Sayangnya sejak revolusi industri tahun 1750 yang ditandai dengan ditemukannya mesin uap, konsentrasi gas rumah kaca naik signifikan. Hal tersebut disebabkan penggunaan bahan bakar fosil secara masif hingga sekarang.
Hanya dalam kurun waktu 3 abad, gas rumah kaca yang sebelumnya diperkirakan 280 part per milion (ppm) naik menjadi 414,3 ppm. Menebalnya gas rumah kaca membuat kemampuan bumi dalam melepaskan emisi ke luar angkasa menjadi berkurang. Alih-alih dilepaskan, emisi dan panas matahari justru dipantulkan kembali ke bumi.
Kondisi tersebut membuat suhu bumi semakin lama semakin panas. Bumi seperti berada dalam rumah kaca yang suhunya naik pelan-pelan karena banyaknya panas dan gas emisi yang terperangkap di dalamnya.
Gas rumah kaca sebenarnya adalah proses yang alami. Atmosfer merupakan bagian yang dapat menyaring energi radiasi dari matahari. Radiasi yang berbahaya dari matahari disaring oleh atmosfer sehingga tidak membahayakan makhluk hidup yang tinggal di bumi.
Atmosfer juga berfungsi menjaga suhu bumi dengan kemampuannya menahan panas matahari agar tidak terlepas semua ke luar angkasa. Emisi yang dihasilkan oleh alam sebenarnya sudah cukup untuk membangun ekosistem di bumi.
Namun sekarang kemajuan teknologi dan beragam aktivitas manusia justru malah mengakselerasi bertambahnya gas-gas rumah kaca di atmosfer.Â
Gas emisi yang berasal dari penggunaan bahan bakar fosil seperti mesin-mesin industri, alat transportasi, penggunaan peralatan elektronik hingga pemakaian listrik sehari-hari menambah daftar panjang penyebab pemanasan global.