Mohon tunggu...
Anjas Permata
Anjas Permata Mohon Tunggu... Konsultan - Master Hypnotist

Trainer Hypnosis, Master Hypnotist, Professional Executive, Founder Rumah Hipnoterapi, Founder Mind Power Master Institute, Ketua DPD Perkumpulan Komunitas Hipnotis Indonesia (PKHI)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Aksi Sederhana untuk Mereka yang Ada di Antara Kita

15 November 2021   23:12 Diperbarui: 16 November 2021   11:10 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebut saja namanya mbah Mukidi. Pria berusia 72 tahun itu kami temui sewaktu gowes hari sabtu lalu.

Saat mbah Mukidi mengayuh becaknya dengan pelan, kami menghentikannya di tengah jalan. Kebetulan aku ada di barisan paling depan. Kuhampiri pria itu lantas berkata, "Mbah saget minggir rumiyin, jenengan bade angsal hadiah?" (baca: Mbah, bisa menepi dulu, Anda mau mendapatkan hadiah)

Raut muka ngos-ngosan bercampur kaget tampak jelas tergurat. Tak lama mbah Mukidi bersama becak berkaratnya pun berhenti di pinggir jalan Les Padangan.

Sambil menuntun becaknya, mbah Mukidi bertanya, "Iki ono acara opo lhe?" (baca: Ini ada acara apa nak?)

Temanku menjawab, "Mboten mbah, niki lho wonten sembako kagem jenengan" (baca: Tidak ada apa-apa mbah, ini hanya ada sembako untuk Anda)

Kemudian sebungkus sembako yang telah siap sebelumnya kami serahkan. Betapa senangnya mbah Mukidi, tak henti-hentinya dia mengucap terima kasih dan memberikan doa kepada kami semua.

Sumber: Dokumentasi Pribadi
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Mbah Mukidi, pria asli Desa Kemlagi, Mojokerto ini sehari-hari berprofesi sebagai tukang becak. Dia memiliki 5 orang anak dan 3 orang cucu. Mbah Mukidi hanya tinggal berdua bersama sang Istri yang berprofesi sebagai tukang cuci panggilan.

Selain mbecak (baca: tukang becak), mbah Mukidi juga memiliki profesi lain yakni sebagai juru kunci pemakaman umum. Sebuah profesi mulia tanpa kontrak kerja apalagi gaji bulanan. Eiiitss.. tapi jangan salah, juru kunci makam itu pekerja informal yang kontrak kerjanya langsung dari Sang Pencipta gaes (hehe..). 

Penghasilan mbah Mukidi sebagai tukang becak per hari cuma 40ribu, kalau lagi hoki bisalah dapat 60ribu katanya. Sebagai juru kunci makam, malah penghasilannya tak tentu. Biasanya paling ramai kalau hari kamis malam jumat, karena tradisi masyarakat Mojokerto, di hari kamis jadi waktu paling baik untuk nyekar (baca: ziarah makam keluarga). Mbah Mukidi dapat penghasilan dari keikhlasan pengunjung makam.

Setiap pagi, mbah Mukidi langsung bergegas ke lokasi makam. Dia membersihkan halaman makam dari dedaunan yang runtuh. Siang hari barulah mbah Mukidi mulai mangkal di pasar menunggu penumpang. Dua profesi itu dilakoni selama puluhan tahun sebagai bentuk tanggung jawab kepala rumah tangga.

Sekelumit kisah mbah Mukidi diatas memberikan kami pelajaran berharga tentang arti tanggung jawab, kerja keras serta dedikasi yang tinggi kepada pekerjaan dan keluarga tercinta. 

Tak banyak memang yang kami berikan kepada mbah Mukidi, maklum klub gowes kami memang baru pertama kali ini mulai menjalankan aksi sosial. Ide itu muncul lantaran kesadaran kami untuk berbagi kepada sesama.

Gajah Mada Bikes Community (GMBC) adalah klub gowes yang beranggotakan 10 orang. Kami semua dari latar belakang yang berbeda-beda, namun dipersatukan oleh hobi yang sama.

Kami memiliki semboyan Sehat, Sarapan, Selfie, Sedekah yang artinya di setiap kesempatan gowes bareng akan selalu ada tempat untuk sarapan, tempat untuk selfie dan tempat untuk berbagi.

GMBC. Sumber: dokumentasi pribadi
GMBC. Sumber: dokumentasi pribadi

Kami yakin dan percaya bahwa aksi berbagi kepada sesama mempunyai banyak manfaat, antara lain

Mengaktifkan Sinyal Bahagia di Otak

https://portalmongondow.com/
https://portalmongondow.com/

Berbagai studi menyebutkan bahwa aktivitas bersedekah ternyata dapat memicu otak menghasilkan hormon dopamin dan seretonin. Hormon dopamin berkaitan dengan perasaan senang, sedangkan hormon seretonin berhubungan dengan suasana hati.

Kedua hormon tersebut termasuk ke dalam kategori hormon kebahagiaan. Semakin sering kita bersedekah, maka semakin bahagia kehidupan kita. Semakin sering kita berbagi, kehidupan kita akan jadi lebh baik.

Merasa Lebih Bersyukur

https://blue.kumparan.com/
https://blue.kumparan.com/

Gemar bersedekah akan membuat kita merasa lebih bersyukur. Saat kita memberikan sesuatu kepada orang lain, maka kita akan merasa jauh lebih baik karena telah menjadi orang yang bermanfaat.

Memperbanyak rasa syukur akan melipatgandakan nikmat. Jangan menunggu kaya untuk bersedekah, tetapi bersedekahlah sehingga Sang Pencipta membuka semua pintu rejeki kita.

Meningkatkan Kepuasan Hidup

https://img.inews.co.id/
https://img.inews.co.id/

Studi di Jerman menunjukkan bahwa orang yang suka memberi memiliki tingkat kepuasan hidup lebih baik ketimbang orang yang tidak suka memberi. 

Bersedekah memiliki makna yang luas, tidak hanya berbagi materi melainkan bisa juga sedekah ilmu dan sedekah tenaga. Aktivtas memberi dan berbagi ini secara tidak langsung merangsang munculnya hormon endorfin yakni hormon yang berkaitan dengan perasaan puas.

Mengurangi Tingkat Stres

https://1.bp.blogspot.com/-
https://1.bp.blogspot.com/-

Beberapa penelitian menyatakan bahwa orang-orang yang aktif dalam kegiatan-kegiatan amal cenderung tidak gampang stres ketimbang orang yang tidak pernah memberi.

Orang yang suka menumpuk kekayaan, kemudian enggan berbagi karena takut uangnya berkurang, takut hartanya habis biasanya akan menderita karena mentalitas kekurangan menciptakan perasaan cemas, takut hingga akhirnya stres.

***

Mbah Mukidi adalah cikal bakal pekerja informal tempat kami berbagi. Berbagi bukan soal berapa besar nominalnya, yang penting dijalankan rutin agar membawa manfaat buat diri sendiri dan orang lain.

Yuk kawan, kita gencarkan gerakan Berbagi, Beramal dan Bersedekah! Salam Sehat dan Bahagia. 

"Bukan soal kilometer, hanya menikmati ayunan kaki. Bukan soal durasi yang penting hepi" GMBC

-AP-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun