Pagi yang cerah, matahari bersinar sempurna. Sesampainya di kantor aku bergegas ke pantri untuk menyeduh secangkir kopi.Â
Seperti biasa sebelum memulai aktifitas, kebutuhan kafein harus aku penuhi agar fokus dan konsentrasi terjaga sepanjang hari.
Dengan langkah tegap aku berjalan menuju ruang gawai di lantai dua. Tak sengaja ketika melalui meja salah satu supervisor, aku memperhatikan raut wajah yang kusut dan tak ada gairah.
Aku bertanya kepada dia, "Bro.. kenapa muka kamu peteng (baca: gelap)?".
Matanya membelalak karena kaget mendengar suaraku, kemudian menjawab, "Nggak apa-apa pak.. hehe.. ".
Jawaban bernada kamuflase aku dapatkan darinya. Aku tahu betul karena senyuman kecut setengah memaksa tergurat dengan jelas.
Karena ada pekerjaan yang harus selesai pagi, akhirnya aku tidak meneruskan percakapan. Sambil berjalan aku katakan, "Oke.. selamat bekerja, nanti siang temani saya makan diluar".
Supervisor itu menjawab, "Baik.. siap pak".
***
Salah satu kebiasaan yang aku terapkan di kantor adalah mengajak hampir semua anggota secara acak bergantian untuk sekedar sharing dan berdiskusi. Setiap hari kita selalu berhadapan dengan target kerja, angka dan ratio yang kadang-kadang menjemukan.