Mohon tunggu...
namodale news
namodale news Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Hobi membaca dan menulis kisah, religius dan politik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

indonesia sebagai negara paling religius, tapi juga sebagai negera paling munafik

31 Januari 2025   20:15 Diperbarui: 31 Januari 2025   20:15 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Negara Paling Religius, Tapi Juga Paling Munafik?

Indonesia sering disebut sebagai salah satu negara paling religius di dunia. Survei dari berbagai lembaga, seperti Pew Research Center dan Gallup, menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Indonesia menganggap agama sebagai bagian penting dalam kehidupan mereka. Masjid, gereja, pura, dan tempat ibadah lainnya selalu ramai, bahkan aktivitas keagamaan sering menjadi pusat kehidupan sosial dan politik., di balik citra religius ini, Indonesia juga mendapat label sebagai salah satu negara paling munafik, ini bukan sekadar tuduhan tanpa dasar, melainkan berdasarkan kontradiksi antara nilai-nilai keagamaan yang sering dikampanyekan dengan realitas sosial yang terjadi.

Data dan Fakta yang Kontradiktif

  1. Korupsi yang Merajalela
    Indonesia dikenal sebagai negara dengan tingkat korupsi yang tinggi, bahkan di lembaga-lembaga yang seharusnya berpegang teguh pada nilai-nilai moral, laporan dari Transparency International menunjukkan bahwa Indonesia masih memiliki indeks persepsi korupsi yang buruk. Ironisnya, banyak pelaku korupsi yang secara terbuka menunjukkan identitas religius mereka---rajin beribadah, memakai simbol agama, dan mengutip ayat suci dalam pidato mereka

  2. Moralitas vs kenyataan Sosial

    • Kasus perzinaan dan prostitusi terus meningkat meskipun kampanye moralitas keagamaan semakin gencar.
    • Angka kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), terutama dengan dalih agama, masih tinggi.
    • Diskriminasi terhadap kelompok minoritas (agama, etnis, gender) sering terjadi, meskipun agama mengajarkan kasih sayang dan keadilan.
  3. Kesalehan Simbolik, Bukan Substansial
    Banyak orang berbondong-bondong menunjukkan kesalehan di media sosial, baik dengan mengunggah aktivitas ibadah maupun menggunakan atribut religius , dalam praktik keseharian, masih banyak yang melakukan tindakan bertentangan dengan ajaran agama, seperti menyebarkan hoaks, ujaran kebencian, dan sikap intoleran.

  4. Politik Identitas dan Manipulasi Agama
    Pemilu dan kontestasi politik di Indonesia sering kali diwarnai dengan penggunaan sentimen agama untuk meraih suara, banyak politikus menggunakan agama sebagai alat kampanye, tetapi setelah berkuasa, mereka justru terlibat dalam praktik korupsi dan kebijakan yang tidak mencerminkan nilai keadilan dan kesejahteraan rakyat.

Mengapa Hal Ini Terjadi?

  • Budaya "Yang Penting Tampak Religius", masyarakat lebih menilai kesalehan seseorang dari penampilan dan ritual, bukan dari integritas dan perilaku.
  • Minimnya Pendidikan Kritis, banyak orang menerima ajaran agama secara dogmatis tanpa mengkaji secara kritis dan reflektif, sehingga mudah dimanipulasi oleh kepentingan tertentu.
  • Dikotomi antara Agama dan Kehidupan Nyata, agama sering kali dianggap hanya sebatas ritual, bukan sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam bidang sosial, ekonomi, dan politik, indonesia tetap menjadi negara dengan masyarakat yang religius, tetapi sering kali hanya dalam tataran simbolik, jika nilai-nilai agama benar-benar diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, Indonesia seharusnya menjadi negara yang lebih adil, makmur, dan harmonis, selama masih ada kesenjangan antara ajaran dan praktik, label sebagai negara religius dan munafik akan terus melekat, sudah saatnya Indonesia tidak hanya sibuk terlihat religius, tetapi benar-benar menghayati esensi nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan bermasyarakat

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun