Mohon tunggu...
Faridhian Anshari
Faridhian Anshari Mohon Tunggu... -

Seorang spectator sedari kecil yang "kebetulan" menjadikan sepakbola sebagai teman dan ramuan dalam eksperimen ajaibnya.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Secuil Memori dari 16 Hari Bermain Bersama Asia

5 September 2018   16:36 Diperbarui: 5 September 2018   16:46 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar diambil dari otomotif-tempo.co

Jalan Sudirman masih tetap macet, namun halte bus trans Jakarta yang berdiri tegak didepan pelataran Gelora Bung Karno sudah mulai lenggang dan tampak normal seperti hari-hari diawal bulan Agustus. Sebuah perhelatan besar, ajang olahraga terbesar di Asia (dan mungkin terbesar nomor dua di dunia), baru saja usai. 

Pesta olahraga yang melibatkan 45 negara dan ribuan atlet, telah selesai menghembuskan nafas di negara tercinta kita, Indonesia. Jakarta dan Palembang mewakili puluhan provinsi di NKRI sebagai garda terdepan dalam penyelenggaraan sebuah ajang besar yang (lagi dan lagi) dimenangi oleh China yang total jenderal berhasil mengumpulkan 289 medali. 

Menang jauh dari sang runner up, Jepang yang "hanya" sanggup mendulang 205 medali. Indonesia sendiri sebagai tuan rumah bolehlah dikatakan cukup berhasil dengan total jenderal mengumpulkan 98 medali. Sebuah rekor tersendiri untuk negara kita, yang empat tahun lalu hanya duduk di posisi belasan.

Dari penyelenggaraan yang cukup menyita atensi dan perhatian masyarakat kita, bolehlah dikatakan bahwa Asian Games ke 18 ini cukup berhasil menyeret atensi warga Indonesia, khususnya sekitaran Jabodetabek (jakarta-Bogor-Depok-Tanggerang-Bekasi) untuk hadir langsung dan rela berdesak-desakan menonton sebuah olahraga yang mungkin dalam kesehariannya jarang sekali disaksikan secara langsung. 

Saya berani yakin bahwa ada banyak sekali momen dari Asian Games kali ini yang akan selalu tertancap di dalam benak warga Indonesia, dan meninggalkan memori yang cukup dalam.

Saya sendiri disibukkan dengan melakukan beberapa riset kecil mengenai penyelenggaran Asian Games yang ternyata cukup memperlihatkan bahwa masih perlu ada beberapa pembenahan di sudut-sudut terkecil dari mapping pekerjaan yang diciptakan oleh INASGOC. 

Namun, di luar itu semua, saya juga hadir di GBK dan rela berdesak-desakan untuk memeriahkan Asian Games, dan ikut menyerukan kalimat "EN..DO..NE..SA" di setiap cabang olahraga yang saya tonton yang didalamnya melibatkan atlet kita. 

Sebuah suasana dan hype yang tidak akan terlupakan. Sangat berbeda dengan hype ketika menonton pertandingan bola yang melibatkan timnas kita. Kegaduhan yang biasanya dilontarkan oleh supporter fanatik merah putih yang berjumlah puluhan ribu, seperti terserap lewat ratusan orang yang menonton cabang olahraga hockey, yang jelas kalah jauh popularitasnya dibandingkan sepakbola.

Apapun itu, susasana, atensi, kegaduhan, hingga kekecewaan yang menyelubungi Asian Games patut kita kenang. Bisa lewat jepretan foto layaknya fotografer handal, hingga berlomba-lomba mengabadikannya di sebuah feed khusus di sosial media pribadi. 

Saya sendiri mencoba mengabadikan Asian Games XVIII kali ini lewat tulisan ringan yang saya berikan untuk santapan hangat warga Indonesia. Karena Asian Games kali ini diselenggarakan selama 16 hari (tertanggal 18 Agustus hingga 2 September), maka saya merangkum 16 momen keren nan memorable yang smepat menjadi bahan perbincangan warga kita, hingga menjadi konsumsi di masyarakat level dunia lewat tagar (#AsianGames18) yang betebaran di berbagai sosial media selama dua minggu lebih. 

Sepuluh momen yang saya tulis ini belum tentu mewakili 16 hari penyelenggaraan, namun kurang lebih setiap momen yang saya tulis cukup jelas menjadi kehebohan di sosial media dalam 16 hari yang memeriahkan Jakarta dan membuat kita melupakan bahwa tiga minggu yang lalu, perang politik sedang puncak-puncaknya. Selamat membaca seluruh momen ini.

1. Ketika Jokowi menjalankan Mission Imposibble.

gambar diambil dari otomotif-tempo.co
gambar diambil dari otomotif-tempo.co
Ainul yakin saya. Jutaan penonton televisi di indonesia pada malam 18 Agustus 2018, satu hari selepas hari kemerdekaan kita, benar-benar terpana ketika menonton dari depan layar kaca. Begitu juga dengan penonton yang hadir langsung dan rela memegang handphone tanpa henti untuk terus live di Instagram maupun menyimpang foto dan video yang mengenang memori (yang entah kapan kan terjadi lagi). 

Malam itu, tidak seperti layaknya seorang presiden yang duduk manis di podium VVIP dan menyambut tamu negara, Joko Widodo malah dengan kece nya memilih "tampil" dan hadir di Asian games menggunakan sebuah motor balap yang di setting sedemikian pula agar terlihat benar-benar Jokowi yang sedang mengendarai motor dan masuk kedalam stadion GBK. 

Sebelumnya memang, jokowi lah yang tampil di video opening dan mengendarai motor (entah dari Bogor atau Jakarta) yang kemudian (katanya) diteruskan oleh stuntman. Apapun itu, sajian opening show ini sangat memikat dan membuat orang tidak menyangka Pak Presiden berani tampil ala agen Ethan Hunt di film Mission Impossibble terbaru. 

Jutaan orang di Indonesia tersentak dan seperti tidak menyangka Jokowi yang beberapa hari sebelumnya masih terlihat berpolitik ria dalam memilih cawapres, nekat tampil dengan cara berbeda. Walau tidak se "heboh" ratu Elizabeth II yang terjun payung dalam opening Olimpiade London. Thank you mas Tama, ide anda ruarrrr biasa.

2. Yo, Yo, Ayo Via Vallen Nyanyi Beneran.

gambar diambil ari viva.co.id
gambar diambil ari viva.co.id
Opening ceremony dikemas dengan sangat heboh dan "So Indonesia", yang menampilkan ribuan penari salman serta tarian lain yang merepresentasikan Indonesia di mata atlet asing yang hadir, maupun warga luar Indonesia yang menonton acara ini lewat media negara mereka yang meliput langsung. 

Sebuah opening ceremony yang saya perkirakan sudah disusun dengan matang 6 bulan sebelum tanggal keramat 18/8/18. Selain tarian, jelas lagu theme song Asian Games juga disuarakan untuk seluruh penonton yang menyaksikan. Turunlah via Vallen. 

Gadis cantik yang berkali-kali menjadi trending topic di linimasa negara kita, tampil dengan lagu ear catching yang sudah lebih dulu berkenalan dengan telinga kita beberapa minggu sebelumnya. 

Meraih bintang judul lagunya, namun kata-kata "yo.yo..ayo" yang selalu nyangkut ditelinga kita. Permasalahannya adalah, Via Vallen selalu menjadi sorotan oleh para juliders maupun fans lambe turah di negara kita. Malam itu, Via Vallen bernyanyi namun tidak nyata. Maksudnya adalah, suara yang keluar dari mulut Via Vallen tidak sama dengan yang diperdengarkan untuk publik. Alias Lipsync. 

Sebuah dosa yang teramat besar untuk dunia pertunjukan musik beraliran konser. Namun apa mau dikata, The Show must go on. Neng Via tampil memukau, namun manusia-manusia julid mulai ramai menghiasai kolom komentar sosial media Via Valen keseokan harinya. 

Di balik itu semua, Via Vallen pun mengakui bahwa ia "disuruh" untuk lipsync, cara yang sama dengan belasan penyanyi lainnya yang hadir diatas panggung, seperti Raisa hingga Rossa. Namun, namanya juga netizen, tetap saja Via Vallen yang kena hujat. Memang sudah nasib jadi artis pujaan lambe turah.

