Mohon tunggu...
Lynx Imperator
Lynx Imperator Mohon Tunggu... -

seseorang yang senantiasa berupaya menjadi "jack of all trades, master of none"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

perlu 200 tahun utk matangkan kehidupan demokrasi?

20 September 2010   14:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:06 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

pagi ini sebangun tidur, saya iseng menyalakan komputer dan browsing internet… buka kompas.com, lalu kompasiana… lalu, tak sengaja saya membaca tulisan seorang rekan kerja saya mengenai perayaan 200 tahun kemerdekaan chile. tulisannya menarik dan membuat saya senyum2. awalnya saya ingin mengomentari di kolom “tanggapan tulisan”, tapi setelah saya mulai menulis komentar, ternyata komentarnya panjang… jadi, saya pikir, mungkin sebaiknya saya tulis artikel sendiri saja.

cerita mengenai apa dan bagaimana perayaan/peringatan 200 tahun kemerdekaan chile mungkin bisa dibaca di tulisannya bu kiki (http://luar-negeri.kompasiana.com/2010/09/18/ulang-tahun-chile-ke-dua-abad/)…

di sini, saya ingin cerita mengenai satu yg menurut saya sangat menarik dan indah pada perayaan 200 tahun kemerdekaan chile ini… sesuatu yg sepertinya masih sulit terjadi di indonesia: 4 orang mantan presiden, yg semuanya beda partai dan beda aliran dgn presiden sebastián piñera, hadir dlm berbagai acara kenegaraan (upacara bendera, misa, parade militer, dsb). sebelumnya, mereka dan presiden piñera juga terlibat diskusi publik mengenai berbagai hal poleksobud aktual chile, dan semuanya berjalan secara “natural” dan dlm suasana yg bersahabat.

walaupun sudah merdeka selama 200 tahun, kehidupan berdemokrasi memang “baru dimulai” tahun 1991, setelah diktator militer augusto pinochet digusur dari kursi presiden (tidak jauh beda dengan indonesia: sejak 1998 setelah pak harto dilengserkan)… tapi, rupanya pelaku politik dan masyarakat chile pada umumnya sudah punya kematangan hati dan pikiran dlm berdemokrasi dan menghargai perbedaan.
mungkin ini yg membuat negara ini sekarang menjadi salah satu “emerging force” di amerika latin dan bahkan di dunia. infrastruktur di chile termasuk yg paling lengkap dan maju di kawasan amerika latin, hampir tak ada bedanya dengan infrastruktur negara2 anggota UE.

world economic forum (WEF) tahun ini menempatkan chile di urutan 30 dari 139 negara yg dinilai dlm “global competitiveness index”. peringkat tersebut hampir sejajar dgn banyak negara besar seperti AS dan berbagai negara maju anggota UE dan OECD. (sekedar info, indonesia ada di urutan 44 dlm indeks tsb). lalu, dlm “ease of doing business”, daftar penilaian bank dunia terhadap peraturan dan kemudahan dlm berbisnis di suatu negara, chile menduduki urutan 49 dari 183 negara yg dinilai (indonesia no. 122). sementara dlm “corruption perception index” yg dikeluarkan oleh transparency international, chile menduduki urutan 25 dari 180 negara yg diteliti (indonesia no. 111… harapan sih ada, buktinya indonesia naik 32 peringkat dlm 2 tahun terakhir - 142 (2007) dan 126 (2008) :P).

di negara kita, presiden dan seorang mantan presiden tidak mau datang pada waktu yg bersamaan pada saat melayat seorang mantan presiden yg meninggal dunia… dlm berbagai kesempatan lain pun, yg satu selalu menunggu sampai yg lainnya pulang, baru dia datang… bahkan, dlm acara kenegaraan yg seharusnya urusan pribadi sudah dikesampingkan, karena ini menyangkut bangsa dan negara, seorang mantan presiden tidak sudi hadir ikut upacara bendera di istana negara dan malah menggelar upacara bendera sendiri di markas partainya.

itu baru presiden dan mantan presiden… belum lagi kalau kita bicara mengenai para “anggota dewan yg terhormat” yg selalu mengedepankan kepentingan pribadi dan golongan ketimbang kepentingan orang banyak…

cape’ deh! kapan kita mau maju kalau pemimpin dan “wakil rakyat”-nya saja ke-kanak2-an dan berjiwa kerdil seperti itu?!

oh ya, waktu sebastián piñera -kapitalis, ekstrim kanan- dinyatakan sebagai pemenang pemilihan presiden 2009, presiden waktu itu, michelle bachelet -sosialis, ekstrim kiri-, langsung menelepon beliau utk memberi ucapan selamat… esok harinya, mereka mengadakan sarapan bersama utk membahas masalah suksesi kepemimpinan dan isu2 aktual… dulu, di indonesia seingat saya, alm. gus dur tidak hadir saat megawati dilantik, lalu megawati pun tidak hadir saat SBY dilantik…

lha, lalu apa kaitannya pemimpin & “wakil rakyat” yg tidak ke-kanak2-an dan tidak berjiwa kerdil dgn kemajuan infrastruktur & ranking2 bagus chile? simple… karena dengan tidak bersikap ke-kanak2-an dan bersedia mengesampingkan kepentingan pribadi dan golongan demi kepentingan orang banyak, kepentingan bangsa dan negara, tenaga dan pikiran mereka tidak dihabiskan utk gontok2-an, cela-mencela atau cibir-mencibir, tapi utk memikirkan bagaimana memajukan perekonomian, bagaimana menyediakan sarana kesehatan dan pendidikan yg lebih baik utk meningkatkan taraf hidup rakyat, bagaimana membuat lingkungan hidup menjadi lebih nyaman, dsb...

memang, ada kalanya mereka saling mengkritik. itu biasa, tapi itu dilakukan secara elegan dan, pada umumnya, isi kritiknya positif, konstruktif dan mengandung solusi… bukan sekedar lempar bola api lalu lari menjauh.

sebenarnya, tulisan ini juga terinspirasi oleh pernyataan presiden sebastián piñera yg dimuat di salah satu surat kabar nasional chile “la tercera” edisi 15 september 2010 lalu… menurut beliau, kehidupan demokrasi di chile saat ini sudah sangat matang.

kelihatannya, di chile ini siapa pun yg duduk di kursi presiden memang mencurahkan tenaga dan pikirannya utk pembangunan bangsa dan negara serta peningkatan kesejahteraan masyarakat, walaupun mungkin utk mencapai tujuan tersebut masing2 orang memiliki caranya tersendiri. mungkin selama cara2 itu elegan dan tidak menyakiti, melukai, atau merugikan banyak orang, ya, tidak apa2.

pertanyaan saya sekarang, apakah indonesia harus menunggu 200 tahun utk mencapai kematangan dlm kehidupan berdemokrasi?

pertanyaan ini pun membuat saya melontarkan pertanyaan yg lebih skeptis lagi, apakah indonesia akan pernah merayakan ulang tahun kemerdekaan yg ke-200? tentu saja, asal kita semua mau bekerja bahu membahu, bergerak bersama menuju indonesia yg lebih baik.

(apakah jawaban barusan hanya sekedar retorika yg utopis utk menutupi skeptisme? mungkin tidak...)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun