Mohon tunggu...
Anjas Permata
Anjas Permata Mohon Tunggu... Konsultan - Master Hypnotist

Trainer Hypnosis, Master Hypnotherapist, Professional Executive, Founder Rumah Hipnoterapi, Founder Mind Power Master Institute, Ketua DPD Perkumpulan Komunitas Hipnotis Indonesia (PKHI)

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Pandemi Tak Menyurutkan Tradisi Sambut Ramadan Kami

14 April 2021   04:01 Diperbarui: 14 April 2021   04:04 693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Marhaban yaa Ramadan/jogja.tribunnews.com

Melestarikan tradisi adalah tanggung jawab kami sebagai penerus generasi.

Dimanapun tempatnya, sebuah tradisi yang diwariskan adalah bentuk jati diri satu daerah. Indonesia ialah bangsa yang besar, terdiri dari ribuan suku, adat serta budaya yang unik dan menarik.

Identitas kedaerahan tentu berbeda antara satu dengan lainnya. Namun justru perbedaan itulah yang kemudian memperkaya perbendaharaan budaya bangsa.

Sejujurnya aku merasa sedih jika sebuah tradisi tidak dijaga keberlangsungannya apalagi sampai musnah. Karena aku selalu yakin bahwa leluhur kita pasti mewariskan kebiasaan yang mengandung nilai serta falsafah tersendiri.

Nah.. kawan di momen Ramadan 2 (dua) tahun ini memang sedikit berbeda dengan Ramadan tahun-tahun sebelumnya. Ramadan 2020 kita dihadapkan pada masa awal-awal pandemi. Kala itu kita mesti belajar dan beradptasi dengan 'new normal'.

Banyak orang yang harus rela menghadapi kenyataan tidak bisa mudik (pulang kampung). Menjalani Ramadan jauh dari sanak saudara. 

Beberapa rekan kerjaku yang ditugaskan di Jakarta dan sekitarnya tidak memiliki opsi selain harus berpuasa dan merayakan Idul Fitri sendirian di kampung orang.

Aku merasa sedikit beruntung karena tidak harus ditugaskan diluar kota. Dari situlah rasa syukur begitu menggelora karena bagaimanapun juga Ramadan dan Idul Fitri adalah momen yang spesial untuk aku dan keluarga.

Bagaimana dengan Ramadan tahun ini?

Ramadan 2021 sekilas memang tak ada bedanya dengan Ramadan 2020. Pandemi masih belum usai dan kita tetap harus menjalani Ramadan bersamanya. 

Oke baiklah tak mengapa, Bismillah mari kita sambut Ramadan dengan gegap gempita karena perjalanan menuju Kemenangan dimulai dari sekarang.

Buat kamu yang tinggal di Jawa khususnya Jawa Tengah dan Jawa Timur pasti tidak asing dengan tradisi-tradisi dalam rangka menyambut datangnya bulan suci Ramadan. 

Alhamdulillah meski suasana Pandemi tak menyurutkan niat baik kami. Berikut ini aku bagikan cerita unik seputar tradisi menyambut Ramadan serta nilai-nilai dan falsafah yang bisa kita petik pelajarannya.

Tradisi 'Megengan'

nasi berkat megengan. sumber dokpri
nasi berkat megengan. sumber dokpri

Megengan berasal dari kata 'megeng' (bahasa Jawa) yang artinya menahan. Megengan dapat disebut sebagai upacara selamatan yang khusus dilaksanakan dalam menyambut bulan suci nan istmewa (Ramadan).

Selama Ramadan kita wajib megeng (menahan) lapar dan dahaga, menahan amarah dan yang paling utama adalah menahan hawa nafsu.

Tradisi Megengan diduga kuat diciptakan oleh Sunan Kalijaga. Memang sampai sekarang belum ada bukti historis yang menunjukkan hal itu. 

Tetapi dugaan ini cukup berdasar. Pasalnya kreasi-kreasi yang menyangkut tradisi akulturasi antara Islam dan Jawa memang kerap berasal dari pemikiran Sunan Kalijaga. 

Selamatan sudah menjadi tradisi di Jawa jauh sebelum agama Islam masuk ke Indonesia. Namun, dalam Megengan, selamatan juga dibarengi dengan kegiatan doa bersama.

Megengan merupakan salah satu wujud konkret akulturasi antara budaya Jawa dengan ajaran agama Islam. 

Tradisi megengan dilaksanakan dengan menyediakan nasi 'berkat' sejumlah tertentu kemudian dititipkan di masjid atau musholla terdekat. Nasi-nasi 'berkat' yang terkumpul kemudian akan menjadi sajian bagi para jamaah yang melakukan doa bersama. 

Umumnya nasi 'berkat' terdiri atas nasi (nasi putih atau nasi kuning) beserta lauk pauk seperti ayam goreng, ayam bumbu rujak atau ayam panggang lengkap dengan telur, mi goreng atau bihun goreng dan sambal goreng hati ampela. Hmmm... yummy gaess! (haha...).

