Bayangkan jika seorang Jose Mourinho yang selalu menyampaikan kalimatnya dengan tersirat dan penuh ratusan makna ambigu, pasti berita yang kita baca hanya berisi pemahaman kalimat secara tersurat saja. Ga ada sisi gregetnya. Justru dengan "bantuan" media yang rajin mengompori dengan bantuan kalimat tersirat, bacaan berita sepakbola yang kita baca menjadi semakin romantis sekaligus tragis.
So, mari kita sejenak refleksi dan pikirkan dalam-dalam, apakah kita harus benar-benar berterimakasih kepada hoax yang membuat sebagian berita sepakbola menjadi lebih renyah dan crunchy. Saya sangat suka mengibaratkan hoax dalam berita sepakbola sebagai "micin" dalam setiap junk food dan jajanan pinggir jalan yang kita makan. Lebih lezat kan? He he he.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H