1) Tiap-tiap manusia harus merdeka dan harus berani melawan sistem kolonialisme imperialisme yang mengekang. Tidak perlu takut terhadap siapapun untuk merdeka karena kita sebagai muslim hanya boleh takut terhadap kebesaran Allah SWT.
2) Sebagai manusia kita harus menganggap diri kita sama. Tidak ada perbedaan satu dengan yang lain. Tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah. Dan tidak ada sebab-sebab yang memicu perbedaan dan pertentangan kelas.
3) Tiap-tiap muslim adalah saudara. Allah SWT menaruh kecintaan terhadap muslim yang saling mengasihi dan saling bersaudara. Dari sifat persaudaraan ini juga yang akan menyatukan sesama muslim
Namun, Sosialisme juga bisa menyesatkan bila tidak didasari dengan agama. Mengapa demikian? Bukankah sosialisme merupakan bagian dari ajaran Nabi Muhammad SAW yang menyadarkan arti penting persaudaraan dan kebersamaan. Yang dimaksud menyesatkan adalah Sosialisme ala Barat. Sosialisme Barat berlainan dengan Sosialisme Islam karena sifatnya yang materialis. Berbeda dengan Sosialisme Islam yang memiliki pegangan hidup paling tinggi yakni agama islam itu sendiri. Materialisme jelas menyesatkan karena paham ini meyakini kebendaan sebagai asal muasal dunia dan bukannya tuhan. Karl Marx dan Friedrich Engels selaku pencetus paham ini juga terinspirasi dari pemikiran Darwinisme tentang asal usul manusia. Penganut Sosialisme Barat juga kerap menyebut Darwinisme sebagai keyakinan.
Agar umat muslim tidak tersesat dalam mempelajari Sosialisme, haruslah kita melandasi fondasi hidup dengan Islam. Mengatakan kebenaran terhadap historis materialisme sama saja mengingkari adanya Allah SWT dan juga menuhankan kebendaan. Dikarenakan paham ini meyakini benda sebagai asal dari segala sesuatu. Asal pikiran, perasaan, dan bahkan kehidupan yang lebih tinggi.
Meski begitu, Tjokroaminoto tetap berterimakasih terhadap Marx dan Engels. Berkat mereka, nasib rakyat kecil di bangsa barat mengalami perbaikan dari gejolak kapitalisme. Begitu juga dengan perubahan-perubahan politik bangsa barat yang terjadi akibat pemikiran-pemikirannya. Dengan kedua guru besar sosialis itu juga, umat muslim bisa lebih mudah dalam menerapkan anjuran Nabi Muhammad SAW tanpa perlu membuat teori baru lagi. Cukuplah dengan Sosialisme berlandaskan Islam sebagai paham yang paling ideal.
Kurang lebih seperti itu paham Sosialisme Islam yang Tjokroaminoto gagas dalam bukunya. Kendati dari paham ini juga yang nantinya akan memecah Sarekat Islam menjadi SI Putih yang tetap bersama Tjokroaminoto dan SI Merah yang mengikuti Semaoen. Dari SI Merah inilah Partai Komunis Indonesia mulai lahir ke permukaan. Selain Tjokroaminoto, tokoh nasionalis seperti Tan Malaka juga berkepikiran untuk menyatukan Pan Islamisme dengan Komunisme yang ia usulkan dalam pertemuan Comintern di Soviet meskipun usulan ini akhirnya ditolak.
Jadi, bagaimana menurut pembaca terhadap pemikiran sang “Raja Jawa Tanpa Mahkota” ini? Apakah menurut pembaca Sosialisme Islam adalah pemikiran yang paling ideal atau justru berpikiran bahwa Islam dan Sosialisme tidak bisa disatukan?[]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H