"Sharing is caring. What we need is not how to hide, but how to ride."
Setelah melalui banyak hal, orang akan melibatkan diri dalam proses yang mereka sebut dengan kepedulian karena pada dasarnya kepedulian adalah hal mutlak yang wajib dimiliki oleh setiap orang tanpa terkecuali. Dan saat ini, Jakarta membutuhkan orang-orang yang peduli terhadap lingkungannya. Jakarta tidak mampu mengatasi segala hal yang berhubungan dengan transportasi pribadi yang lebih menjadi pilihan bagi para kaum elitan di Jakarta.
Disadari atau tidak disadari, Jakarta telah membius jutaan warganya untuk memilih kendaraan pribadi sebagai pilihan utama. Jakarta mampu melenggangkan diri sebagai ibukota yang mempunyai sejuta impian dibalik kemacetan yang terjadi. Faktanya, kota hutan beton yang tengah memproses pembangunan kendaraan umum MRT dan LRT layaknya kota-kota modern di negara maju mulai mengalami penghambatan dan ancaman bahwa kedua produk transportasi tersebut tidak memungkinkan untuk mengurangi kemacetan di Jakarta.
Dan karena keegoisan inilah, kita sering melihat jutaan kendaraan berlalu lalang di jalanan setiap hari. Anehnya, dari jutaan kendaraan itu diterima data yang cukup mengejutkan dari Polda Metro Jaya bahwa dari kendaraan-kendaraan tersebut, 20% merupakan kendaraan pribadi berupa mobil yang hanya berisi satu orang saja yaitu driver.
Cukup mengejutkan, banyak orang di Jakarta lebih memilih naik mobil meskipun bepergian seorang diri. Tidak berpikir buruk, banyak dari mereka memang lebih suka menyombongkan diri dengan gaya bepergian menggunakan mobil. Padahal gaya bepergian seperti ini bukanlah mencerminkan gaya bepergian ala sosialita di negara-negara maju. Dari hari ke hari, pemerintah berusaha untuk mengurangi angka kemacetan dengan:
- Memberlakukan kendaraan plat ganjil/genap di ruas jalan Jakarta
- Menambah armada koridor TransJakarta
- Meningkatkan keketatan di berbagai jalan yang rawan kemacetan di Jakarta dengan konsep buka tutup jalan.
Namun sayangnya, konsep-konsep tersebut masih GAGAL untuk mengurangi kemacetan di Jakarta. Dan baru-baru ini, Pemerintah DKI mulai mengembangkan MRT dan LRT yang dinilai akan mampu mewujudkan cita-cita pemerintah untuk mengurangi kemacetan di Jakarta. Sayangnya, pembangunan MRT dan LRT ini memakan waktu yang relatif cukup lama apalagi dalam beberapa bulan mendatang, Jakarta dipercaya menjadi tuan rumah Asian Games 2018. Alasan mendasar jika banyak expatriateatau wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Jakarta merasakan ketidaknyamanan dengan kemacetan yang ada di Jakarta. Untuk itulah, pemerintah perlu merevisi peraturan baru dimana tarif parkir akan dihitung per jam dan mobil-mobil yang berkendara di jalanan ibukota harus memiliki minimal 2 orang di dalamnya (driver + penumpang).
Cobalah kita menilik ke negara tetangga Singapore. Disana, mereka lebih menyukai bepergian secara bersama-sama. Mereka lebih memilih naik kendaraan umum seperti MRT jika bepergian seorang diri karena bagi mereka harga bahan bakar jauh lebih mahal jika tidak dimanfaatkan dengan baik. Adapula di Jerman yang mana warganya jauh lebih bangga untuk mengendarai transportasi umum besutan negara dengan kecanggihan teknologi tersebut. Di Amerika Serikat, pilihan kendaraan umum bagi segenap warganya adalah taxi berwarna kuning. Sangat jarang bagi mereka untuk naik kendaraan pribadi jika hanya bepergian sendiri. Untuk rekomendasinya, silakan lihat video Boxes Unlock Jakarta berikut: