Hippocampus adalah bagian otak yang berperan penting dalam pembentukan, pengaturan, dan penyimpanan memori atau ingatan jangka panjang. Jika informasi atau respon yang diterima bukan sesuatu yang membahayakan, maka hippocampus akan memerintahkan penghentian Fight or Flight Responses.
Dengan kata lain dalam kondisi rasa takut biasa, seseorang masih bisa berpikir jernih untuk mencari tahu penyebab kemudian memutuskan sesuai pilihan responnya.
Sedangkan pada kondisi phobia yang paling berperan adalah korteks prefrontal medial yaitu bagian dari otak yang berfungsi memberikan bentuk penilaian, mengontrol rangsangan dan juga emosi.Â
Sebuah studi menyebut bahwa korteks tersebut dapat saja menghasilkan rasa takut dengan membangkitkan memori atau kenangan buruk yang mengerikan. Ketika amigdala mengaitkan rangsangan tersebut dengan ingatan negatif, otak langsung menciptakan reaksi penghindaran ekstrem.Â
Kondisi phobia dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti genetik, lingkungan dan trauma psikologis masa lalu. Pengalaman masa lalu dapat mengakibatkan terjadinya trauma otak, sehingga ketika rasa takut itu datang otak akan menerjemahkan sebagai ancaman nyata.
Ancaman itu kemudian membuat kelenjar adrenalin berlebihan dan mengirimkan sinyal yang dapat mengubah kondisi fisik dan psikis seseorang. Seperti gelisah, mual, jantung berdebar, dada sesak, panik, gugup, menggigil, diare, kesemutan, bingung hingga merasa ingin pingsan.Â
***
Salah satu wujud phobia adalah Trypanophobia yakni rasa takut berlebihan terhadap jarum suntik. Tentunya kondisi ini menjadi salah satu faktor penghambat proses vaksinasi yang sekarang sedang dilakukan secara bertahap oleh pemerintah.
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa mulai bulan Januari 2021 vaksin COVID-19 telah resmi mendapatkan ijin untuk didistribusikan kepada seluruh Warga Negara Indonesia.
Terlepas dari pro dan kontra yang semakin merebak di masyarakat, aku secara pribadi mendukung kebijakan pemerintah untuk melakukan vaksinasi.Â