Mohon tunggu...
Anjas Permata
Anjas Permata Mohon Tunggu... Konsultan - Master Hypnotist

Trainer Hypnosis, Master Hypnotist, Professional Executive, Founder Rumah Hipnoterapi, Founder Mind Power Master Institute, Ketua DPD Perkumpulan Komunitas Hipnotis Indonesia (PKHI)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Orang Ketiga" Itu Bernama...

6 September 2020   00:20 Diperbarui: 6 September 2020   00:26 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi aturan-aturan yang membatasi. (sumber: inc.com)

Pria dilahirkan dari planet Mars.
Wanita dilahirkan dari planet Venus.

Ungkapan tersebut disampaikan oleh John Gray dalam bukunya yang berjudul "Men are from Mars, Women are from Venus".

Dahulu kala orang Mars berjumpa dengan orang Venus. Mereka jatuh cinta dan menjalin hubungan yang membahagiakan karena mereka saling menghormati dan menerima perbedaan-perbedaan. 

Kemudian mereka tiba di Bumi dan mulai menderita amnesia. Mereka lupa bahwa mereka berasal dari planet yang berlainan. 

Dengan kiasan itu, John Gray mengilustrasikan berbagai pertengkaran yang umumnya terjadi antara pria dan wanita dalam sebuah hubungan percintaan.

Tentu saja yang dimaksud dengan 'Mars' dan 'Venus' hanyalah metafora agar kita mudah memahami hakikat perbedaan pria dan wanita.

Pria adalah makhluk yang diidentikkan dengan kekuatan. Pria juga mengutamakan logika ketimbang perasaan. Sebaliknya wanita adalah makhluk yang lemah lembut, penuh kasih sayang dan cinta serta lebih mengutamakan perasaan daripada logikanya.

Dua perbedaan mendasar yang seharusnya mampu kita pahami bersama. Masalahnya seringkali kebanyakan orang menutupi karakter dasar dan memilih berpura-pura karena menginginkan sesuatu dari lawan jenisnya.

ilustrasi masa PDKT. (sumber: shutterstock)
ilustrasi masa PDKT. (sumber: shutterstock)

Konon masa PDKT (pendekatan) adalah masa yang paling indah. Terlihat banyak kecocokan, baik pria maupun wanita berusaha tampil sebaik mungkin agar diterima cintanya. 

Pada saat awal-awal jadian mungkin masih terasa sensasi getar-getar cinta. Pas sudah jalan beberapa bulan, mulai muncul adanya perselisihan pendapat kecil. Setelah satu tahun atau lebih perbedaan pendapat sering terjadi dan akhirnya putus.

Pola hubungan seperti ini sepertinya sudah menjadi hal yang umum. Kalau masih pada level pacaran mungkin implikasinya tidak terlalu serius. Namun jika pola ini terjadi pada sebuah hubungan pernikahan, maka tentu saja sangat berbahaya dan merugikan.

Tidak mudah memang menyatukan perbedaan. Mengapa? karena ada orang ketiga yang bernama Ego.

Ego adalah perwujudan emosi yang berupa rasa sadar akan dirinya sendiri atau konsepsi tentang dirinya. Itulah mengapa orang yang egois artinya orang yang mementingkan dirinya sendiri. Emosi ke 'aku' an inilah yang menjadi masalah utama dalam sebuah hubungan.

ilustrasi ego. (sumber: wikye.com)
ilustrasi ego. (sumber: wikye.com)

Biasanya keakuan ini muncul ditengah-tengah sebuah hubungan dan akan semakin memuncak ketika Anda tidak cepat-cepat mendamaikannya dengan kondisi-kondisi  eksternal.

Kabar baik buat Anda bahwa Ego itu adanya didalam diri sendiri jadi yang bisa memegang kendali tentu saja adalah diri Anda. Tidak ada campur tangan orang lain.

Jika Anda meletakkan Ego diatas segalanya, maka Anda akan menjadi pribadi yang keras kepala, tidak berperasaan dan acuh dengan orang lain. 

