Mohon tunggu...
Abrar Rizq Ramadhan
Abrar Rizq Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Aktif S1 Jurusan Sejarah Universitas Negeri Semarang Akt.2022

Saya Abrar Rizq Ramadhan. Sejarah beserta ilmu sosial telah menjadi minat yang saya gandrungi sejak SMA. Oleh karena itu saya masuk prodi Ilmu Sejarah Universitas Negeri Semarang (UNNES). Dengan memahami ilmu sosial, diperlukan banyak membaca demi menambah wawasan sehingga berliterasi telah menjadi sebuah kewajiban bagi diri saya sendiri. Saya juga gemar menulis. Sejak SMP, saya telah menekuni hobi ini. Yang saya tulis berkaitan dengan kehidupan sosial, Lifestyle, Review film/buku, dan Historiografi. Dikala jenuh dengan aktivitas terkait kesejarahan, biasanya saya menghibur diri dengan menonton film, bermain game, dan bermusik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kiprah Muhammadiyah dalam Berpolitik

3 Juni 2023   18:26 Diperbarui: 3 Juni 2023   18:31 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Partai Masyumi/ foto: Wartamu.id

Maju lebih jauh ke akhir rezim orde baru tepatnya ketika masa awal reformasi, terdapat sebuah pernayataan yang dapat membuka peluang mendirikan partai politik bagi siapa saja yang berminat. Ketua umum PP Muhammadiyah kala itu, Amien Rais menyatakan bahwa ia tertarik untuk mendirikan partai. Menurut Amien Rais dan beberapa pendukungnya, mendirikan partai politik adalah langkah yang strategis pada masa itu. Namun terdapat juga pihak yang kontra karena dianggapnya bisa melupakan misi awal Muhammdiyah dalam menjalankan pembaharuan agama Islam.

Setelah melaui banyak kontroversi, Amien Rais kemudian diperbolehkan mendirikan partai asal ia harus mundur dari jabatannya sebagai ketua umum PP Muhammadiyah. Lalu berdirilah Partai Amanat Nasional (PAN) pada 23 Agustus 1998.

Sejatinya Muhammadiyah tetap berada di jalur tengah dalam berpolitik di tanah air. Meski kerap disebut berasosiasi dengan PAN, Muhammadiyah kembali mengingatkan pengamat politik atas hasil kesepakatan kongres ke-38 di Makassar yang menyatakan bahwa Muhammadiyah tidak berafiliasi dengan partai politik manapun. Hasil kongres ini juga dijadikan dalil oleh Muhammadiyah dalam bersikap netral terhadap perkembangan politik di Indonesia.[]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun