Pernah denger tentang hubungan unik antara dunia akademis dan olahraga? Kalau belum, yuk simak perjalanan Ruben Amorim, yang nggak cuma jago di lapangan, tapi juga punya kemampuan luar biasa di dunia akademik. Amorim jadi perhatian banyak orang, terutama karena latar belakang pendidikannya di Fakultas kinetika Manusia di Universitas Lisbon. Dan jangan salah, dia memang bukan orang biasa.
Profesor Antnio Veloso, yang dulu teman sekelas Jos Mourinho, memuji Amorim sejak pertama kali wawancara untuk kursus pelatihan sepak bola berperforma tinggi atau high-performance football coaching.Â
"Dari awal, sudah kelihatan kalau dia punya sesuatu yang istimewa," kata Veloso, di sadur dari The Guardian. "Waktu latihan taktis, semua siswa lain pasti ngelirik ke Ruben dan minta pendapatnya, tapi dia tetap rendah hati." Gimana nggak, dia memang punya kualitas kepemimpinan yang bikin orang lain terkesan.Â
Cuma, jangan kira Amorim ini meniru Mourinho, meskipun mereka sama-sama pernah belajar di fakultas ini. Veloso inget banget gimana Mourinho, yang saat itu berusia 26 tahun, baru keluar dari sekolah bisnis dan sadar kalau jadi pemain sepak bola profesional kayaknya nggak cocok buat dia. Alhasil, dia masuk kursus ilmu olahraga dan jadi pemain sekaligus pelatih tim profesor.
Tapi yang menarik, naluri "pembunuh" Mourinho yang legendaris udah kelihatan sejak dulu. "Dia bilang ke teman satu timnya, 'Jangan lembek! Jadilah tangguh!'" kata Veloso. Itulah yang bikin Mourinho akhirnya jadi pelatih top dunia.
Saat ini, pelatih asal Portugal emang lagi jadi pusat perhatian. Jangan salah, dulu Inggris yang kirim pelatih-pelatih hebat seperti Sir Bobby Robson ke Portugal. Tapi sekarang, pelatih Portugal justru jadi banyak banget di Liga Premier Inggris, bahkan jumlahnya sama dengan pelatih asal Inggris. Nggak cuma itu, Portugal juga punya pemain Liga Premier terbanyak keempat setelah Inggris, Brasil, dan Prancis. Jadi, bisa dibilang, meskipun Portugal punya populasi hanya 10,5 juta jiwa, mereka punya kekuatan besar di sepak bola Eropa.
Nah, sebagian alasan kenapa ini bisa terjadi mungkin ada di Cruz Quebrada, daerah sepi di pinggiran Lisbon yang menghadap ke muara Tagus. Di situlah fakultas yang membantu membentuk Mourinho dan Amorim berada. Banyak orang tahu kalau Mourinho dapat kesempatan besar sebagai penerjemah Robson di Sporting, tapi nggak banyak yang tahu kalau awal karier Mourinho itu dimulai dari dunia akademis. Profesor Veloso, yang juga masih aktif di dunia akademis, masih terus menjaga hubungan dengan Mourinho, dan saat dia kepikiran buat bikin program magister high-performance football coaching, Veloso pun ingat akan ide Mourinho.
"Jos selalu bilang kalau dia belajar di sini dan menyebut fakultas ini sebagai almamaternya," kata Veloso. Dengan latar belakang akademis yang unik, Mourinho jadi orang yang pas untuk membantu mereka merancang kursus kepelatihan sepak bola yang nggak cuma fokus di teknik, tapi juga psikologi dan fisiologi olahraga yang lebih mendalam. Bahkan, mereka ngajarin cara-cara mengelola tim kayak manajer dana ekuitas swasta atau oligarki Rusia.
Baca juga: Amorim & Rashford: Duet Pembuat Sejarah di Old Trafford
Kursus yang mereka rancang nggak cuma ngajarin soal motivasi pemain, tapi juga tentang komunikasi non-verbal dan bagaimana cara mengelola tim dengan pendekatan yang lebih ilmiah. Salah satu contoh, Rick Parry, Ketua EFL, ngajarin modul tentang tata kelola dan cara menghadapi masalah sensitif di lapangan, seperti komentar rasis dari pemain. Semuanya diajarin dengan cara yang lebih cerdas dan terstruktur, jauh dari sekadar motivasi semata.