Alhasil semangatnya untuk berubah tidak ada. Dia hanya menerima keadaan sekarang sebagai takdir yang harus dijalani.
Demikian juga hal ini berlaku kepada seseorang yang sedang mengalami emosi negatif seperti kesedihan, kekecewaan atau penderitaan. Kondisi-kondisi tersebut telah menjadi belief system orang yang mengalami.
Sehingga saat ada orang lain yang berusaha memberikan semangat, saran atau nasihat, justru dianggap sebagai toxic positivity. Orang tersebut susah untuk mencerna dan menerima hal-hal baik karena sistem filternya menolak. Dia meyakini bahwa emosi negatif lah yang benar untuk dijalani sebagai takdir.
Lalu sebaiknya langkah apa yang bisa kita lakukan untuk membuka filter Reticular Activating System agar bisa memasukkan informasi (stimulus) positif tanpa ditolak?
Ada beberapa teknik yang umum digunakan dan cukup efektif diantaranya:
1. Dengan Latihan dan Pengulangan (Repetisi)
Teknik ini dilakukan dengan cara memaparkan informasi secara terus-menerus dan berulang-ulang sampai bisa menembus RAS penerima informasi. Dalam sebuah penelitian menyebutkan bahwa sebuah kebohongan pun apabila disampaikan secara terus-menerus  akan bisa diterima menjadi sebuah kebenaran.
2. Asosiasi Emosi yang Sangat Kuat
Adapun yang dimaksud dengan emosi antara lain rasa takut (fear), rasa senang (happiness) dan rasa sedih (sadness). Misalnya ada seseorang yang bersedih karena gagal meraih prestasi, dia kemudian bertekad untuk belajar dari kegagalan lalu bangkit dengan strategi yang baru.Â
Kesedihan atas kegagalan dijadikan sebagai pengalaman yang menguatkan. Dia tidak terpuruk dan larut terus-menerus melainkan bangkit dan berusaha agar tidak mengalami kegagalan yang sama.
3. Figur Otoritas
Yaitu seseorang yang memiliki otoritas, keahlian dan ilmu yang diakui oleh penerima informasi. Misalnya untuk menanamkan keyakinan agama, maka pemberi informasi haruslah seorang ulama, pendeta atau pemuka agama lain.
Contoh lain, untuk menjual produk kesehatan, maka informasi harus disampaikan oleh dokter sehingga si penerima informasi lebih yakin dan percaya.Â
Oleh karena itu sebelum Anda memberikan semangat, saran dan nasihat kepada orang lain cek terlebih dahulu apakah Anda adalah figur otoritas orang tersebut? Atau apakah Anda adalah pemberi informasi yang dipercaya olehnya?