Sebaliknya jika Anda meletakkan Ego dibawah batas kewajaran, maka Anda akan menjadi pribadi yang berpura-pura, tidak tulus dan sarat kepentingan untuk keuntungan sendiri.

Sebuah hubungan percintaan yang ideal adalah ketika kedua anggota bisa saling mendamaikan dan meletakkan Ego sesuai dengan fungsinya. 

Selama masih ada 'Aku' dan 'Kamu' berarti belum terlahir 'Kita'. Dan selama belum ada 'Kita' maka yang ada hanyalah topeng ilusi penuh kepalsuan yang mengatasnamakan cinta.

simbol pria dan wanita. (sumber: koreaherald.com)
simbol pria dan wanita. (sumber: koreaherald.com)
Beberapa jenis Ego yang merugikan 

1. Ego Memiliki

Mungkin bisa dibilang hampir 99 persen semua pasangan mempunyai paradigma bahwa dalam sebuah hubungan percintaan itu 'kamu adalah milikku' dan 'aku adalah milikmu'. 

Pendapat tersebut tidak sepenuhnya salah, tetapi juga bukan berarti benar.

Apabila kita "memiliki" pasangan kita, maka hal itu sama saja menganggap bahwa pasangan kita adalah barang atau budak yang bisa dimiliki. Kita tidak berhak atas diri pribadi orang lain. Bagaimanapun juga mereka adalah manusia yang punya kehendak bebas.

Yang sebenarnya kita miliki adalah "komitmen" dalam hubungan yang kita jalin bersama pasangan kita. Komitmen inilah yang kemudian akan menentukan di level mana hubungan tersebut dijalani.

2. Ego Menguasai

Hampir sama dengan Ego memiliki diatas, perbedaannya untuk Ego menguasai ini artinya mempergunakan semua hal-hal yang sebenarnya menjadi milik pasangan kita.

Contoh menguasai waktu pasangan. Jika kita selalu menyita waktu pasangan tanpa pengertian sedikitpun itu artinya kita berlaku sebagai penguasa atas waktu pasangan. Dimana hal itu sangat tidak baik. Berikan waktu kepada pasangan untuk berekspresi. Bukan dengan borgol dan segala aturan yang membatasi geraknya.

3. Ego Mendominasi

Orang dominan memang identik dengan perintah dan mengatur. Tidak boleh ini, tidak boleh itu, jangan kesana, jangan kesitu, harus begini dan harus begitu. 

Jika Ego ini yang kita kembangkan, maka implikasinya pasangan kita akan menjadi jenuh. Karena batasan-batasan yang Anda ciptakan. Rambu-rambu yang Anda buat justru menyiksa.

ilustrasi aturan-aturan yang membatasi. (sumber: inc.com)
ilustrasi aturan-aturan yang membatasi. (sumber: inc.com)

Yang seharusnya anda lakukan adalah membuat konsensus yaitu aturan yang disepakati bersama. Sehingga hubungan Anda sehat dan bahagia.

Memang benar bahwa perpisahan atau perceraian adalah sebuah pilihan. Tetapi bukan berarti kita dengan mudah memutuskan berpisah tanpa terlebih dahulu mempertimbangkan dengan baik. Atau sudah seberapa maksimal Anda telah memperbaiki hal-hal yang salah.

Mungkin Anda bisa mencoba menerapkan prinsip untuk mengontrol Ego Anda dan pasangan sehingga tercipta harmoni dalam hubungan percintaan yang Anda jalani.

Kembalikan fungsi Ego Anda sebagai pria dan Ego pasangan Anda sebagai wanita ataupun sebaliknya. Dengan mengetahui dan menerapkan fungsi masing-masing akan membawa Anda beserta pasangan pada kehidupan percintaan yang membahagiakan.

Dari Umar, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda " Sesuatu yang halal tetapi dibenci Allah adalah perceraian "

-AP-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun