Mohon tunggu...
Faridhian Anshari
Faridhian Anshari Mohon Tunggu... -

Seorang spectator sedari kecil yang "kebetulan" menjadikan sepakbola sebagai teman dan ramuan dalam eksperimen ajaibnya.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Liga Italia, Gaungmu Kini Terdengar Sunyi

12 Januari 2018   18:56 Diperbarui: 14 Januari 2018   09:36 2651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Firsttouchonlone.com

Cukup sudah membandingkan Liga italia, dengan Liga lain. Sakit rasanya ketika kita mengetahui penurunan kualitas peserta liga, padahal dulu kita memuja hampir setengah klub sebagai peserta Liga Italia. 

Jika saya boleh menganalisa, ada beberapa faktor yang menjadikan Liga Italia kalah pamor dibandingkan dengan Liga lain di benua Eropa. Namun, analisis saya ini tidak mengangkat kehebatan liga lain dan lebih terfokus kepada "kesalahan" yang dibuat oleh pengurus hingga ke level penendang bola yang bermain di liga Italia.

Faktor paling utama yang masuk akal adalah, ketika skandal Calciopoli melanda Italia di pertengahan tahun 2006. 

Sebenarnya tahun tersebut merupakan era yang sangat hebat untuk sepakbola Italia. Jelaslah, juara Piala Dunia 2006, dengan mengalahkan Prancis difinal menjadi bukti nyata dari jago-nya generasi emas milik Gianluigi Buffon, Alessandro Del Piero, Fransesco Totti, hingga Filippo Inzaghi. Ketika masa itu, liga italia masih dalam puncak performanya. 

Hampir seluruh pemain-pemian terbaik dunia "masih mau" bermain di Serie A, walau beberapa pemain sudah sempat tergoda untuk menyebrang ke Spanyol dan Inggris. Pada bursa transfer musim 2006/2007, Juventuslah yang menjadi aktor utama dari eksodus ini. Eksodus gila-gilan dijalankan oleh beberapa nama top klub tersebut. Satu paket Lilian Thuram dan Zambrotta pindah ke Barcelona. 

Striker hebat yang menjadi salah satu ikon Serie A (buat yang biasa bermian di Winning Eleven), Andriy Shevchenko juga melipir ke chelsea, yang kemudian juga disusul oleh kompatriotnya sebagai eks top skor Serie A, Hernan Crespo. Namun yang membuat beberapa pecinta Liga Italia patah hati adalah, kepindahan sang kapten tim nasional, Fabio Cannavaro yang memilih hijrah ke Real Madrid. 

Era pertahanan berlapis, serta sistem "grendel" yang menjadi ciri khas klub asal Italia, dipastikan akan mulai redup seiring kepergian Il Capitano.

Faktor kedua, yang merupakan efek domino dari kasus Calciopolli adalah menyingkirnya Juventus ke Serie B. Seberapa besar sih pengaruh Juventus? Pada masa itu, Juve adalah klub yang berisikan pemain bintang layaknya Barcelona dan Real Madrid (jika digabung) saat ini. 

Hampir seluruh pemain top mau bemain di sana. Karena kasus yang menyeret nama Lucio Moggi, sang juru transfer Juventus, maka Juventus terkena vonis untuk menghilang dari nama 18 klub peserta Liga Italia. 

Dapat dipastikan dengan melihat Juventus sebagai slaah satu klub paling populer di Liga Italia, dan tersukses di kancah Eropa menyingkir ke Liga yang lebih rendah, maka pamor Liga Italia agak sedikit tergoncang. 

Memang, masih ada nama AC Milan, Inter Milan, hingga AS Roma, namun banyak orang yang beranggapan bahwa Liga italia tanpa Juventus sudah tidak seru lagi. Juventus adalah salah satu nyawa Liga Italia. Ibarat Barcelona untuk Liga spanyol, dan Liverpool untuk Liga Inggris. Apakah anda akan tetap merasa seru menonton Liga Spanyol tanpa Barcelona? Saya berani bertaruh pasti jawabannya: Engga!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun