Apakah benar Ferguso beruntung dan Edison sial? Mengapa bisa ada dua hasil yang berbeda dari modalitas yang sama?
Disadari atau tidak pada dasarnya dalam kehidupan ini, setiap orang bergerak dengan prinsip servomechanism, yakni suatu gerakan cerdas yang akan menemukan jalannya sendiri untuk mencapai sebuah tujuan. Adapun tujuan yang saya maksud di sini memiliki dua arti, yaitu tujuan yang bersifat kebaikan (positif) dan tujuan yang bersifat keburukan (negatif).
Sebagai ilustrasi untuk memudahkan pemahaman tentang servomechanism Anda bayangkan sebuah misil atau rudal (peluru kendali). Sebelum ditembakkan, sebuah misil sudah diberikan koordinat target yang akan dihancurkan.Â
Ketika diluncurkan, maka ia akan bergerak sesuai dengan arah yang dituju. Berbelok-belok, melawan hambatan udara, bahkan melalui jalur yang acak, namun pada akhirnya tetap mencapai target yang telah diprogramkan kepadanya.Â
Lebih canggih lagi misil pesawat tempur yang sedang ditembakkan ke pesawat lain. Meskipun objeknya bergerak, sang misil masih tetap saja mengejar bukan?
Servomechanism akan membentuk sebuah pola, garis atau koordinat yang menuntun seseorang menuju pada kondisi tertentu.
Dengan kata lain, jika seseorang sudah "digariskan" sial, maka apapun upaya yang dilakukan untuk menghindari kesialan cepat atau lambat, perlahan namun pasti, servomechanism akan membawanya pada kondisi "sial".Â
Begitu sebaliknya yang terjadi pada orang-orang beruntung, di mana dirinya sudah menentukan koordinat beruntung sehingga memiliki servo keberuntungan.
Itulah mengapa pada narasi Edison dan Ferguso di atas dengan modalitas yang sama persis (50 prospek) tetapi hasilnya berbeda.Â