"Disini aku berkarya, mencoba taklukkan dunia. Tak terasa, sudah lama aku meninggalkannya.
Kini aku rindu kampung halaman. Meski tak seindah kahyangan, namun ia selalu membuatku nyaman."
Penggalan bait diatas pernah saya tulis di buku jurnal ketika berdinas selama 7 tahun di Semarang, Jawa Tengah. Saya teringat betul kala itu karena tuntutan pekerjaan, saya harus rela meninggalkan kampung halaman.
Sebuah pengalaman berharga ketika harus jauh dari keluarga untuk bekerja. Banyak sekali tantangan dan ujian yang saya hadapi waktu itu, mulai dari adaptasi kultur budaya, jenis dan rasa makanan hingga suasana kota yang sangat berbeda.
Saya terlahir dan besar di Mojokerto, sebuah kota kecil berpenduduk 132 ribu jiwa. Mojokerto dikenal dengan sebutan kota onde-onde karena menjadi sentra produksi jajanan yang legendaris itu.
Setiap tahun sehari menjelang lebaran, saya mudik dari Semarang menuju Mojokerto. Karena waktu itu belum ada jalan tol, maka biasanya saya lewat jalur selatan karena lebih sejuk ketimbang jalur pantura.
Kurang lebih 9 jam perjalanan darat menggunakan mobil pribadi memang cukup melelahkan. Namun biasanya akan terbayar lunas sesampainya di rumah dan bertemu keluarga.
Setidaknya ada 3 hal yang membuat saya selalu rindu kampung halaman, antara lain
1. Makanan Kesukaan
Hal utama yang selalu membuat saya rindu kampung halaman adalah makanan. Di kota Mojokerto memang terdapat beragam makanan khas, tetapi ada satu yang selalu saya cari pada waktu mudik lebaran, namanya rujak cingur. Bahkan saya merasa belum pulang kampung jika belum makan rujak cingur.
Makanan berbahan dasar petis udang ini memang dahsyat sekali rasanya, apalagi bagi saya pecinta pedas biasanya pesan rujak cingur dengan 13 cabai rawit.Â
Rujak cingur paling pas dimakan saat siang atau sore hari. Kita bisa menjumpai banyak pedagang rujak cingur di jalanan kota Mojokerto seperti Jl. PB. Sudirman, Jl. Majapahit hingga alun-alun kota.Â
Makanan lain yang jadi favorit saya ketika pulang kampung adalah lontong kupang yang berbahan dasar remis (kerang kecil), onde-onde dan lumpia sayur.
2. Tempat Wisata Favorit
Karena lokasi yang cukup rendah, cuaca di kota Mojokerto relatif panas. Oleh sebab itu kalau mau refreshing, biasanya saya senang mengunjungi tempat-tempat wisata dataran tinggi salah satunya adalah Kecamatan Trawas.
(Baca: Poetoek Soeko, Wisata Alam dan Edukasi nan Lestari)
Trawas menyuguhkan berbagai macam wisata alam mulai dari air terjun, kawasan berkemah (camping zone), rafting, pendakian gunung, hutan cemara hingga pemandian yang langsung bersumber dari mata air pegunungan.
Agenda rutin saya ketika pulang kampung adalah berkunjung ke Trawas. Tak lupa saya biasanya membeli hasil alam yang dijual penduduk asli seperti madu liar, pisang trawas dan ketela ungu.
3. Suasana Hangat dan Kebersamaan
Hal terakhir namun bukan yang paling akhir yang saya rindukan dari kampung halaman tentu saja suasana hangat dan kebersamaan. Saya benar-benar bersyukur memiliki keluarga besar yang sangat erat dan saling mendukung.
Mungkin sebagian orang senang bekerja di luar kota, jauh dari keluarga dengan alasan mencari pengalaman atau gaji lebih besar. Tapi bagi saya selaku ex perantauan, tempat ternyaman itu bernama keluarga.
***
Kini saya sudah menetap di Mojokerto setelah pernah meninggalkannya dalam jangka waktu lumayan lama. Jadi tak perlu lagi mudik untuk sekedar menikmati rujak cingur ekstra pedas kesukaan.Â
"Mancing di kolam dapat betutu, Raja arab namanya Salman. Lebaran sudah diambang pintu, mari kita pulang kampung halaman."
-Anjas Permata
#thr kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H