Tradisi 'Nyekar'

ziarah ke makam papa. sumber dokpri
ziarah ke makam papa. sumber dokpri

Berikutnya yang tak kalah unik adalah tradisi 'Nyekar'. Berasal dari bahasa Jawa 'Sekar' yang artinya kembang atau bunga. 

Kegiatan ini biasanya dilakukan 1 - 2 hari menjelang puasa pertama di bulan Ramadan. Masyarakat berbondong-bondong mendatangi pemakaman keluarga dan kerabatnya untuk berziarah, mengirimkan doa bagi almarhum atau almarhumah kemudian diakhiri dengan menaburkan kembang atau bunga.

Tradisi nyekar sebelum Ramadan ini muncul dari keinginan umat Islam untuk memasuki Bulan Suci dalam keadaan bersih dan penuh kekuatan. 

Mereka ingin segala kesalahan dan kekeliruan yang telah dilakukan, baik sengaja maupun tidak sengaja, dimaafkan oleh teman-teman, saudara-saudara, dan seluruh keluarga agar mereka bisa menjalani puasa dengan lancar, tenang, dan tulus.

Permohonan maaf ini juga mereka tujukan pada anggota keluarga serta leluhur mereka yang sudah meninggal sekaligus untuk meringankan beban anggota-anggota keluarga yang sudah wafat itu.

Nyekar juga memiliki falsafah yang mengingatkan diri kita bahwa setiap manusia kelak juga akan mengalami kematian. Jadi mumpung masih diberi umur, mari kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Daripada terus mengeluh soal pandemi atau masalah-masalah lain, lebih baik kita memperbanyak rasa syukur dan berterima kasih kepada Sang Pencipta karena masih bisa bertemu dengan Ramadan tahun ini. 

Yuk kawan kita tuntaskan perjalanan Ramadan untuk memperoleh Kemenangan, Inshaa Allah.

Tradisi 'Adus' Ramadan

ilustrasi mandi besar
ilustrasi mandi besar
Untuk menyambut datangnya Ramadan tentu kita sebagai umat Muslim akan mempersiapkan diri sebaik mungkin.

Umumnya orang-orang akan saling mengucapkan permohonan maaf sebagai bagian dari upaya membersihkan hati.

Namun perlu diketahui bahwa membersihkan tubuh dari hadas, baik hadas kecil maupun hadas besar juga penting untuk kita laksanakan sebelum puasa Ramadan.

Tradisi Adus (Mandi) sebelum puasa Ramadhan ternyata juga termasuk ke dalam sunnah. Di mana seseorang yang melaksanakannya bisa mendapatkan pahala. Apalagi mengingat, dalam Islam sangat dianjurkan untuk menjaga kebersihan tubuh.

Berikut tata cara Mandi Sebelum Ramadan :

  1. Mengambil wudhu.
  2. Membaca niat mandi puasa Ramadhan "Nawaitu guslal lidhukulissyiami romdhoona hadihisanati sunatallillahi ta'alla".
    Artinya : "Aku berniat mandi sunat bulan Ramadan karena Allah Ta’ala". 
  3. Membasuh air ke seluruh tubuh. Menyeka sela-sela tubuh hingga bersih.
  4. Membersihkan tubuh dengan menggunakan sabun dan keramas.
  5. Membilas hingga bersih.

Sebaiknya, mandi wajib sebelum puasa Ramadhan dilakukan di sore hari. Dengan begitu, kamu bisa melaksanakan salat Tarawih pada malam harinya. Kamu juga bisa menjalankan ibadah puasa Ramadhan dengan baik keesokan harinya.

'Adus' Ramadan mengajarkan kepada kita tentang menjaga dan merawat kebersihan diri. Karena kebersihan adalah bagian dari keimanan. Hati, jiwa dan raga yang bersih bisa melengkapi ibadah Ramadan. 

***

Dari tradisi kita belajar makna kehidupan. Dari tradisi kita memperoleh pengalaman berharga. Tentang bagaimana indahnya berbagi, tentang bagaimana caranya mengenang dan menghormati leluhur serta tentang bagaimana kita dapat saling menguatkan.

Tak seharusnya pandemi menghentikan langkah kaki, karena ia hanya sebuah perubahan peradaban yang niscaya telah terjadi. Sebagai manusia khalifah di muka bumi, sudah seyogyanya kita mampu beradaptasi. 

Semoga dengan momen Ramadan 2021 dapat membawa kembali kebahagiaan sejati. Dan yang terpenting di garis akhir Ramadan nanti, kita terlahir kembali menjadi fitri. 

"Salah satu kebajikan dalam hidup adalah ketika kita mengamalkan tradisi" The Architect.

-AP-

#Tulisan ini diikutsertakan dalam blog competition samber thr 2021 dari thrkompasiana. 

#Tulisan ini merupakan tulisan pertama samber 2021 hari 1.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun