Mohon tunggu...
Suka Bola
Suka Bola Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mencoba untuk netral. Tidak memihak kubu manapun.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Dramatis, Ancelotti Bawa Real Madrid Gondol La Decima

25 Mei 2014   19:51 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:07 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14009970011378921806

[caption id="attachment_308427" align="aligncenter" width="570" caption="Sumber : www.goal.com"][/caption]

Penantian selama empat belas tahun akhirnya terjawab setelah Iker Casillas dan kawan-kawan berhasil membawa pulang si kuping besar dengan mengalahkan rival sekota, Atletico Madrid. Kemenangan El Real tidak diraih dengan mudah. Perjuangan tak kenal lelahlah yang membuat mereka bisa membalikkan keadaan. Bagaimana tidak, armada Carlo Ancelotti yang sudah tertinggal di menit ke 36 melalui lesakan gol Diego Godin memanfaatkan kesalahan Casillas, terlihat kurang mampu mengembangkan permainan dengan hanya menghasilkan sedikit peluang. Sebaliknya Atletico, mereka tampil trengginas dan mampu menciptakan tempo permainan. Satu-satunya kesalahan yang dilakukan Diego Simeone di babak pertama adalah mencantumkan Diego Costa dalam starting line up, mengingat sang pemain dalam kondisi yang sangat tidak memungkinkan untuk turun, seperti dijelaskan tim dokter Atletico tempo hari. Pertaruhan Simeone-pun gagal total, karena Costa harus meninggalkan lapangan di menit kesembilan. Hal tersebut juga akhirnya dikonfirmasi oleh Simeone sendiri kalau memaksakan Costa adalah kesalahannya, yang dinilai memubadzirkan slot pergantian pemain.

Di kubu Los Blancos, tidak tampilnya Xabi Alonso sebab akumulasi kartu menjadi momok tersendiri. Sami Khedira yang didapuk menjadi pelapispun tampil kurang mengesankan. Di lini depan, manuver sang megabintang, Cristiano Ronaldo dan Gareth Bale "ter-cover" dengan baik oleh duet Mirandan dan Diego Godin. Pun Karim Benzema yang kurang memberikan banyak ancaman untuk lini belakang Atletico. Walhasil, Atletico "lebih memiliki" babak pertama.

Babak kedua, Madrid mulai mengambil inisiatif serangan. Luca Modric yang tampil sebagai jendral lapangan tengah mulai bisa mengambil ritme dan membangun determinasi. Masuknya tenaga baru, Isco, menggantikan Khedira, memberi angin segar bagi El Real untuk terus menggempur, baik lewat lini tengah, kanan, maupun kiri. Lagi-lagi Modric bisa membangun chemistry di sisa waktu yang ada, sehingga seolah-olah lini tengah adalah miliknya. Umpan-umpan ciamik yang diciptakan mampu membuat goyah pertahanan Atletico yang mulai kelelahan. Sementara Ronaldo, Bale dan Benzema buntu, overlapping Sergio Ramos, yang kali ini dipercaya mengomando sentral pertahanan, membuahkan hasil manis. Seolah ingin menebus kesalahan dengan jebolnya gawang El Real, Ramos menanduk bola dengan sempurna hasil tendangan sudut Modric ke gawang Thibaut Courtois.

Gol di penghujung babak kedua ini seolah membangkitkan kembali nyawa Madridistas. Yel-yel "La Decima"-pun kembali menggelora di Estadio Da Luz. Sepertinya Ancelotti sudah mengantisipasi jika pertandingan sampai berlanjut ke perpanjangan waktu. Terbukti dengan performa pasukannya yang masih sangat bugar, meskipun ada beberapa pemain yang mengalami keram kaki. Sebaliknya Atletico, keletihan mereka sangat kentara dengan melemahnya pagar pertahanan mereka. Celah inilah yang dimanfaatkan dengan cerdik oleh Angel Di Maria untuk melepaskan tendangan langsung ke gawang, dan bola rebound berhasil dimanfaatkan dengan baik oleh Bale, untuk membawa Real Madrid balik unggul.

