Liga Super Eropa Jilid 2, sebuah kompetisi tandingan Liga Champions UEFA. Menurut eksekutif Madrid, Jose Angel Sanchez, keluar dari naungan UEFA adalah sesuatu yang "lebih mendesak dari sebelumnya." Bahkan, ia menyamakan UEFA dengan musisi di kapal Titanic, yang terus bermain meskipun kapal sudah mau tenggelam.
Klub raksasa Spanyol ini kembali memanaskan wacana soalKenapa Real Madrid Ngotot?
Dalam sebuah studi kasus yang disusun oleh Harvard Business School (HBS), Jose Angel Sanchez menjelaskan alasan di balik gagasan ini. Menurutnya, sistem sepak bola Eropa yang sekarang sudah ketinggalan zaman dan perlu diubah. UEFA, yang selama ini memegang kendali, dianggap menghambat inovasi dan tidak mampu bersaing dengan kompetisi lain di dunia hiburan.
"Kami merasa seperti desa Asterix di dunia yang didominasi oleh bangsa Romawi. Kami punya 'ramuan ajaib' --- tradisi dan kekuatan klub yang istimewa --- tapi kami harus terus berjuang," kata Sanchez.
Apa yang Jadi Masalah?
Dominasi Liga Inggris
Pendapatan hak siar Liga Primer Inggris yang super besar bikin klub-klub Spanyol (dan Eropa lainnya) kesulitan bersaing di bursa transfer.
Klub Milik Negara
Real Madrid menyoroti klub-klub seperti Manchester City (Abu Dhabi) dan Paris Saint-Germain (Qatar) yang didukung dana tak terbatas. Mereka merasa persaingan jadi nggak adil.
Pengaruh UEFA Terlalu Besar
UEFA dianggap seperti "kartel" yang mengontrol hak media, padahal risiko finansial dan operasional justru ditanggung klub. Madrid ingin klub-klub seperti mereka punya kontrol lebih atas kompetisi dan pendapatan.
Solusi Ala Real Madrid
Sanchez dan penasihat Florentino Perez, Anas Laghrari, punya visi soal masa depan sepak bola Eropa:
- Kompetisi Berkualitas Tinggi Sepanjang Tahun: Liga Super Jilid 2 disebut akan menampilkan pertandingan seru antar klub-klub top Eropa setiap minggunya.
- Hubungan Langsung dengan Fans Global:Â Madrid ingin memangkas perantara seperti UEFA dalam distribusi hak siar. Mereka ingin penggemar dari Jepang hingga Brasil bisa menonton langsung lewat platform yang dikendalikan klub.
"Saat ini, penggemar Real Madrid di Osaka menonton pertandingan melalui penyiar Jepang yang bayar ke UEFA, lalu UEFA bayar ke kami. Kalau kami kelola sendiri, pendapatan siaran bisa jauh lebih besar," ujar Sanchez.
Apa Kata UEFA?
Meski belum ada respons langsung, ide Liga Super ini sudah bikin heboh sejak pertama kali muncul pada 2021. Saat itu, proyek ini ditentang habis-habisan oleh fans dan sebagian besar klub pendiri mundur. Hanya Real Madrid dan Barcelona yang masih bertahan.
Kenapa Ini Penting?
Real Madrid bukan cuma cari untung, tapi juga mengklaim sedang "menyelamatkan sepak bola." Mereka khawatir sepak bola Eropa akan kalah bersaing dengan hiburan lain di era digital. Format, jadwal, dan kualitas pertandingan harus berubah biar tetap menarik.
"Sepak bola itu dicintai orang di seluruh dunia, tapi kita harus berani berubah. Kalau tidak, industri ini bisa tenggelam seperti Titanic," kata Sanchez.
Apa Selanjutnya?
Apakah Liga Super Jilid 2 bakal terwujud atau sekadar wacana? Yang jelas, Real Madrid nggak akan berhenti mendorong ide ini. Buat klub-klub lain, ini bisa jadi peluang atau justru ancaman. Tapi satu hal yang pasti, dunia sepak bola akan terus memantau langkah Real Madrid.
Fun Fact: Tahukah kamu? Real Madrid adalah klub pertama dengan pendapatan tahunan lebih dari 1 miliar euro, berkat sukses mereka di Liga Champions musim lalu. Nggak heran kalau mereka ngotot jadi pionir di sepak bola Eropa!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H