3. Wah Kita Dapat Emas Pertama!

gambar diambil dari radarcirebon.com
gambar diambil dari radarcirebon.com
Gegap gempita Asian Games terus berlanjut. Setelah dimeriahkan oleh sajian sejuta entertainment di opening night, masuklah Indoneisa kepada gegap gempita sebenarnya. Memperjuangkan target medali yang ingin dicapai oleh pemerintah lewat titah presiden dan Kemenpora. 

Niat awal hanya ingin medali emas diatas 10 buah. Namun kenyataannya dan tuah tuan rumah, hingga hari terakhir kita berhasilmenyabet total 98 medali, yang 30% nya diwujudkan lewat 31 medali emas. Jauh dari target yang diincar. Sukses? 

Dapat dikatakan begitu. Namun dari 31 medali emas tersebut, selalu ada yang paling pertama. Nama sang pahlawan tersebut adalah Defia Rosmaniar. Atlet dari cabang olahraga Taekwndo yang berhasil membuka kran medali emas untuk negara kita. Mengalahkan wakil Iran di final, gadis asal Bogor ini dengan cepat menjadi trending topic dilinimasa. Namanya langsung dicari orang lewat mesin google. 

Namun yang paling berkean adalah, memainkan laga dihari pertama, pertandingan final Defia pas banget disaksikan oleh Presiden Jokowi. So, langsung lah Jokowi sendiri yang mengalungkan medali berwarna kuning tersbeut ke leher Defia. Uniknya kehebohan medali emas dari Defia ini, masih kalah oleh fans anti-Via Vallen yang belum bisa move on.

4. Cedera Ginting yang Menjadi Cerita Genting.

gambar diambil dari terkini.id
gambar diambil dari terkini.id
Begerak menuju hari keempat penyelenggaraan Asian Games. Cabang bulutangkis mulai menyita perhatian. Dalam ajang lomba beregu (negara) putra, Indonesia berhasil memasuki tahap final. Lawan yang dihadapi? China, yang selalu menjadi penghambat langkah Indonesia di berbagai event bulutangkis kelas asia hingga dunia. 

Dalam laga final yang mempertontonkan 5 pertandingan (tunggal tiga orang dan ganda 2 orang), Indonesia wajib mengeluarkan Anthony Ginting yang berperingkat tertinggi dari kedua tunggal putra lainnya untuk menghadapi atlit China bernama Shi Yuqi yang menyandang pebulutangkis putra peringkat pertama dunia.  Set pertama, Ginting berhasil menang, 

Set kedua nyaris menang yang berujung kepada kekalahan tipis. Nah di set tiga ini, kejadian yang menyita perhatian masyarakat Indonesia terjadi. Ketika skor memasuki saat-saat genting dalam poin 18-19, Ginting tiba-tiba terjatuh dan enggan berdiri lagi. 

Cedera yang mengikat erat lututnya membuat Ginting untuk sangat susah berdiri, yang sebenarnya sudah tercermin dari beberapa menit sbelumnya dimana berkali-kali Ginting mengeluh kesakitan. Sehingga sebenarnya cukup dapat diprediksi bahwa Ginting harus roboh karena sudah tidak kuat lagi menahan sakit dikakinya. 

Ginting menyerah, dan Yuqi dinyatakan memenangi pertandingan. Momen ketika Ginting masih nekat bertanding dengan kaki terseret-seret, membuat sebagian warga Indonesia sangat histeris. Linimasa di sosial media bergerak sangat cepat, yang rata-rata mengungkapkan betapa kasihannya Ginting dan begitu besarnya sisi heroik yang dilakukan Ginting, dimana sudah berjuang hingga titik darah penghabisan. 

Kalah tidak jadi masalah. Namun sebenarnya, sang idola baru mulai terlihat. Bukan Ginting, tapi atlet selanjutnya yang akan mengemban kekalahan Ginting.

5. Kevin yang Memang Setengil Minions.

gambar diambil dari viva.co.id
gambar diambil dari viva.co.id
Masih lanjut. Walaupun Ginting kalah, namun perebutan emas masih terus berjalan. Yang maju berikutnya adalah sang peraih medali emas olimpiade, Markus gideon dan Kevin Sanjaya. Peringkat tertinggi dalam ganda putra. Dua sosok yang dikatakan mirip sang legenda Ricky Subagja dan Rexy Mainaxy, namun seiring waktu, keduanya malah dimirip-miripkan dengan minions. 

Tokoh kartun yang terkenal karena warna kuning, pendek, dan tengil. Mirip kelakuan sang ganda putra, khususnya Kevin Sanjaya. Cerminannya adalah ketika the minions melawan pasangan ganda campuran China, Li Junhui dan Liu Yuchen. Berkali-kali Kevin memberikan gestur seperti tidak mendengar apa yang dikatakan lawan. Entah apa niatnya, apakah sebagai gimmick tersendiri untuk pengusir rasa tegang penonton, atau memang ada motif tersembunyi yang ingin diangkat Kevin. 

Sebenarnya jika dicermati lebih dalam dan lebih jauh, Kevin Sanjaya memang sudah berkali-kali melakukan aksi tengil ketika berhadapan dengan laga-laga penting. Seperti yang terangkum dalam berbagai kompilasi aksi Kevin yang di-posting oleh beragam media, Kevin Sanjaya memang kerap menukar raket ketika pertandingan tengah panas-panasnya (Literally ditengah pertandingan, bukan ketika jeda). 

Adapula aksi smash-nya yang membelakangi lawan, hingga kumpulan aksi tengilnya yang seperti pura-pura ingin menangkis kok dari lawan, tapi Kevin speerti sudah menduga kalau pertandingan akan berhenti karena "out". Cukup tengil, namun menghibur. Jujur saja lebih menarik daripada aksi julid netizen yang malah menghujat Anthony Ginting karena cedera.

6. Kalah Adu Penalti, Jangan Frustasi.

gambar diambil dari viva.co.id
gambar diambil dari viva.co.id
Tidak dapat dipungkiri, selain badminton, cabang sepakbola juga menjadi pusat daya tarik dari masyarakat Indonesia, khususnya untuk bagian putra. Ada keinginan mendekati prestasi layaknya Piala Asia 2008, maupun secuil harapan untuk dapat menembus semifinal karena tuah tuan rumah. 

Fase grup berhasil dilalui anak asuh Luis Milla dengan sedikit berdebar-debar mengingat lawan yang dihadapi cukup variatif. Taiwan, Palestina, Laos, dan Hongkong mempunyai jenjang kelas tesendiri yang berbeda dengan Indonesia. 

Apa mau dikata, walau kalah, keberuntungan masih berpihak untuk Indonesia. Timnas kita masuk ke babak 16 besar, dan lawan yang dihadapi adalah langganan "nyaris" piala dunia dan raja di Asia, yaitu Uni Emirat Arab. Hebatnya, timnas kita cukup solid dan mau berjuang hingga darah penghabisan. 

Skor 2-2 (yang disamakan dengan cara dramatis oleh Stefano Lilipaly pada injury time dimenit 90+4) dibawa hingga babak perpanjangan waktu dan adu penalti. Tapi kali ini keberuntungan bukan milik garuda muda. 

Tendangan milik dua punggawa indonesia, Saddil Ramdani dan Septian David Maulana gagal menembus gawang Alshamsi Mohammad dalam babak tos-tosan. Skor 5-6 menjadi milik Uni emirat Arab. Indonesia tersingkir, namun kali ini tidak ada warganet yang mengecam hingga mengutuk. Mungkin sudah mulai terbiasa. Masih beruntung bisa sampai 16 besar.

7. Tiket Oh tiket, Dicari hingga dicaci maki.

gambar diambil dari industry.co.id
gambar diambil dari industry.co.id
Antusiasme yang besar dari masyarakat Indonesia, cukup didukung dengan gegap gempitanya Gelora Bung Karno yang disulap menjadi pagelaran musik, olahraga, dan hiburan yang luar biasa. Java Jazz yang cuma "bemodal" musik, disempurnakan oleh Asian FEST yang diciptakan di GBK. 

Fantasistis dan murah. Dua kata yang menggambarkan betapa kerennya Asian Games untuk warga yang hanya ingin datang untuk berhura-hura. Hanya bermodal Rp 10.000, segala macam kelas masyarakat dapat dengan mudahnya melenggang masuk ke kawasan GBK. 

Namun, selalu ada masalah yang seperti ditutupi dari gegap gempita nya sebuah event. Kali ini urusan tiket. Yup, tiket, secarik kertas yang bervariatif harganya dari 50 ribu rupiah hingga 300 ribu rupiah demi menonton cabang olahraga yang diidam-idamkan. Berapapun harganya, kalau memang diinginkan pasti akan di jabanin. Terbukti dari melingkarnya ribuan warga yang rela mengantre untuk menonton cabang olahraga populer, seperti badminton dan sepakbola. 

Harapan akan memperoleh tiket karena sudah mengantre sebelum loket buka, hanya tinggal harapan. Ratusan warga kecewa karena jumlah tiket yang dijanjikan tiba-tiba ludes dalam waktu sekejap. 

Sebenarnya INASGOC selaku panitia Asian Games, sudah membuka dua jalur untuk memesan tiket pertandingan. Lewat Offline (yaitu mengantre langsung) maupun lewat online yang bekerjasama dengan beberapa toko online yang cukup populer di telinga masyarakat kita. Namun, kenyataannya masalah tiket tidak menemui ujung pangkal yang berarti. 

Selalu saja kehabisan baik itu online maupun offline. Sehingga timbul lah dugaan seperti calo yang serakah, hingga tiket yang diberikan cuma-cuma kepada pihak sponsor hingga orang-orang "penting" yang dekat dengan panitia. 

Tuduhan yang tidak berujung, namun akhirnya sempat mendapat teguran dari pihak komite olimpiade yang sedikit merasakan soal tiket yang tiba-tiba raib secepat kilat. Mau berapa pun harganya, tiket Aisan Games pasti akan selalu diincar oleh warga yang ingin menonton langsung untuk memberikan semangat kepada atlit tanah air, tapi tiket selalu ada jatahnya. Jatah untuk orang biasa maupun untuk orang yang "luar biasa".

8. Jojo, Dari Six Pack Hingga The Next Taufik Hidayat.

gambar diambil dari liputan6.com
gambar diambil dari liputan6.com
Jonathan Christie atau yang sering dipanggil Jojo menjadi buah bibir tersendiri di gelaran Asian Games ke 18. Siapa dia? Atlet pria yang bermain bulutangkis. Coba saja kalau dia main Kabadi atau Lempar Cakram, mungkin tidak akan ada ditulisan saya ini atau namanya tidak akan masuk ke telinga anda. Karena bulutangkis yang memang menjadi olahraga populer di Indonesia, dan diukung oleh permainan mumpuni, plus atu lagi faktor pembedanya yaitu fisik yang oke. 

Soal prestasi jangan ditanya lagi, medali emas tunggal pria berhasil disabet Jojo dengan mengalahkan wakil Taiwan, chou Tienchen lewat permainan sengit tiga babak. Medali ke 23 untuk Indonesia mengantarkan nama Jojo sebagai "kesayangan" netizen seluruh indonesia. 

Namun, hal yang paling memukau adalah soal fisik yang lebih dielu-elukan oleh netizen dibandingkan prestasinya yang ciamik. Adegan membuka baju dan mempertontonkan perut six pack-nya berhasil membuat jutaan wanita histeris ketika menonton maupun hanya melihat gambarnya saja. Wajah Jojo yang masuk kategori tampan juga kerap dibanding-banding kan dengan beberapa aktor Korea yang sebenarnya jika ditinjau ulang tidak mirip-mirip banget. 

Namun, apapun itu Indonesia patut berbangga memiliki idola baru yang kali ini dalam bentuk Jojo. Dunia bulutangkis Indonesia juga rindu akan pemain tinggal pria yang selalu ramai di perbincangkan akan prestasinya dan menjadi idola kaum hawa. 

Taufik Hidayat adalah generasi terakhir dari kategori tersebut. Sehingga tidak masalah jika banyak orang mulai membanding-bandingkan hingga menyamakan Jojo dengan sang peraih medali emas olimpiade. Kalau memang Jojo sama dengan Taufik Hidayat, jangan kaget kalau besok Jojo juga akan dipersunting oleh anak pejabat negara kita, layaknya sang senior.

9. Berpelukan, sebuah gesture yang damai dari dua penguasa.

gambar diambil dari detiksport.com
gambar diambil dari detiksport.com
Jokowi dan Prabowo pelukan? Ah Masa! Ga mungkin! Yes, berbagai kalimat langsung menerjang lini masa sosial media ketika dua tokoh penting yang akan bertempur tahun depan di Pemilu, berpelukan layaknya kawan akrab. Mengharukan iya, Drama, juga iya, Menenangkan sudah pasti. Memang pose berpelukan nya Jokowi dan Prabowo tidak lepas dari peran Hanifan Yudani Kusumah, sang peraih medali emas dari cabang Pencak Silat yang diasuh oleh Prabowo. 

Sejak awal Jokowi dan Prabowo memang menunjukan gesture yang bersahabat dengan saling tertawa dan bercanda bersama. Namun jelas tidak disangka akan berpelukan dalam beberapa menit kemudian. Momennya adalah ketika Hanifah berhasil meraih emas dan dengan spontan langsung lari ke tribun VVIP dan memeluk dua tokoh utama negara ini. 

Mungkin Hanifah menjadi orang pertama yang berhasil memeluk Jokowi dan Prabowo disaat yang bersamaan. Foto Jokowi dan Prabowo yang berpelukan jelas menjadi obat tersendiri untuk warga yang rindu akan ketenangan dan kedamaian dari hingar bingar politik. 

Mari kita berdoa agar momen Asian Games ini membuat kedua tokoh tersebut maupun seluruh pengikutnya untuk bersama-sama "berpelukan". Hmm, tapi rasa-rasanya susah ya. Tapi tidak ada salahnya berharap dan berdoa agar 2019 tetap berpelukan ala Telletubbies.

10. Super Junior, Aksi Super untuk menutup Event Super.

gambar diambil dari vemale.com
gambar diambil dari vemale.com
Pergerakan Asian Games sudah memasuki minggu kedua, namun suasana sepi sama sekali tidak tercium. Malahan, desas-desus yang berkumandang adalah sebuah boys band asal korea selatan yang punya fansbase luar biasa besar di Asia akan mengisi satu slot di closing ceremony yang jatuh di hari minggu 2 September. 

Desas desus yang lama-lama mulai terlihat ujung tanduknya. Fix! Super Junior atau yang lebih dikenal dengan nama SUJU akan mampir ke jakarta, dan dipastikan akan bernyanyi bersama seluruh lapisan masyarakat yang hadir langsung di GBK. Sebuah kegilaan yang dapat dibayangkan. 

Saya bukan K-Popers, namun saya dapat membayangkan betapa tiket akan dengan sangat cepatnya ludes layaknya kopi di pagi hari yang ditemani pisang goreng. Semua orang yang menggilai K-Pop namun tidak antusias dengan olahraga (dalam hal ini cuek bebek dengan Asian Games) pasti akan sekonyong-konyong berebut membeli tiket SUJU ini. Lah wong Cuma 500 ribu rupiah untuk tiket paling murah. 

Jawaban yang otomatis tertuang di lini masa sosial media adalah "Kapan lagi nonton SUJU sedekat dan semurah ini!". Sebuah kalimat yang sungguh sangat dapat saya prediksi. Sebenarnya closing ceremony bukan milik SUJU semata, namun juga dimiliki oleh penyanyi-penyanyi lain dari dalam negeri (dari Bams ex Samsons hingg Bunga citra Lestari) bergiliran tampil di atas panggung memeriahkan kembang api berwarna merah yang seolah-olah tidak akan pernah luntur oleh hitamnya langit Jakarta selepas hujan disore harinya. 

Pernyataan "Indonesia, Kami cinta Kalian" dari presiden dewan olimpiade Asia: Syekh Ahmad Al Fahad Al Sabah juga turut memenuhi pemberitaan dari beragam media hingga cuitan-cuitan orang dalam sosial media yang bertagar (#Closing Ceremony Asian Games). Sebuah penutupan yang menggambarkan negara kita cukup sukses sebagai kontestan dan penyelenggara sebuah ajang besar yang melibatkan banyak negara. 

Namun kalau boleh jujur, kayak nya kita masih kepagian deh untuk mengajukan diri sebagai tuan rumah Olimpade 2032. Ketika penyelenggraan memang berhasil, tapi proses sebelum event juga patut disorot. 

Dari pembangunan infrastruktur hingga segala macam tetek bengek yang rasa-rasanya 15 tahun belum tentu bisa sebagus dan semegah penyelenggaraan di Rio De Jeneiro, dua tahun lalu. 

Tapi, tidak ada salahnya mencoba Who Kows. Anyway, selamat tinggal Asian Games. Semoga segala kenangan yang terjadi dapat menjadi memori yang berkesan, layaknya cinta pertama dikala remaja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun