Menariknya adalah mungkin kisahku diatas sebetulnya bisa dijadikan contoh bagi kamu yang sekarang mengalami problem QLC.Â
Buat kamu yang sekarang merasakan 7 tanda QLC karir seperti disebutkan sebelumnya, coba tanyakan kepada diri sendiri.
Apakah memang benar itu yang kamu rasakan? Kalau iya, tanyakan lagi apakah yang dirasakan itu benar-benar jadi faktor utama kamu kurang produktif? Atau jangan-jangan ada faktor lainnya yang menghambat?
Poin saya adalah jangan sampai gara-gara lagi trending istilah Quarter Life Crisis, kamu jadinya dikit-dikit bilang Quarter Life Crisis, dikit-dikit bilang nggak cocok kerja, dikit-dikit bilang nggak sesuai, nggak bisa maksimal dan sebagainya.
Akhirnya kamu jadi kutu loncat yang hobinya pindah-pindah kerjaan. Lantas tanpa terasa sudah usia diatas 30 tahun tapi kerja masih jadi karyawan kontrak.Â
Pemahaman yang salah atas diri sendiri bisa jadi penyebab hidup kamu terkikis oleh waktu. Dan parahnya kamu akan terperangkap dalam zona penyesalan yang tak berkesudahan.
Hal-hal apa saja yang seharusnya dilakukan agar kita terhindar dari problem Quarter Life Crisis. Simak baik-baik ya!
Tentukan tujuan hidup.
Tujuan hidup ini ibaratnya sebagai kompas kamu dalam mengarungi samudera kehidupan. Agar kamu tidak kehilangan arah, maka tujuan hidup wajib ditentukan diawal.
Sebagai contoh kisahku diatas, aku menentukan bahwa tujuan hidupku adalah berkarir di perusahaan atau organisasi swasta. Jadi meskipun ada banyak godaan untuk banting stir, aku tidak menghiraukannya.
Setia kepada tujuan hidup akan membawa kita pada arah jalan yang benar. Meskipun tampak jalannya terjal, namun yakinlah bahwa dibalik jalan terjal akan ada hasil yang sepadan dengan usaha.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!