Mohon tunggu...
MFAHRUROZI ADIPRATAMA
MFAHRUROZI ADIPRATAMA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Perbaiki Kesalahanmu di masa lalu,buatlah kebaikan di masa depan

I am the English Teacher

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Keluh Kesah: Lotre Generasi Emas 2045

24 Januari 2025   11:22 Diperbarui: 24 Januari 2025   11:22 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam tulisan ini akan tergambar keluh kesah saya pribadi mengenai permasalahan yang telah mendarah daging sekian dekade di Negara ini. Hal yang paling saya lihat dan dengar sejak kecil adalah bias mengenai Guru dengan ungkapan " Pahlawan Tanpa Tanda Jasa". Sementara, Negara ini mendambakan Generasi Emas 2045, yang mana pendidikan adalah kunci utama dari terwujudnya hal tersebut. Setiap terjadi perubahan struktur pemerintahan, secara masif perubahan kebijakan dilakukan juga. Pemerintah sibuk membuat wacana kecerdasan anak bangsa, ketepatan kurikulum dan output dari hasil kebijakan tersebut. Namun mereka cenderung melupakan tonggak awal dari berdirinya peradaban hebat adalah pendidikan. Jika saya mengibaratkan Generasi Emas 2045 adalah sebuah mobil Ferrari yang begitu cepat, mewah dan elegan, maka para guru adalah teknisi  yang membuatnya. Hal itu berbanding lurus dengan yang kita butuhkan, semakin mewah yang ingin kita dapatkan, maka semakin mahal pula yang kita keluarkan. Saya sangat kesal jika nilai yang diberikan kepada seorang teknisi untuk Ferrari tidak cukup untuk membayar sebuah bilik tempat tinggal di bantaran sungai. Satu-satunya mendapatkan kemawahan tanpa bekerja keras adalah memenangkan lotre 200 triliun, karena 71 triliunnya untuk potongan pajak operasionalnya. Tetapi, apakah begitu cara berpikir kita dalam membangun Generasi Emas? Kita mengharapkan Jackpot dari lotre yang dibeli 300 ribu sekali sebulan.

Inisiasi

Saya ingin membagi sedikit pemikiran saya bagaimana untuk mencapai Generasi Emas ini. Apabila saya ingin memiliki sebuah Ferrari, saya harus memiliki beberapa cara yang sangat efektif.Pertama saya harus memiliki pabriknya, maka saya memiliki Ferrari itu, yang merupakan komoditas mewah di dunia. Kedua, saya berinvestasi hingga memiliki uang untuk membeli Ferrarinya, dengan tetap memenuhi regulasi dari penjualnya. Yang ketiga, saya bayar para teknisi yang mampu membuat Ferrari khusus untuk saya sendiri, namun memang butuh biaya yang mahal, dan yang terakhir namun ini tidak cukup efisien dari yang lainnya. Saya mendapatkan kupon dari sabun berhadiah mobil, namun belum tentu Ferrari mobilnya, bahkan belum tentu dapat mobil aslinya.

Pembalikan

Jika kita melihat realitas di depan mata saat ini, Guru menjadi sebuah hal yang sangat diremehkan. Saya akan langsung berbicara pada poin. kita buat perhitungan matematis sederhana, A+B=C, jika nilai dari C adalah 100, dan B adalah 2 x (C:A). maka nilai A adalah 98% kemungkinan yang berpengaruh terhadap C. Jika C adalah Generasi Emas untuk 100 tahun negara ini, dan B adalah kurikulum maka A akan menjadi guru yang menjadikan keberadaan C. Namun yang kita lihat, adalah prinsip bagaimana pengaruh A harus tetap 98% namun dengan nilai konstanta yang tak senilai dengan pengaruhnya. Jika hal itu masih dilakukan maka A+B= bukan C.

Penutupan

Tak mampu berkata-kata

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun