Mohon tunggu...
Anjas Permata
Anjas Permata Mohon Tunggu... Konsultan - Master Hypnotherapist

Trainer Hypnosis, Master Hypnotherapist, Professional Executive, CEO Rumah Hipnoterapi, CEO Mind Power Master Institute, Ketua DPD Perkumpulan Komunitas Hipnotis Indonesia (PKHI)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bukan Kaki yang Menggerakkan Langkah Kita, Melainkan Jalan Pikiran Kita

20 September 2021   23:01 Diperbarui: 23 September 2021   00:30 1891
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu hari, ada seorang pemuda sedang berjalan-jalan ke lokasi sirkus. Saat kebetulan dia melewati seekor gajah yang amat besar, ada hal yang menarik perhatiannya. Dia melihat gajah tersebut hanya diikat oleh sebuah tali kecil dan tidak kemana-mana. Bahkan ia sama sekali tidak berusaha melepaskan diri dari tali tersebut.

Karena penasaran, pemuda itu mendatangi sang pawang gajah kemudian bertanya,

"Kenapa gajah itu hanya diam saja dan tidak mencoba untuk kabur?"

Pawang gajah menjawab,

"Sejak dari kecil, gajah itu telah diikat oleh tali. Dia mencoba berulang kali melepaskan dan memutuskan tali, namun tidak pernah berhasil karena memang saat itu tenaganya belum kuat. Kini saat telah dewasa, ia masih percaya bahwa tali tersebut tidak bisa diputuskan, jadi ia tidak pernah mencoba meloloskan diri."

Sumber gambar: miro.medium.com/max
Sumber gambar: miro.medium.com/max

***

Cerita singkat di atas menggambarkan betapa kuatnya pengaruh masa lalu terhadap diri kita saat ini. 

Kejadian atau peristiwa masa lalu bagaikan dua mata pedang, dia bisa menjadi pijakan pengalaman yang membawa kita untuk lebih mawas diri (belajar), namun di sisi lain peristiwa masa lalu juga bisa membuat kita jadi orang yang terbelenggu alias terpenjara.

Filosofi Transformational Thinking mengatakan bahwa pada dasarnya manusia terdiri atas 3 (tiga) sistem yaitu Sistem Perilaku (Behaviour System), Sistem Berpikir (Thinking System), dan Sistem Kepercayaan (Belief System).

Ilustrasi 3 sistem dasar manusia.| Sumber: dokumentasi pribadi
Ilustrasi 3 sistem dasar manusia.| Sumber: dokumentasi pribadi

Behaviour System adalah cara kita berinteraksi dengan dunia luar, dengan kata lain apa yang kita tampilkan kepada publik. Sehingga perilaku akan memengaruhi pengalaman, dan pengalaman akan memengaruhi sistem berpikir. 

Thinking System adalah cara kita dalam memaknai setiap pengalaman sepanjang hidup. Sistem berpikir akan menerjemahkan berbagai kejadian atau pengalaman menjadi sebuah kepercayaan sehingga memengaruhi tindakan karena terciptanya sebuah realitas.

Belief System adalah inti dari segala yang kita percaya dan yakini sebagai realitas dan kebenaran dalam hidup. Keyakinan adalah sebuah nilai dasar yang tercipta dari berbagai hal yang kita jalani sepanjang hidup.

***

Sampai di sini seharusnya Anda sekarang lebih memahami bahwa sebenarnya yang sangat berpengaruh dalam hidup seseorang ialah sistem kepercayaan atau belief system-nya.

Perilaku dan persepsi merupakan proses menuju kepada belief system seseorang. Apapun yang ditampilkan dan dilihat oleh orang lain, hanya sebagian kecil dari keseluruhan diri orang tersebut. 

Ketika sebuah kejadian atau peristiwa berubah menjadi belief system, menjadi sesuatu yang diyakini dan dipercaya, maka dia akan bersifat nyata dan absolut. Karena sifatnya yang mutlak, maka seseorang meyakini hal itu sebagai sebuah kenyataan hidup.

Sifat realitas dalam belief system menciptakan zona nyaman (comfort zone). Pada akhirnya seseorang menjadi enggan untuk berusaha meskipun sebetulnya ada peluang atau kesempatan untuk diubah.

Coba Anda perhatikan, sejak dari kecil hingga sekarang, apa saja kejadian atau peristiwa yang Anda alami. Apakah banyak peristiwa yang mendukung kesuksesan Anda, atau barangkali banyak yang justru membuat Anda takut untuk melangkah, takut untuk mencoba karena pernah gagal?

Ya benar, kegagalan seperti tali yang membelenggu kaki sang gajah pada cerita diatas. Saat kita memaknai kegagalan sebagai hasil akhir, maka kita akan cenderung enggan atau bahkan tidak mau berusaha kembali karena kita sudah nyaman dengan kegagalan itu.

Tanpa disadari, yang seringkali menghambat sebuah perubahan yang kita inginkan ternyata adalah diri kita sendiri.

Dalam zona nyaman ada mekanisme pertahanan diri (defence mechanism). Hal ini lumrah, karena sebagian besar manusia akan merasa terusik atau tidak nyaman jika harus melakukan sebuah perubahan. Sehingga dia lebih memilih untuk menerima saja kenyataan agar tidak merasakan sakit dan kecewa yang terulang.

Namun cara berperilaku, berpikir dan berkeyakinan seperti itu akan membuat Anda terlimitasi. Anda justru membangun jeruji penjara pikiran Anda sendiri. Anda membangun tembok dan membatasi kemampuan serta potensi yang Anda miliki.

Lantas apa yang sebaiknya dilakukan untuk keluar dari penjara pikiran? Saya jadi teringat kisah tentang orang Inggris bernama William Addis.

Sumber gambar: 1.bp.blogspot.com/
Sumber gambar: 1.bp.blogspot.com/

William Addis adalah penemu sikat gigi modern pertama di Eropa. Pada abad ke-18, orang-orang Eropa membersihkan gigi dengan cara membasahi kain, diberi garam lalu digosokkan ke gigi dan ke dalam mulut.

Namun cara ini kemudian dirasa kurang efektif karena sisa-sisa makanan yang masih ada di sela-sela gigi tidak bisa dibersihkan dengan sempurna. Pada tahun 1780, William Addis memproduksi sikat gigi secara massal yang diberi label 'Du Point'.

Dibalik cerita penemuan yang fenomenal tersebut, ternyata ide pembuatan sikat gigi modern berasal dari balik jeruji besi. Pada tahun 1770 William Addis sedang menjalani hukuman di dalam penjara.

Dia merasa jemu dengan cara membersihkan gigi menggunakan kain. Kemudian muncul ide untuk membuat sikat gigi yang berasal dari bahan-bahan terbatas seperti tulang dan bulu kuda.

Tulang-tulang hewan itu diberikan lubang-lubang kecil lalu diikatkan bulu-bulu yang sudah disiapkan sebelumnya. Setelah keluar dari penjara, William Addis kemudian memproduksi sikat gigi secara massal.

Tak disangka, penemuannya tersebut diterima oleh masyarakat dan berkembang luas di dataran Eropa khususnya Inggris, Jerman dan Prancis. Pada tahun 1857, sikat gigi ciptaan William Addis mendapatkan hak paten dan menjadikannya seorang jutawan.

William Addis menemukan konsep sikat gigi saat mendekam di penjara. Tubuhnya dipenjara, tetapi pikirannya tidak terpenjara. Bahkan dengan penemuannya, dia menjadi sukses saat keluar dari penjara.

Kisah William Addis diatas mengajarkan kepada kita bahwa selama pola pikir dan cara berpikir kita benar, di manapun kita berada, apapun situasi dan kondisi yang sedang dihadapi, maka tidak ada yang mustahil untuk dilakukan.

William Addis menyadarkan kita semua bahwa dengan belief system yang positif akan membawa kita pada satu titik balik dari kondisi yang kita hadapi saat ini. Oleh karena itu sangat penting untuk menjaga pola pikir dan hal-hal yang kita yakini.

Di sisi lain, banyak orang yang fisiknya bebas tidak berada dalam penjara, tetapi membangun penjara sendiri untuk pikirannya. Pola pikir seperti kalimat,

"Tidak mungkin",

'Tidak bisa",

"Tidak mau", 

"Tidak berani"

dan kalimat-kalimat negatif lainnya, justru menjadi penghambat langkah seseorang untuk menjadi sukses dan berhasil.

Berikut ini beberapa tips sederhana untuk membangun belief system yang baik sehingga kita bisa keluar dari penjara pikiran.

1. Menumbuhkan Kesadaran 

Sumber: merdeka.com
Sumber: merdeka.com

Sebagian besar orang tidak atau belum menyadari bahwa dirinya berada dalam penjara pikiran. Hal itu lebih disebabkan karena ketidakmampuan seseorang dalam memisahkan antara pikiran dengan kesadaran.

Melalui pintu kesadaran, kita bisa menyadari bahwa kita bukanlah pikiran kita, bukan perasaan kita, bukan pula kebiasaan-kebiasaan kita dan yang paling penting bukan belief system kita.

Dengan kesadaran, kita mampu melakukan metakognisi atau berpikir tentang pikiran, mengontrol, dan mengendalikan segala aktivitas di dalam kepala kita sendiri.

Menumbuhkan kesadaran bisa membuat kita lebih mudah untuk memisahkan antara belief system yang mendukung langkah-langkah keberhasilan dan belief system yang justru memenjarakan kita. Tentu yang bersifat mendukung harus kita pelihara dengan baik sedangkan yang memenjarakan wajib kita ubah dengan keyakinan yang positif.

2. Melebarkan Zona Nyaman

Sumber: amazonaws.com
Sumber: amazonaws.com

Untuk keluar dari zona nyaman memang diperlukan keberanian yang besar, apalagi diperkuat dengan fakta bahwa setiap orang memiliki mekanisme pertahanan diri masing-masing. Oleh karena itu saya lebih senang menyebut istilah melebarkan zona nyaman. 

Melebarkan zona nyaman artinya bukan kita meninggalkan zona nyaman yang saat ini kita nikmati, tetapi memperbesar zona nyaman tersebut sehingga kita semakin bertumbuh, karena tidak ada pertumbuhan dalam zona nyaman.

Cara untuk melebarkan zona nyaman adalah dengan terus belajar mengasah skill dan menambah pengetahuan, menggali potensi diri dengan melakukan hal-hal baru, bertemu dengan orang-orang baru dan selalu konsisten melakukan perubahan-perubahan kecil.

3. Menanamkan Belief System Baru

Sumber: www.ammarazhar.com
Sumber: www.ammarazhar.com

Ada 2 (dua) cara yang menurut saya cukup efektif dan kedua cara ini saya praktikkan setiap hari sebelum tidur dan pagi hari sesudah bangun tidur. Pertama visualisasi dan kedua afirmasi.

Visualisasi adalah suatu aktivitas membayangkan atau mengaktifkan imajinasi untuk melihat, mendengar dan merasakan suatu kondisi atau peristiwa yang kita inginkan terjadi. 

Misalnya, Anda ingin jadi seorang pembicara yang percaya diri, maka Anda perlu melakukan visualisasi dengan membayangkan diri Anda sedang memberikan ceramah di depan banyak orang dan para audiens menyukai penampilan Anda, kemudian mereka bertepuk tangan dan Anda merasa sangat bangga dan bahagia.

Afirmasi adalah aktivitas mengucapkan kalimat-kalimat positif untuk menanamkan hal-hal baik dalam diri. Misalnya, Anda ingin bebas dari rasa cemas, bisa menggunakan kalimat seperti,

"Saya memang merasa cemas karena berbagai hal, tetapi mulai hari ini, nanti dan seterusnya, kapanpun dan di manapun saya memilih untuk menjadi seorang pemberani, seorang yang selalu mampu mencari solusi atas semua masalah yang saya hadapi."

Dengan visualisasi dan afirmasi, Anda bisa menanamkan belief system baru.

***

"Tak perlu menunggu hebat untuk menjadi hebat, tak perlu menunggu keberanian untuk menjadi berani, dan tak perlu menunggu kebaikan untuk menjadi baik, teruslah melangkah bersama pikiran yang tenang, jiwa yang damai dan keyakinan yang utuh" The Architect

-AP-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun