalah kemiskinan setidaknya sebagian disebabkan oleh sistem pendidikan dan ekonomi yang diterapkan oleh suatu negara tertentu. Stunting tidak dapat diatasi hanya dengan mensosialisasikan ibu tentang kesehatan dan gizi.

Ada juga faktor lain, seperti kurangnya pengetahuan ibu tentang topik ini, yang perlu diperhitungkan. Secara teknis tidak mungkin untuk mencakup semua orang. Belum lagi mereka sangat mungkin bisa memahami sosialisasi. Bukan tidak mungkin keluarga miskin yang sebagian besar berpendidikan rendah bahkan banyak yang buta huruf tidak mengerti apa yang disosialisasikan.

Sistem pendidikan harus berfungsi dengan baik agar setiap orang dapat memperoleh manfaat darinya. Ini berarti bahwa itu harus adil dan dapat diakses oleh semua orang. Yang menyedihkan, komersialisasi pendidikan oleh pemerintah membuat semakin jelas bahwa tidak semua orang mengenyam pendidikan.

Belum lagi mengabaikan pentingnya pendidikan agama yang menjadi tumpuan ketahanan keluarga, pendidikan sekuler justru menjadi fokus utama pembahasan. Sistem pendidikan di Negara Islam sangat berbeda dengan sistem pendidikan di negara lain. Pendidikan merupakan kebutuhan penting bagi masyarakat, dan dijamin oleh negara. Itu berada di bawah kendali penuh Khalifah. Pendidikan Islam juga merepresentasikan akidah Islam sebagai landasannya, sehingga pendidikan agama mendapat prioritas tertinggi.

Sistem hukum Islam memberikan sanksi yang tegas bagi pelaku dharar, termasuk tindakan preventif dan jera. Orang tua yang dengan sengaja melalaikan pola asuh dapat dikenakan sangsi yang mengecewakan sampai terbukti telah menimbulkan bahaya pada anaknya. Hal ini dapat mencegah terjadinya kelalaian orang tua.

Terbatasnya layanan kesehatan yang tersedia untuk ibu hamil, setelah melahirkan, dan anak-anak dapat berdampak signifikan pada kesehatan dan kesejahteraan mereka. Terbatasnya pelayanan kesehatan sebenarnya merupakan akibat dari sistem ekonomi kapitalis yang menjamin bahwa pelayanan kesehatan hanya dapat diakses oleh mereka yang mampu.

Keyakinan bahwa BPJS Kesehatan adalah lembaga yang menjamin kesehatan warganya, sebenarnya kontroversial. Sistem kesehatan dalam Islam berbeda dengan sistem kesehatan di Amerika Serikat. Dalam Islam, pemerintah mengontrol semua aspek perawatan kesehatan, termasuk asuransi dan layanan.

Jika negara menyediakan perawatan kesehatan, setiap orang akan memiliki akses yang sama. Kuatnya keuangan negara di bawah  Baitulmal menjadikan sarana kesehatan dan tenaga kesehatan merata dengan kualitas prima.

Dampak kemiskinan terhadap masyarakat sangat signifikan. Sementara kapitalisme tidak selalu menjamin kesejahteraan warganya, negara dapat berperan dalam memastikan kesejahteraan warganya. Hal ini akan menyebabkan lebih banyak orang menjadi miskin.

Ada masalah dengan kurangnya akses ke makanan bergizi untuk keluarga. Sangat penting bagi keluarga miskin untuk memiliki akses ke makanan bergizi tiga kali sehari. Sistem pangan yang buruk membuat pangan lokal sulit bersaing dengan pangan impor, baik dari segi kualitas maupun harga.

Rantai distribusi yang panjang dan pengurangan subsidi bagi petani membuat harga pangan lokal sulit bersaing dengan harga pangan impor. Keluarga miskin tidak mampu membeli makanan, begitu pula produsen (petani), yang justru mengakibatkan mereka merugi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun