Siang itu suhu temperatur menunjukkan catatan 33' C. Artinya hari ini cuaca begitu panas menyengat.
Tak terasa kita sudah memasuki hari ke-18 puasa Ramadan 1444H. Separuh jalan telah kita lewati, jadi harus tetap semangat ya kawan supaya mendapatkan kemenangan di hari lebaran.
Seperti biasa di akhir pekan, saya lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Ini adalah cara saya untuk menyeimbangkan diri karena padatnya aktivitas pekerjaan.
Kali ini izinkan saya untuk menceritakan sebuah kisah yang saya ambil dari seorang penjual kerupuk langganan di rumah. Kebetulan saya bertemu dengan beliau dan sempat berbincang.
Namanya pak Yadi, pria kelahiran asli Mojokerto ini sekarang berusia 53 tahun. Pak Yadi berjualan kerupuk sejak kecil, maklum karena memang ia lahir di kalangan keluarga yang kekurangan.Â
Yadi kecil sering diajak sang ayah berkeliling menawarkan kerupuk uyel. Mungkin memang sudah diskenariokan bahwa kelak Yadi kecil akan meneruskan usaha sang ayah berjualan kerupuk.
Setiap pagi pak Yadi memulai aktivitasnya dengan memasukkan kerupuk-kerupuk yang hendak dijual kedalam plastik berukuran besar. Kerupuk yang telah di packing itu kemudian ditaruh ke dalam rengkek bambu. Tak lupa ia juga menyiapkan sepeda onthel berusia hampir seabad yang menjadi kendaraan operasional sehari-hari.
Perjalanan pak Yadi dari rumahnya di Mojosari menuju ke kota Mojokerto setidaknya membutuhkan waktu 50 menit hingga 1 jam. Semua itu ia lakukan demi memenuhi kebutuhan istri dan ketiga orang anaknya.
Pak Yadi menjajakan produk kerupuk sambil berteriak dan membunyikan bel sepedanya. Suaranya khas sehingga saya tidak pernah salah ketika menghentikannya.
"Pak, kerupuk..!!!" teriak saya dari dalam rumah.