Mohon tunggu...
Anjas Permata
Anjas Permata Mohon Tunggu... Konsultan - Master Hypnotist

Trainer Hypnosis, Master Hypnotist, Professional Executive, Founder Rumah Hipnoterapi, Founder Mind Power Master Institute, Ketua DPD Perkumpulan Komunitas Hipnotis Indonesia (PKHI)

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

4 Jenis Pertanyaan yang Harus Dihindari Saat Silaturahmi Idul Fitri

29 April 2022   23:43 Diperbarui: 29 April 2022   23:46 3420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://assets.promediateknologi.com/crop/0x0:0x0/750x500/photo/ayobandung/bank_image/medium/untung-rugi-jadi-jomlo-pilih-mana.jpg

Momen lebaran adalah saat yang dinantikan oleh umat muslim setelah sebulan penuh menjalani ibadah puasa Ramadan.

Biasanya ketika silaturahmi Lebaran Idul Fitri, semua keluarga dekat maupun jauh akan berkumpul. Selain bersalaman dan bermaafan, disaat itulah Anda kemungkinan akan mendapatkan beragam pertanyaan.

Jarangnya intensitas pertemuan mungkin membuat kita semua saling penasaran satu sama lain. Namun tahukah Anda bahwa berdasarkan riset ternyata pertanyaan-pertanyaan yang kita ajukan saat silaturahmi bisa berakibat macam-macam.

Bagi orang-orang yang mempunyai kepercayaan diri, mungkin akibatnya tidak terlalu serius. Tetapi untuk orang-orang yang sedang mengalami krisis, entah krisis karakter, krisis kepercayaan diri hingga krisis finansial, tentu sebuah pertanyaan dapat mengandung makna bias.

Akibat pertabyaan yang kurang tepat bisa membuat seseorang terganggu bahkan tersinggung. Oleh karena itu penting sekali kita mencermati sebenarnya di momen lebaran kali ini, pertanyaan-pertanyaan seperti apa yang seharusnya kita hindari.

Berikut 4 jenis pertanyaan yang harus dihindari saat silaturahmi idul fitri.

1. Pertanyaan Single Shaming

https://assets.promediateknologi.com/crop/0x0:0x0/750x500/photo/ayobandung/bank_image/medium/untung-rugi-jadi-jomlo-pilih-mana.jpg               
        googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-ad-712092287234656005-412');});
https://assets.promediateknologi.com/crop/0x0:0x0/750x500/photo/ayobandung/bank_image/medium/untung-rugi-jadi-jomlo-pilih-mana.jpg googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-ad-712092287234656005-412');});

Di Indonesia, pertanyaan single shaming biasanya dilakukan oleh orang-orang yang sudah memiliki pasangan. Contoh-contoh pertanyaan single shaming adalah sebagai berikut:

"Kamu sudah menikah apa belum?"

"Kapan kamu mau menikah?"

Merupakan sederet perntanyaan sensitif yang sangat mengganggu para jomlowan dan jomlowati (hehe..). Dalam konsep relationship modern, pernikahan bukanlah sebuah kewajiban, melainkan pilihan.

Setiap orang berhak memilih apakah ingin mengikatkan diri di dalam tali perkawinan atau hidup bebas tanpa ikatan. Kita tidak boleh memberikan penilaian atas pilihan setiap orang.

Jadi kawan, hindari pertanyaan-pertanyaan yang berbau Single Shaming ya saat silaturahi lebaran, karena hal itu sangat mengganggu.

2. Pertanyaan Body Shaming

https://cdn-asset.jawapos.com/wp-content/uploads/2019/01/terlalu-gendut-remaja-ini-tak-mampu-buka-mata-dan-berjalan_m_224221.jpeg
https://cdn-asset.jawapos.com/wp-content/uploads/2019/01/terlalu-gendut-remaja-ini-tak-mampu-buka-mata-dan-berjalan_m_224221.jpeg

Body Shaming artinya mengolok-olok tubuh seseorang. Entah orang yang diejek itu kurus, gemuk, rambutnya lurus, keriting dan sebagainya. Contoh-contoh pertanyaan body shaming adalah sebagai berikut:

"Kamu sekarang gendutan ya?"

