Saya diperbudak oleh karier dan ambisi untuk selalu menjadi yang terbaik. Memang sebagian bisa saya raih tetapi dengan risiko kecapekan dan kelelahan setiap hari.
Inilah yang terjadi kepada saya ketika memasuki transisi dari level middle management ke high management.Â
"Burning Desire"
Sering pula saya merasa deadlock dan hilang ide. Kalau sudah begitu saya akan lari mencari injeksi berupa motivasi. Mario Teguh, Hermawan Kartajaya, Andrie Wongso adalah sederet contoh motivator-motivator yang sering saya ikuti program-programnya baik secara langsung maupun di layar televisi.
Seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya, bahwa setelah mengikuti seminar atau training motivasi rasanya diri ini terlahir kembali. Tubuh menjadi segar, pikiran menjadi terang. Kemudian muncul inspirasi dan ide brilian yang bisa diaplikasikan dalam pekerjaan.
Tetapi sayangnya kebiasaan ini seolah menjadi candu. Saya tidak bisa mempertahankan eksistensi kondisi termotivasi yang cukup lama. Jika kambuh demotivasinya, maka saya harus mencari lagi, ikut seminar dan training lagi.
Saya tidak mengatakan bahwa dua hal di atas salah. Tetapi kalau ada cara yang lebih efektif menuju kesuksesan mengapa tidak kita pakai? Secara garis besar untuk bisa mencapai sebuah kesuksesan ada beberapa langkah yang harus kita lakukan.
Dimulai dengan menciptakan sebuah visi kemudian menentukan tujuan-tujuan yang akan dicapai. Selanjutnya kita pecah tujuan itu kedalam strategi untuk dijalankan.Â
Kerjakan dengan aksi nyata melalui proses. Setelah itu akan berbuah hasil. Hasil akhir akan merepresentasikan dua hal, pertama hasil sukses dan kedua adalah tantangan.