Sampai di sini, kelelahan pemain Atletico sepertinya tidak bisa ditolerir lagi. Meskipun Diego Simeone tak henti-henti meneriakkan semangat dan meminta fans untuk tetap semarak, namun Gabi dan kawan-kawan tetap tak mampu menampilkan permainan seperti yang mereka peragakan di babak pertama waktu normal. Mental dan pengalaman juga bisa jadi sangat berpengaruh. Kembali pada perhitungan di atas kertas, Atleti belum terbiasa dengan atmosfer sepanas ini sebelumnya. Sebaliknya Madrid, mereka telah sejak lama malang melintang di kompetisi paling elit Eropa. Begitupun Ancelotti, dia tentu tau apa yang harus dilakukan di waktu-waktu krusial dan di bawah tekanan. Sehingga di sisa waktu, Tanpa banyak perlawanan berarti, Los Blancos berhasil menggandakan keunggulan lewat aksi individu Marcello dan eksekusi penalti Ronaldo. Skor 4-1 untuk kemanangan Real Madrid. "La Decima" menjadi kenyataan setelah penantian panjang dan melelahkan.

Man of the match kali ini sangat layak disematkan pada sosok Sergio Ramos. Dialah yang berhasil mencetak gol krusial, yang seandainya gol itu tidak tercipta, maka tertundalah asa La Decima. Terlepas dari jebolnya gawang Madrid di babak pertama, Ramos tetap melakukan tugasnya dengan baik di jantung pertahanan, toh akhirnya dia mampu menebus kesalahannya dengan menciptakan gol penyeimbang. Lecutan keberhasilan Ramos-lah yang dikonversikan kawan-kawannya untuk membalikkan keadaan. Di tempat kedua, ada nama Angel Di Maria. Beberapa kali dia melakukan solo run menyisir sisi kiri lapangan dan memaksa dua hingga tiga pemain untuk menghentikannya. Salah satu Manuver cantiknya adalah ketika mengecoh dua bek Atleti dengan dua sentuhan cepat ala Ronaldinho dan melakukan shooting keras ke arah gawang. Meskipun tidak berbuah gol, namun antisipasi kurang sempurna Courtois mampu dimanfaatkan dengan baik oleh Bale dengan menanduk bola tepat di sudut kiri atas gawang. Namun, terlepas dari dua pemain tersebut, seluruh armada Santiago bernabeu tentu sudah berjuang keras memberikan yang terbaik yang mereka miliki hingga membuahkan hasil manis seperti yang selama ini mereka impikan.

Untuk sang pelatih, Carlo Ancelotti, gelar ini semakin menahbiskan dirinya sebagai 'king of Champions League', dimana dia berhasil tiga kali membawa tim besutannya menjuarai kompetisi paling elegan Eropa. Sebelum bersama Madrid, don Carlo pernah dua kali membawa AC Milan menjuarai kompetisi yang sama. Ini membuat pelatih berkebangsaan Italia tersebut berdiri sejajar dengan legenda Liverpool Bob Paisley, yang juga telah tiga kali menjuarai Liga Champions. Seiring dengan masih aktifnya Ancelotti di dunia sepak bola, kemungkinan untuk memecahkan rekor itu masih sangat terbuka.

Ada satu hal lagi yang mungkin menarik. Ya, Iker Casillas. Dia adalah korban rotasi semenjak kedatangan Diego Lopez sebagai pesaingnya. Di sepanjang kompetisi musim ini, Casillas hanya mendapatkan tempat utama ketika Madrid berlaga di Copa Del Rey dan Liga Champions. Sementara di La Liga, Ancelotti lebih memberikan porsi kepada Lopez. Seolah tidak mau banyak komentar, Casillas berbicara melalui penampilan di lapangan. Dan memang benar, trofi Copa Del Rey dan Liga Champions-lah yang berhasil di bawa pulang Madrid musim ini. Casillas dan Lopez adalah dua kiper yang memiliki determinasi tinggi. Skill individu mereka tak jarang menumbuhkan decak kagum para penikmat sepak bola. Namun, kata banyak orang, Madrid lebih banyak mendapatkan hoki ketika dipimpin Casillas. Entah benar begitu, atau hanya sekedar candaan yang menjadi kebetulan, yang jelas "candaan warung kopi" itu tak bisa ditampik kebenarannya, setidaknya untuk musim ini.

Namun apapun itu, perjuangan semua orang yang terlibat dalam tim tidaklah mudah. Semuanya telah all-out di setiap pertandingan yang dilalui sehingga dapat mencapai level kampiun.  Sekali lagi selamat untuk Real Madrid dan Madridista atas keberhasilannya mengawinkan gelar Copa Del Rey dengan Liga Champions 2013-2014. Selamat untuk titel barunya, La Decima!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun