Labbaik Allahuma Labbaik. Labbaika Laa Sayarika Laka Labbaik (Kami memenuhi dan akan melaksanakan panggilan MU ya Allah. Tiada sekutu bagi MU, dan kami akan memenuhi panggilan MU)
Ibadah haji telah ada sebelum diutusnya Nabi Muhammad SAW. Tepatnya pada masa Nabi Ibrahim AS (1861 - 1686 SM). Cerita dimulai saat Nabi Ibrahim As memasuki usia senja. Beliau tinggal bersama istrinya Sarah di lembah Syam. Namun karena lama belum memiliki keturunan, maka Sarah menyarankan nabi Ibrahim menikahi Hajar agar memiliki anak.
Akhirnya Allah Swt mengabulkan doa Nabi Ibrahim, dari istrinya Hajar beliau dikaruniai satu orang anak yang diberi nama Ismail (Nabi Ismail). Hal ini secara tidak langsung ternyata membuat Sarah bersedih. Ketika Nabi Ismail masih bayi, Nabi Ibrahim berdoa kepada Allah Swt meminta petunjuk mau ditaruh dimanakah keluarga kecil keduanya (Nabi Ismail dan Hajar).Â
Allah kemudian berfirman kepada Ibrahim As, "Bawalah ke tanah haram KU dan pengawasan KU, yang merupakan daratan pertama yang aku ciptakan di muka bumi yaitu Mekkah". Dengan firman tersebut kemudian Nabi Ibrahim membawa Hajar dan Nabi Ismail ke Mekkah dengan bantuan Malaikat Jibril. Tibalah mereka di posisi Ka'bah yaitu sebuah pohon besar dan rindang yang cukup untuk melindungi istri dan anaknya.
Selanjutnya Nabi Ibrahim hendak mengunjungi istrinya Sarah sehingga harus meninggalkan mereka berdua. Sambil memeluk bayi Nabi Ismail erat-erat, Hajar pun bertanya kepada Nabi Ibrahim "Mengapa menempatkan kami disini? tempat yang yang sunyi dari manusia, hanya gurun pasir, tiada air dan tiada tumbuh-tumbuhan?". Nabi Ibrahim pun menjawab "Sesungguhnya Allah yang memerintahkanku menempatkan kalian disini".
Setelah Nabi Ibrahim beranjak pergi, tinggallah Hajar bersama Nabi Ismail. Ditengah teriknya matahari, bayi Nabi Ismail menangis kencang karena kehausan. Hajar pun panik melihat anaknya menangis dan berusaha mencarikan air untuk minum. Naluri sang ibu tak membuatnya menyerah, ia pun berlari kecil ke bukit Shafa untuk mencari air, ketika air tidak didapat ia kemudian berlari ke bukit Marwa. Sampai tidak sadar Hajar sudah tujuh kali bolak balik bukit Shafa dan Marwa.
Selang beberapa waktu, Kabilah Jurhum melintas disekitar lokasi tersebut. Karena melihat adanya sumber mata air, mereka kemudian mendekati Hajar dan meminta ijin agar diperkenankan untuk tinggal didekat Hajar dan Ismail. Lantas Hajar pun menjawab agar mereka menunggu sampai suaminya (Nabi Ibrahim) datang.