Tak perlu kita memaksakan agama dan/atau keyakinan apapun kepada orang lain. Kehidupan beragama adalah sebuah pilihan diantara beberapa agama yang sudah diakui oleh negara.
Indonesia sebagai negara besar dengan jumlah penduduk lebih dari 260juta jiwa tentu memiliki keberagaman adat istiadat, budaya keyakinan dan juga agama.
"Jangan menjadikan perbedaan sebagai sebuah perpecahan. Perbedaan dan keberagaman adalah sebuah keindahan dalam harmoni yang saling mendamaikan." -Anjas Permata
Agama Islam sendiri masuk ke Indonesia dengan cara-cara yang damai tanpa kekerasan. Bahkan sejak zaman dulu, Agama Islam mampu berdampingan dengan agama-agama sebelumnya seperti Hindu dan Buddha.
Sejak awal, Agama Islam mendefinisikan dirinya sebagai Agama yang lemah lembut (Al-Hanafiyah, As-Samhah), menjadikan toleransi sebagai nilai utama. Oleh karena itu penyebaran agama Islam di ruang-ruang geografis bukanlah penetrasi kekerasan nan agresif.
Fakta bahwa terjadi perang saat penyebaran Agama Islam di masa Nabi Muhammad SAW merupakan sebuah pengecualian yang disesuaikan dengan kebutuhan, karena watu itu Nabi dan para pengikut mendapat ancaman nyawa bertubi-tubi dari kaum kafir. Artinya saat di saat kondisi aman seperti sekarang, tentu tidak relevan kita memilih cara-cara kekerasan dan perang.
Mari kita junjung tinggi nilai-nilai toleransi beragama sehingga dapat menciptakan kehidupan bernegara yang tenang, aman, tenteram, sejahtera dan sentosa.
"Tuhan memang satu, kita yang tak sama." -Yovie Widianto
كُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ
Surat Al-Kafirun ayat 6 artinya,"Untukmu, agamamu dan untukku, agamaku."
Mari kita saling menghormati keyakinan dan tata cara beribadah semua agama. Tak perlu saling menyalahkan, karena agama dan keyakinan itu soal hati yang tak bisa dipaksakan.