"Pikiran anak-anak ibarat spons yang mampu menyerap semua yang dilihat, didengar dan dirasakan" -Anjas Permata
Apakah Anda pernah mendengar istilah "Golden Moment Age"? Rangkuman dari berbagai sumber menyebutkan bahwa Golden Moment Age (Masa Keemasan) ialah waktu atau fase seorang anak dimana pada saat itu otak serta fisiknya mengalami pertumbuhan serta perkembangan yang sangat pesat.
Para ahli ada yang mengatakan bahwa masa keemasan otak seorang anak dimulai pada usia 0--5 tahun, tetapi ada juga yang menyebutkan usia 0 - 7 tahun.
Di saat itu, seorang anak merajut neuron-neuron dalam otaknya yang dilengkapi dengan berbagai sumber informasi melalui panca indera. Berbagai macam stimulus yang didapat akan membentuk jaringan otak dan berubah menjadi kebiasaan, keyakinan, emosi, kreativitas, keterampilan serta karakter atau kepribadian.
Hampir 99% informasi yang masuk ke otak di masa keemasan akan diterima sebagai sesuatu yang benar, karena pada saat itu struktur pikiran belum terbentuk sempurna. Di masa keemasan, otak belum memiliki filter mental atau critical factor yakni bagian dari struktur pikiran yang berfungsi menyaring informasi dan melakukan analisa.
Sebagai contoh, Anda mungkin pernah melihat anak bermain sandal yang diimajinasikan sebagai mobil-mobilan, atau seorang anak memainkan sapu yang dianggapnya sebagai gitar.
Imajinasi-imajinasi tersebut membuktikan bahwa otak seorang anak belum memiliki fungsi analisis. Kalau sekarang kita tiba-tiba bermain sandal layaknya mobil atau sapu seperti gitar, mungkin semua orang bakal menertawakan.
Berangkat dari pemahaman di atas, maka para orangtua seharusnya paham bahwa Golden Moment Age ibarat pisau bermata dua. Jika kita mampu memanfaatkan masa keemasan otak dengan memberikan informasi, sugesti maupun stimulus yang positif, maka tentu anak kita akan tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang luar biasa.
Sebaliknya apabila orangtua justru banyak memberikan stimulus-stimulus yang bersifat negatif kepada anak misalnya rasa trauma, luka fisik, luka psikis, memberi contoh yang jelek, mendidik dengan kekerasan, dan lain-lain, maka ia akan tumbuh dan berkembang menjadi pribadi sesuai dengan labeling yang telah kita sematkan kepadanya.
Contoh, ketika Anda mengatakan "kamu ini bodoh!", maka seorang anak akan menganggap bahwa dirinya memang bodoh. Saat Anda bilang, "kamu anak nakal!", maka seorang anak akan menerjemahkan bahwa memang dirinya nakal.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!