"Kamu sekarang kurusan ya?"

Meskipun hanya bermaksud bercanda, namun tetap wajib kita tinggalkan kawan. Pertanyaan-pertanyaan diatas bisa sangat serius dirasakan oleh seseorang karena berkenaan dengan fisiknya.

Tentu saat momen silaturahmi kita tidak ingin isi dengan hal-hal buruk bukan. Oleh sebab itu diperlukan kontrol di dalam kita berkomunikasi dengan siapapun yang kita temui saat silaurahmi.

3. Pertanyaan Kids Shaming

https://static.republika.co.id/uploads/images/inpicture_slide/anak-anak-ilustrasi-_150104092159-985.jpg
https://static.republika.co.id/uploads/images/inpicture_slide/anak-anak-ilustrasi-_150104092159-985.jpg

Jenis pertanyaan ketiga yang harus kita hindari adalah pertanyaan seputar anak atau biasa disebut dengan kids shaming. Jenis pertanyaan ini bisa diajukan kepada orang yang sudah maupun belum mempunyai anak. Contoh-contoh pertanyaan kids shaming adalah sebagai berikut:

"Sudah punya momongan apa belum?"

"Anaknya sudah berapa?"

"Anakmu belum bisa bicara ya? Anakku umut 2 tahun sudah banyak ngomongnya?"

Memiliki keturunan adalah anugerah dari Sang Pencipta. Terkadang ada pasangan yang cepat punya momongan, namun tidak sedikit pula yang agak lama dikaruniai anak.

Nah, pertanyaan sudah punya anak apa belum, bisa membuat seseorang sakit hati. Kita tidak pernah tahu masalah apa yang sedang dihadapi oleh lawan bicara, sehingga diperlukan empati di dalam kita mengajukan pertanyaan saat ngobrol.

Bahkan untuk contoh pertanyaan ketiga dimana kita membandingkan kemampuan seorang anak dengan anak lain. Semua anak mempunyai fase tumbuh kembang yang berbeda-beda tergantung dari faktor genetik, nutrisi dan lingkungan. 

Daripada kita bandingkan, alangkah baiknya meminta izin untuk memberikan saran-saran yang bermanfaat seperti menyarankan untuk mengikuti sesi pelatihan terapi wicara, terapi motorik dan lain-lain.

4. Pertanyaan Career Shaming

https://koinworks.com/wp-content/uploads/2020/01/menghancurkan-karir-featured-1200x900.jpg
https://koinworks.com/wp-content/uploads/2020/01/menghancurkan-karir-featured-1200x900.jpg

Career Shaming berkaitan dengan pekerjaan atau profesi seseorang. Ini juga salah satu pertanyaan yang sering diajukan saat momen silaturahmi idul fitri. 

Rasa ingin tahu pekerjaan seseorang dapat membunuh rasa percaya dirinya. Bisa saja lawan bicara kita sedang mengalami problem karir atau finansial sehingga pertanyaan seputar pekerjaan dan/atau profesi dapat membuatnya semakin frustasi.

Contoh-contoh pertanyaan career shaming adalah sebagai berikut:

"Kamu sekarang kerja dimana?"

"Kamu sudah kerja apa belum?"

Sebagian orang menganggap bahwa kehidupan karir dan pekerjaan adalah ranah privasi yang tak perlu disentuh dalam sebuah percakapan. Oleh karena itu, kita wajib menghargai privasi orang lain tersebut.

***

Berkomunikasi adalah sebuah seni yang melibatkan 4 hal diantaranya

  • Kemampuan menahan diri atau kontrol
  • Berempati kepada lawan bicara
  • Memilih jenis pertanyaan; dan
  • Menghargai lawan bicara

Jika kita mampu menerapkan 4 prinsip diatas, niscaya suasana silaturahmi akan terjaga dengan kondusif. Sekali lagi bahwa momen silaturahmi idul fitri merupakan ajang untuk melebur dosa dan menghapus kesalahan dengan saling memaafkan.

Demikian ulasan 4 jenis pertanyaan yang harus dihindari saat silaturahmi idul fitri. Semoga bermanfaat.

Salam sehat, sukses dan bahagia.

-Anjas Permata

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun