Cintai apa yang kamu kerjakan dan kerjakan apa yang kamu cintai.
Sebuah kalimat klise yang acap kali kita dengar atau baca untuk memotivasi diri. Tapi kalau dicerna lagi sebetulnya kalimat di atas sarat makna juga loh.
Mungkin saja buat kamu yang Gagal Jalani Hobi atau gagal di pekerjaan, pendidikan dan lain-lain karena belum menjalankan prinsip "cinta" ini. Oleh karena itu sangat penting untuk melakukan evaluasi tentang apa yang benar-benar kita inginkan dan membuat nyaman serta bahagia.
Dalam perjalanan kehidupan kita pasti akan banyak dihadapkan pada pilihan. Entah itu pilihan bersifat sederhana ataupun pilihan yang menentukan masa depan.
Nah kawan.. kemampuan dalam menentukan pilihan inilah yang sejatinya membawa konsekuensi. Ingat hanya akan ada 2 (dua) konsekuensi, pertama ialah "kebahagiaan atau kesenangan" dan kedua adalah "kesedihan atau penderitaan".
Oke contoh simpelnya begini. Kamu mau ikut tes ujian masuk universitas. Pada saat menentukan jurusan kuliah kamu merasa bingung.
Banyak pertimbangan mulai dari peluang mencari kerja setelah lulus, minat dan bakat hingga akreditasi. Karena saking banyaknya sampai membuat kamu ragu mengambil keputusan.
Akhirnya kamu memutuskan pilihan berdasarkan tren "yang penting kuliah" dan "yang penting ada temannya".Â
Setelah menempuh pendidikan, kamu mulai merasa tidak cocok. Terlalu banyak tugas, dosennya nggak enak, kuliahnya susah dan sebagainya.
Akibat lebih jauh kamu jadi malas, nggak semangat berangkat ke kampus, nggak semangat mengerjakan tugas serta banyak akibat-akibat negatif lain.
Kamu merasa salah dalam menentukan pilihan yang berujung pada penderitaan. Kamu tidak "cinta" dengan apa yang kamu jalani.Â
Fenomena ini bakal sering terulang jika kamu tidak belajar bagaimana caranya memutuskan sebuah pilihan-pilihan hidup.
Hal ini sangat mungkin juga terjadi ketika kamu memilih hobi. Ikut-ikutan tren bisa menjadi faktor utama Gagal Jalani Hobi.
Padahal hobi itu sebenarnya adalah passion atau hasrat diri. Artinya kamu harus senang menjalaninya dan bahagia melakukannya berulang-ulang tanpa ada rasa bosan. Kalau kamu sekarang gagal jalani hobi itu artinya bukan hobi tapi kamu cuma ikut-ikutan.Â
Hobi yang benar-benar memiliki ruh passion tidak akan pernah luntur. Dia akan melekat dengan diri sejati kita dan membangkitkan jiwa serta spirit kehidupan. Contohnya hobi menulis.Â
Aku ingat betul semasa awal-awal pandemi aktifitas kerja sedikit berkurang. Aku mulai bertanya kepada diri sendiri mau lakukan apa untuk mengisi waktu luang sehingga tetap produktif.
Beberapa hobi sudah aku miliki semisal membaca, lari, gowes hingga bermain musik. Dan ternyata setelah menggali lebih dalam, kutemukan satu hobi terpendam yang selama ini belum aku eksplorasi maksimal yaitu menulis.
Berikut ini 7 (tujuh) alasan mengapa menulis itu menyenangkan.
Menulis itu tentang berbagi
Faktanya tulisan itu bersifat abadi syaratnya tidak di "take down" akibat pelanggaran tata tertib (hehe...). Jadi dia bisa saja dibaca oleh siapapun, kapanpun dan dimanapun. Bukankah menyenangkan jika kita bisa berbagi sesuatu yang abadi.
Pada saat tulisan kita bermanfaat untuk orang lain, disitulah letak amal kebaikan akan dilipatgandakan. Jadi mari menulis kawan!
Menulis bisa menyembuhkan
Kalau hal ini sudah jadi kebiasaan, maka kamu akan menjadi orang yang lebih tahan ujian, tidak mudah terguncang jiwanya atau bahasa gaul sekarang "mental breakdance" (haha..). Pastinya menyenangkan jadi orang yang tegar dalam segala situasi dan memgang kendali emosi diri.
Menulis itu proses belajar
Misalnya ketika kita membuat tulisan tentang topik tertentu. Agar tulisan menjadi berisi dan enak dibaca, biasanya kita akan melakukan riset sederhana dengan mencari literatur bacaan, data dan statistik atau berita serta fakta terbaru.
Disaat itulah secara otomatis kita bisa mendapatkan wawasan baru dan membuka cakrawala berpikir kita jauh lebih luas. Nilai tambah lain, kita bisa juga mendapatkan istilah-istilah baru yang keren. Jadi menambah nilai kita juga ketika bergaul dalam kehidupan sosial.
Menulis dapat mengasah kreativitas
Untuk menghasilkan tulisan yang menarik diperlukan empat hal utama yakni Aktual, Faktual, Emosional dan Spiritual. Aktual berarti tulisan itu merupakan topik yang relevan dengan kondisi saat ini.
Faktual artinya tulisan harus memiliki dasar dan sumber referensi yang jelas. Emosional berarti tulisan itu memiliki rasa dan bisa berbicara di dalam otak pembaca. Dan terakhir Spiritual artinya tulisan itu berisi ajakan untuk melakukan kebaikan dan memerangi kebatilan.
Aku tidak bilang ini sulit dan tidak juga mudah karena siapapun orangnya selama dia memiliki niat dan kemauan belajar bisa menjadi seorang penulis.
Menulis bisa meningkatkan "brain plasticity"
Kapasitas otak manusia itu sangat besar. Oleh karenanya kita harus memanfaatkan secara optimal. Salah satu aktifitas untuk mengoptimalkan fungsi otak adalah menulis.Â
Dengan menulis dan mengetahui hal-hal baru dapat membuat jaringan neuron otak semakin banyak dan alhasil kamu bisa jadi semakin pintar. Bukankah menyenangkan jadi orang pintar.
Menulis itu membangkitkan kenangan
Sayang sekali jika buku itu hanya ada di dalam kepala kita. Mungkin saja sedikit ataupun banyak lembaran kenangan bisa bermanfaat untuk seseorang di luar sana. Bukankah menyenangkan jika kita bermanfaat buat orang lain, jadi jangan ragu untuk menulis!
Menulis itu menghasilkan karya
Alasan terakhir mengapa menulis itu menyenangkan ialah menciptakan sebuah maha karya untuk diri sendiri. Diatas sudah aku singgung bahwa hobi adalah passion, hobi adalah hasrat.
Ketika kamu menemukan hobi yang sesungguhnya, disitulah karya-karya akan tercipta. Bukan cuma mengikuti tren, tapi ikuti kata hatimu. Karena nurani tak pernah mengingkari.Â
***
"Terima Kasih Kompasiana telah menjadi ruang untuk beraktualisasi, tempat untuk berbagi dan lembar untuk selalu kuisi" The Architect
-AP-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H