Kalau kamu orang yang Close Minded, setop membaca sampai disini!
Kesurupan sampai sekarang menjadi fenomena yang terus menerus menorehkan pro dan kontra.Â
Bagi sebagian masyarakat menganggap kesurupan sebagai aktifitas gaib yang berhubungan dengan makhluk-makhluk astral.
Namun disisi lain kesurupan juga dapat dijelaskan secara ilmiah dan sama sekali tidak ada hubungan dengan hal-hal gaib.
Dalam bahasa Jawa 'kesurupan' berasal dari kata 'surup'. Surup artinya petang, senja atau sore hari saat menjelang dan sesaat setelah matahari terbenam.
Kata ini dipergunakan karena banyak yang mengalami kesurupan pada saat petang hari. Hingga saat ini kata 'kesurupan' dipakai untuk mendefinisikan seseorang yang sedang 'kemasukan' setan atau roh sehingga bertindak aneh-aneh.
Pemahaman umum masyarakat Indonesia tentang kesurupan adalah seseorang yang sedang dikuasai oleh setan atau makhluk lain sehingga tindakan fisiknya tampak diluar kendali.
Dalam bahasa Inggris istilah kesurupan disebut Possessed diartikan seseorang atau pikirannya dikuasai oleh makhluk jahat.
Masyarakat mempercayai bahwa orang yang sedang mengalami kesurupan sedang dikuasai atau dirasuki makhluk gaib. Kadang bisa saja kerabatnya sendiri atau makhluk-makhluk jahat.
Benarkah demikian yang terjadi?
Dalam kajian medis istilah kesurupan disebut dengan Dissociative Trance Disorder (DTD). Kesurupan terjadi ketika amygdala (bagian otak tempat menyimpan memori emosional) membajak sistem limbik (bagian otak yang berperan dalam pembentukan tingkah laku).
Sehingga Hippocampus tidak berjalan dengan baik. Hippocampus adalah wilayah tempat menyimpan memori rasional seseorang.
Gangguan Konversi
Medis menggambarkan kesurupan sebagai sebuah gangguan konversi yang melibatkan gejala neurologis berupa gangguan motorik dan sensorik.
Gangguan konversi berhubungan dengan trauma psikis yang bermanifestasi menjadi gangguan fisik. Gangguan konversi erat kaitannya dengan kondisi kejiwaan berupa hilangnya kendali terhadap sistem saraf manusia.
Pemicu gangguan konversi antara lain :
- Trauma emosional
- Trauma fisik
- Stres akut
- Mengalami kejadian menegangkan
- Perubahan fungsi otak karena zat kimia
Seseorang yang pernah mengalami salah satu atau beberapa gangguan konversi diatas rentan mengalami fenomena kesurupan.
Dissociative Identity Disorder (DID)
Dalam tinjauan psikologi, kesurupan dapat disebut dengan Dissociative Identity Disorder (DID) atau Split Personality atau Kepribadian Ganda.
Yaitu suatu gangguan psikologis yang ditandai oleh hadirnya dua atau lebih identitas atau kepribadian yang berbeda dalam satu orang yang sama.
Beberapa identitas tersebut seringkali mengendalikan seseorang sehingga terlihat perubahan drastis dari satu kepribadian menjadi kepribadian lainnya.
Psikologi memberikan penjelasan mengenai fenomena kesurupan sebagai :
- Keadaan disosiasi, saat seseorang seakan terpisah dari dirinya.
- Hysteria saat seseorang tidak dapat mengendalikan dirinya; dan
- Split Personality saat pada diri seseorang tampil beragam perilaku yang dimunculkan oleh pribadi yang berbeda.
Menurut Prof. Dadang Hawari psikater UI mendefinsikan kesurupan sebagai reaksi kejiwaan yang dinamakan reaksi disosiasi yaitu reaksi yang mengakibatkan hilangnya kemampuan seseorang untuk menyadari realitas di sekitarnya, disebabkan adanya tekanan fisik maupun mental.Â
***
Baik dunia medis maupun psikologi modern pada prinsipnya tidak terlalu mendukung pernyataan bahwa kesurupan itu bersifat mistis. Alasannya jelas bahwa semua pengalaman-pengalaman yang dialami setiap manusia dapat dijelaskan secara empiris.
Sayangnya kedua tinjauan diatas masih seringkali mengalami benturan dengan fakta-fakta budaya serta adat istiadat di masyarakat.
Hal ini dapat terjadi karena kultur masyarakat yang sudah sejak lama terbentuk dan diwariskan turun-temurun. Namun tidak ada salahnya kita melihat fenomena kesurupan dari kacamata berbeda sehingga khazanah pengetahuan kita menjadi bertambah kawan.
Pakar Psikologi dan Ilmu syaraf dari Jepang bernama Manabu Honda pada tahun 2000 pernah melakukan sebuah riset dan eksperimen bersama rekan-rekannya pada upacara adat kerauhan di Bali.
Tim riset menggunakan alat bernama Electroenchephalograph (EEG) portable untuk mengukur aktifitas otak dari peserta upacara adat yang mengalami kerasukan atau kesurupan.
Singkat cerita eksperimen tersebut menghasilkan fakta sebagai berikut :
- Suara alunan gamelan ternyata mengandung beberapa sinyal yang tak terdengar namun memicu kerja syaraf otak.
- Orang yang kesurupan memiliki tingkat konsentrasi beta endorphin, dopamine dan noradrenalin diatas rata-rata.
- Fungsi otak ternyata berubah menjadi tidak biasa. Kekuatan gelombang otak theta dan alpha meningkat secara signifikan.
Kesurupan dalam kajian Hypnosis
Hypnosis adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang perpindahan level kesadaran seseorang dari normal ke kondisi bawah sadar.
Seseorang yang mengalami kondisi terhipnosis cenderung mudah menerima sugesti karena pikiran bawah sadarnya terbuka.
Terbukanya pikiran bawah sadar sangat erat kaitannya dengan aktifitas gelombang otak manusia.
Seseorang dalam kondisi trance atau terhipnosis, frekuensi gelombang otaknya ada pada skala Alpha (Light Trance) hingga Theta (Somnambulism).
Nah jika dikaitkan dengan penelitian dari Manabu Honda diatas, dapat ditarik garis bahwa sebenarnya seseorang yang mengalami kesurupan sama halnya dengan kondisi sedang terhipnosis.
Pikiran bawah sadar adalah tempatnya memori permanen, keyakinan, potensi talenta dan kreativitas. Semua pengalaman-pengalaman hidup seseorang entah itu memori baik atau memori buruk tersimpan dengan rapi di dalam pikiran bawah sadar.
Jadi seseorang yang kesurupan pikiran sadarnya turun dan pikiran bawah sadarnya menjadi aktif. Pikiran bawah sadar menjadi sangat dominan.Â
Aktifnya pikiran bawah sadar dapat membuat seseorang menjadi apapun dan siapapun.
Aktifnya pikiran bawah sadar juga dapat memunculkan secara maksimal rasa trauma, memori buruk serta memori traumatis.Â
Hal itu pula yang menjelaskan mengapa kesurupan bisa membuat seseorang semakin kuat secara fisik.
***
Apakah memang karena aktifitas gaib ataukah ilmiah sebenarnya tidak perlu saling diperdebatkan. Silahkan menentukan mana yang menurut Anda paling sesuai.Â
Berikut ini beberapa tips menghadapi dan mengatasi orang yang kesurupan.
Evakuasi dan Isolasi
Jika kesurupan terjadi di lokasi publik, maka lakukan evakuasi dan isolasi terhadap orang yang mengalami kesurupan di ruangan tersendiri.
Tujuannya agar tidak mempengaruhi yang lain. Karena bisa saja aktifitas kesurupan diduplikasi orang lain disekitar hingga terjadi kesurupan masal.Â
Menjadi Otoritas Lebih Tinggi
Kalau Anda yang berusaha untuk menghentikan, maka jadilah otoritas yang lebih tinggi. Misalnya dia bilang "Aku penguasa rumah ini", Anda bisa katakan, "Aku penguasa Kota ini".
Kalau dia bilang, "Aku penguasa Kota ini", Anda bisa katakan, "Aku penguasa Negara"Â dan seterusnya.
Tujuannya agar Anda memiliki kewenangan untuk menghentikan kesurupan atau kerasukan. Karena sebagai otoritas lebih tinggi, maka Anda bisa memberikan instruksi.
Berikan Rasa Malu
Cara ini cukup menggelikan, namun dari cerita temanku memang pernah ada yang berhasil.
Saat menghadapi orang kesurupan, kamu bisa ancam dia jika tidak pergi atau tidak berhenti, maka kamu akan berikan perlakuan yang memalukan.
Misalnya, "Kalau tidak berhenti, tak plorot celana kamu!" atau bisa juga, "Kalau tidak berhenti tak kasih makan tai ayam!"Â (haha...)
***
Demikian telaah mengenai kesurupan, semoga bermanfaat. Salam sehat dan bahagia.
"Ilmu Pengetahuan adalah pangkal dari Kesadaran" The Architect
-AP-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H