Menjadi seorang wartawan bukan berarti berhak semena-mena dalam mencari berita bahkan bertingkah seperti pencuri. Ada beberapa cerita tentang oknum wartawan yang bertingkah seperti pencuri. Mentang-mentang wartawan lalu boleh seenaknya? Itu juga termasukbullying. Ketidakseimbangan berita ini menurut saya melebihi pemberitaan para koruptor yang merugikan seluruh rakyat Indonesia. Oknum tawuran tentu tidak bisa disamakan dengan institusi sebuah sekolah atau seluruh siswa SMA 6, begitu juga seluruh wartawan. Oknum ya tetap oknum, tidak perlu label negatif terhadap profesi atau institusinya.
Media, bisa mencerdaskan kehidupan bangsa, juga bisa membodohi masyarakat. Tergantung bagaimana si penulis dan redaktur yang bertanggung jawab atas pemberitaan itu.
Hentikan media bullying. Hentikan tingkah mentang-mentang wartawan. Mata penamu memang tajam, Kawan. Akan lebih baik kalau tingkah laku dan kualitas beritamu juga mencerminkan itu. Beritakan sesuatu untuk memperbaiki bukan memperkeruh. Jadilah pahlawan seperti jaman ketika bangsa Indonesia melawan penjajahan melalui mata pena, bukan seperti pengecut.
Referensi:
Beberapa artikel yang ditulis oleh siswa/alumni SMA 6
- Indraswari Pangestu:Â Sulutan Api di Bumi Mahakam
- Rae Hutapea:Â SMA 6 Vs Wartawan
- Bayu Maitra: Cara ‘Melihat’ Bentrok SMA 6 dan Wartawan
Artikel ini saya muat juga di blog pribadi saya Stop Media Bullying!
Lihat juga Bullying
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H