2. Menjalankan prinsip hidup 'Worklife Balance'
Hidup tidak melulu soal pekerjaan. Pada prinsipnya setiap manusia adalah makhluk yang berkehendak bebas (Free Will). Zaman perbudakan sudah berakhir ratusan tahun yang lalu, dan sejatinya kita bukan budak. Kita tidak dimiliki oleh siapapun dan apapun.Â
Seseorang yang mengalami burnout syndrome sama artinya diperbudak oleh pekerjaan atau perusahaan tempatnya bekerja, sampai-sampai lupa kalau dia adalah manusia bebas. Maka berikan keseimbangan antara kehidupan pekerjaan dengan kehidupan pribadi anda.
Mengambil jeda di antara ruang sempitnya kehidupan pekerjaan, bisa sangat cepat menurunkan stres. Sebagai contoh, mintalah ijin kepada atasan untuk cuti 1-2 hari. Matikan semua alat komunikasi dan media sosial anda.Â
Luangkan waktu untuk diri sendiri (bagi yang jomblo), atau dengan pasangan anda seharian penuh tanpa ada distraksi. Lakukan travelling mendatangi tempat-tempat yang belum pernah dikunjungi sebelumnya. Atau bisa juga menonton film seharian di rumah.
3. Menemukan passion baru
Manusia dilahirkan dengan beragam keunikan dan kecerdasan yang berbeda-beda. Menggali potensi diri bisa cukup membantu kita menghentikan burnout syndrome. Misalnya, kalau anda senang dengan kegiatan fisik lakukan olah raga rutin.Â
Bangun lebih pagi kemudian running atau bersepeda selama 20-30 menit. Menikmati suasana, menghirup segarnya udara pagi sangat menenangkan tubuh dan keadaan hati kita.Â
Atau segala jenis passion lainnya seperti menulis artikel, memasak, berkebun, dan lain-lain. Intinya adalah anda melakukan sesuatu yang anda senangi (hobi) dan lakukanlah berulang-ulang bahkan sampai menjadi sebuah kebiasaan diluar rutinitas kerja.
4. Berinteraksi sosial
Tak dapat dipungkiri bahwa manusia adalah makhluk sosial. Dan oleh karenanya setiap manusia menuntut eksistensi atas dirinya. Jalin pertemanan dengan siapapun asal positif.Â
Pertemanan yang saya maksud disini bukan hanya pertemanan di dunia maya seperti Facebook atau Instagram. Bertemanlah secara live dengan orang lain. Lakukan interaksi dengan frekuensi yang bisa anda atur diluar jam kerja.Â
Luangkan waktu untuk social life anda. Karena saat kita berinteraksi, ada komunikasi disana. Anda memiliki panggung untuk bercerita dan ada pendengar yang memperhatikan. Minimal apa yang menjadi beban anda sedikit banyak bisa tercurahkan ketika anda ber social life.Â
Namun di sisi lain, andapun juga harus siap menjadi pendengar ketika ada teman yang ingin bercerita. Setiap manusia pada dasarnya senang didengarkan karena faktor eksistensi dan aktualisasi diri. Jangan menjadi teman yang menguasai panggung sendirian.Â