Perilaku body shaming atau penilaian negatif terhadap penampilan fisik seseorang telah menjadi isu yang semakin mengkhawatirkan dalam masyarakat. Di tengah era media sosial yang memberikan tekanan untuk menampilkan gambaran tubuh yang "sempurna", mahasiswa psikologi di universitas menjadi salah satu kelompok yang rentan terhadap dampak psikologis dari body shaming. Artikel ini akan mengeksplorasi bagaimana perilaku body shaming memengaruhi tingkat kepercayaan diri mahasiswa psikologi.
Pengaruh Perilaku Body ShamingÂ
Perilaku body shaming tidak hanya terjadi dalam lingkungan fisik, tetapi juga melalui media sosial dan interaksi sehari-hari. Mahasiswa psikologi, yang secara profesional belajar tentang perilaku manusia, tidak luput dari pengaruh negatif ini. Mereka mungkin menjadi lebih peka terhadap komentar atau pandangan negatif tentang penampilan fisik mereka, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan diri mereka. Â
Dampak Psikologis
Tingkat kepercayaan diri yang rendah dapat memiliki dampak serius pada kesejahteraan psikologis mahasiswa psikologi. Mereka mungkin mengalami stres, kecemasan, bahkan depresi akibat perasaan tidak aman terkait penampilan fisik mereka. Ini bisa berdampak pada kinerja akademis mereka, hubungan interpersonal, dan bahkan aspirasi karier mereka di bidang psikologi.
Peran PendidikanÂ
Penting bagi universitas dan fakultas psikologi untuk memperhatikan dampak perilaku body shaming dan meningkatkan kesadaran akan isu ini di antara mahasiswa. Pendidikan tentang penerimaan diri, penghormatan terhadap keragaman tubuh, dan pentingnya kesehatan mental perlu dimasukkan dalam kurikulum psikologi. Selain itu, dukungan psikologis dan sumber daya lainnya harus tersedia bagi mahasiswa yang membutuhkannya. Â
Pentingnya Dukungan Sosial
Komunitas yang solid dan mendukung dapat menjadi penopang mahasiswa psikologi dalam menghadapi tekanan body shaming. Kelompok studi, forum diskusi, atau bahkan kampanye kesadaran dapat membantu mahasiswa merasa didukung dan diterima. Inisiatif seperti ini juga dapat mengubah budaya kampus menjadi lingkungan yang lebih inklusif dan berempati. Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI