Untuk mempertahankan kedaulatan pangan, meski sudah tergolong ngara industri maju, Swiss memberikan subsidi besar ke sektor pertanian. Pemerintah pun melakukan larangan konversi lahan pertanian secara sembarangan. Walhasil, di depan Wisma Indonesia di Bern pun yang masih terhitung dalam wilayah ibu kota Bern, masih terhampar luas ladang jagung, gandum, sayur mayur dan peternakan sapi perah. Hampir tiap hari saya dibangunkan oleh lenguhan ratusan sapi milik tetangga saya.
Pelajaran yang bisa dipetik darii Swiss ini, selama pemimpin nasional kita hanya mencari popularitas dan mengesampingkan nalar sehat, dan itu juga disukai oleh masyarakatnya, jangan harap Indonesia akan menjadi maju dan modern. Cepat atau lambat kita akan tersungkur ke krisis lagi seperti krismon tahun 1997 yang lalu, mungkin lebih parah.
Oleh karenanya, dalam masa pemilu ini kita pilih pemimpin yang menggunakan akal sehat dan bukan sekadar popular karena pencitraan. Subsidi hanya diberikan untuk bidang pendidikan dan kesehatan, dan untuk mereka yang benar-benar membutuhkan saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H