Mohon tunggu...
Anjas Permata
Anjas Permata Mohon Tunggu... Konsultan - Master Hypnotist

Trainer Hypnosis, Master Hypnotherapist, Professional Executive, Founder Rumah Hipnoterapi, Founder Mind Power Master Institute, Ketua DPD Perkumpulan Komunitas Hipnotis Indonesia (PKHI)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Revolusi Spiritual di Tahun Baru Islam 1442 Hijriyah

20 Agustus 2020   00:41 Diperbarui: 20 Agustus 2020   00:43 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tepat di tanggal 20 Agustus 2020 ini seluruh umat Islam di Indonesia memperingati Tahun Baru Islam 1442 Hijriyah. Sejarah menyebutkan bahwa 1 Muharram ditandai dengan hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari kota Mekkah menuju kota Yastrib (sekarang Madinah) yang berjarak 320 kilometer pada 622 Masehi. 

Kata hijrah berasal dari bahasa Arab yang artinya meninggalkan, menjauhkan dari dan berpindah tempat. Namun dalam konteks sejarah, kata hijrah sangat identik dengan suatu peristiwa perpindahan tempat yang dilakukan oleh Nabi Muhammad diatas. 

Adapun alasan hijrahnya Nabi Muhammad adalah karena di kota Mekkah dirinya beserta kerabat dan para sahabat sudah tidak aman lagi. Rencana pembunuhan oleh kaum kafir Quraisy kepada Nabi Muhammad saat itu menjadi puncak keputusan bagi beliau untuk berhijrah. Meskipun sudah dikepung, akhirnya Nabi Muhammad beserta keluarga dan sahabat bisa meloloskan diri.

" Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baiknya Pembalas tipu daya " ( QS Al-Anfal (8) : 30 )

Berikut ini ayat-ayat di dalam Al Qur'an mengenai anjuran 'berhijrah'

" Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan dan diri mereka adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan " ( QS At-Taubah (9) : 20 )

“ Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang ” ( QS Al-Baqarah (2) : 218 )

Beberapa ulama berpendapat bahwa peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW memiliki makna yang lebih daripada hanya sekedar kegiatan fisik. Hijrah diartikan sebagai 'keluar' dari kekufuran menuju pada keimanan. 

Ada dua syarat penting dalam konsep Hijrah, pertama adalah 'meninggalkan' sesuatu dan kedua adalah 'menuju' sesuatu. Apa yang ditinggalkan tentunya adalah sesuatu yang buruk, sesuatu yang jelek dan/ atau sesuatu yang negatif. Sedangkan apa yang dituju adalah sesuatu yang baik, sesuatu yang indah dan/atau sesuatu yang positif.

Namun ada satu unsur penting yang mungkin sebagian besar orang belum terlalu memahami bagaimana konsep hijrah ini bisa diaplikasikan pada zaman now. Elemen itu disebut dengan 'Kesadaran' diri. Jika kita tidak menyadari, bagaimana mungkin kita bisa tahu hal itu baik ataukah buruk.

Sebagai makhluk yang memiliki derajat paling tinggi diantara makhluk lainnya, manusia di dalam keutuhannya terdiri atas tiga elemen.

Elemen Ke Tuhanan (Ruh)

Ruh sebagai elemen pertama memiliki sifat given (diberikan) oleh Sang Pencipta kepada setiap manusia yang diijinkan hidup di dunia. Ruh merupakan kekuatan atau power, ibarat sebuah komputer ruh adalah listriknya. Tanpa listrik tidak mungkin komputer dapat berfungsi. Demikian halnya manusia jika Ruh yang diberikan kemudian diambil kembali, maka semua fungsinya akan mati.

Elemen Ke Muhammadan (Jiwa)

Banyak orang hanya mengenal Muhammad sebagai 'manusia' yang hidup selama 63 tahun dan sekarang sudah wafat. Padahal faktanya Muhammad sudah diciptakan oleh Allah Swt jauh sebelum makhluk-makhluk lain dan alam semesta tercipta (Nur Muhammad). Dan pada akhir zaman nantinya hanya Muhammad yang memiliki hak ekslusif memberikan syafa'at atau pertolongan kepada semua umat manusia. 

Jiwa yang saat ini ada di dalam diri kita memiliki koneksi yang erat dengan Nur Muhammad. Jiwa merupakan software manusia. Karena software maka perlu senantiasa di upgrade secara kontinyu. Ada dua cara untuk meng upgrade Jiwa kita :

  1. Beribadah : keterhubungan kita dengan Sang Pencipta (Shalat, Puasa, Belajar, Membaca Al Qur'an, Umroh, Haji, dan lain-lain)
  2. Berbuat amal kebaikan : keterhubungan kita dengan sesama makhluk hidup (Bersedekah, Berzakat, Berkurban, Bekerja, Berbagi ilmu, Menunaikan kewajiban, Membantu, Menolong sesama yang kesusahan, dan lain-lain)

Elemen Ke Adaman (Raga)

Nabi Adam As adalah manusia pertama yang diciptakan Allah Swt di bumi. Kesempurnaan raga yang kita miliki saat ini tak lepas dari mahakarya Allah Swt dalam menciptakan manusia melalui Nabi Adam As dan tentunya kita semua adalah keturunan dari beliau. Raga merupakan hardware manusia. Rambut, kepala, hidung, mata, bibir, tubuh, tangan, kaki dan keseluruhan yang tampak di diri kita disebut dengan raga. 

Sama halnya dengan hardware sebuah komputer yang mungkin kita bersihkan secara berkala, kita rawat dan jaga agar jangan sampai rusak. Demikian pula raga yang kita miliki harus kita jaga dan rawat setiap saat. Misalnya dengan makan minum bergizi, olah raga teratur, istirahat yang cukup, dan lain sebagainya.

Raga akan kembali ke tanah, Ruh akan kembali ke Sang Pencipta, sedangkan Jiwa akan dipertanggungjawabkan dan dihisab. Maka tepat di Tahun Baru Islam 1 Muharram 1442 Hijriyah ini, mari kita semua melakukan refleksi diri, apakah sampai sekarang Jiwa dan Raga kita sudah senantiasa kita upgrade, jaga dan rawat dengan baik. Jika belum maka lakukan mulai sekarang juga.

Dengan menyadari tiga elemen diatas, menjadi pondasi utama bagi kita agar mampu melihat segala sisi baik dan buruk dalam kehidupan. Ketika hidup kita dalam zona negatif, hal pertama yang perlu dilakukan adalah menyadari terlebih dahulu tentang apa saja hal-hal negatif atau hal-hal buruk yang terjadi. Setelah itu berhijrah lah menuju kepada kebaikan agar mendapatkan ridho dan rahmat dari Sang Pencipta. 

" Ilmu Pengetahuan tanpa akal adalah KEJAHATAN. Akal tanpa kesadaran adalah KESESATAN. Mengabaikan pengetahuan adalah KEZALIMAN. Karena hidup adalah proses PENCARIAN " The Architect

-AP-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun