Kalau dengar nama Omar, pasti langsung kebayang Omar Little dari The Wire. Tapi tunggu dulu, bukan dia yang bakal muncul di Etihad dengan senapan laras ganda. Tapi, dia adalah Omar Marmoush, striker Mesir 25 tahun yang baru aja teken kontrak sama Manchester City.
Dari Frankfurt ke Manchester: Jejak Omar Marmoush
Di Eintracht Frankfurt, Marmoush bikin gebrakan besar. Selama 18 bulan terakhir, dia ngebuktiin diri dengan mencatat 37 gol dan 20 assist. Angka yang bikin City langsung nge-lock dia di daftar belanja. Dengan gaya khasnya, Pep Guardiola tahu Omar adalah bagian dari puzzle besar buat proyek jangka panjang City.
Sebagai pemain serba bisa, Marmoush punya kombinasi maut: kecepatan, insting pembunuh di depan gawang, dan kemampuan adaptasi sebagai nomor 9 atau winger. Ketika ditanya soal kepindahannya, Omar bilang dengan penuh percaya diri:
"City adalah klub paling sukses di Inggris selama bertahun-tahun. Saya tahu saya bakal belajar banyak di sini dan jadi bagian dari tim yang nggak pernah berhenti menang."Â Dikutip dari The Guardian.
Tapi nih, cerita ini nggak cuma soal transfer gede. Ada dinamika yang lebih dalam soal gimana City mainin filosofi finansial mereka buat terus berjaya.
"Duit itu Nggak Sejati, Dia Numpang Lewat"
Kalimat barusan mungkin cocok banget kalau diucapin Omar Little. Tapi faktanya, itu juga ngegambarin strategi belanja Manchester City. Dengan bujet 122,5 juta pound dalam satu jendela transfer, City berhasil narik tiga nama besar: Vitor Reis, Abdukodir Khusanov, dan Omar Marmoush.
Tapi, uang emang selalu jadi kunci sukses ya? Pep Guardiola sendiri pernah nyeletuk:Â "Kalau kita nggak menang, ya berarti nggak pantas." Kalimat itu ngegambarin realita bahwa duit doang nggak selalu cukup buat bikin tim jadi tak terkalahkan.
Contohnya waktu City unggul 2-0 lawan Paris Saint-Germain di Liga Champions. Eh, malah kalah. Itu jadi kali kesembilan musim ini mereka gagal menang setelah memimpin. Jack Grealish, yang buka skor di Paris, juga nggak bisa nahan frustrasinya:
"Kita terlalu sering kehilangan keunggulan. Itu udah kejadian berkali-kali musim ini." Dikutip dari Sky Sports.
Kyle Walker: Meninggalkan Zona Nyaman untuk Petualangan Baru
Di saat Marmoush mulai petualangannya di Etihad, Kyle Walker justru milih cabut. Setelah tujuh musim penuh prestasi bareng City, Walker mutusin buat nyoba peruntungan di luar negeri dengan gabung AC Milan.
Di usia 34 tahun, Walker jelas butuh tantangan baru. Meski udah menangin hampir semua trofi yang ada, sorotan media soal kehidupan pribadinya bikin dia kayaknya pengen suasana yang lebih adem.
Kepergian Walker seakan jadi simbol pergeseran era di Manchester City. Marmoush mewakili masa depan yang cerah, sementara Walker adalah pengingat dari generasi emas yang perlahan pamit.
Semua Ada dalam Permainan
Manchester City, kayak Omar Little di The Wire, adalah ahli strategi. Mereka tahu kapan harus menyerang, kapan harus bertahan, dan kapan harus nekat ambil risiko besar. Tapi ya, namanya sepak bola, nggak ada yang pasti.
Omar Marmoush adalah bagian dari teka-teki besar yang coba disusun Pep buat ngedorong City ke level yang lebih tinggi. Entah bakal jadi bintang atau cuma jadi nama yang sekadar numpang lewat aja, waktu yang bakal jawab. Satu hal yang udah pasti: semuanya ada dalam permainan.
Source: BBC, Sky Sports, The Guardian, The Sun
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI