Â
Kebenaran yang Anda nilai benar hari ini belum tentu benar di masa yang akan datang. Dan kebenaran yang Anda anggap benar sekarang belum tentu benar bagi semua orang.
Saya tertarik dengan tulisan salah satu kompasianer mas Nurul Furqon. Tanggal 9 September 2020 artikel tentang "Filsafat Mencari Kebenaran dan Agama Memberi Kebenaran" itu diunggah.Â
Beliau mengatakan bahwa sumber kebenaran terbagi menjadi tiga yakni kebenaran berdasarkan mitos (fiksi), kebenaran berdasarkan logika (akal manusia), dan kebenaran berdasarkan wahyu (Tuhan).
Well... Anda bisa membaca detail ulasannya pada link di atas. Dari tulisan tersebut akhirnya muncul hasrat untuk mengulik isi kepala saya sendiri tentang bagaimana kita memberikan makna dan arti kebenaran.
Tulisan kali ini saya coba untuk mendeskripsikan kebenaran dan kaitannya dengan perjalanan hidup manusia. Tentunya hal ini dari sudut pandang serta pengalaman pribadi.Â
Cara berpikir yang baik mampu mengantarkan kita pada kehidupan yang lebih harmonis bersama alam semesta. Hal ini penting agar kita tidak terjebak pada keakuan absolut.
Keakuan Absolut??? Apalagi itu mas bro?
Oke mari sekarang kita bertamasya sejenak untuk memahami sebuah konsep tentang moral dari perspektif psikologi sosial.Â
Dalam hubungan interaksi antar manusia banyak sekali timbul perdebatan untuk menentukan benar dan salah, baik dan buruk serta hitam dan putih. Bahkan kontradiksi tersebut tak jarang bisa sangat mendalam hingga menimbulkan konflik vertikal dan horisontal.
Dari kecil kita tidak pernah kekurangan untuk mendapatkan panduan mengenai apa yang baik dan apa yang buruk. Soal mana perbuatan yang baik atau terpuji dan perbuatan-perbuatan yang tidak boleh dilakukan atau tercela. Semua itu kita dapat dari keluarga, agama, lingkungan maupun pendidikan formal sekolah.