Andaikan anak zaman milenial di Indonesia mengenal Liga Italia, selayaknya mereka mengenal Liga Inggris saat ini, pasti gaung Liga Italia tidak akan sesunyi ini. Liga Italia memang masih bernafas dan hidup, namun gaungnya mulai terdengar samar.Â
Jika ada pertanyaan iseng yang dilontarkan untuk anak SMA yang rajin ngetem di tongkrongan mengenai liga apa yang paling ditunggu untuk nobar di kala weekend? Saya berani bertaruh, jawabannya Liga Inggris.Â
Kemudian, jika level pertanyaan dibuat lebih meningkat, dengan bertanya: sebutkan 10 klub Liga Inggris yang kamu ketahui? Saya juga masih berani bertaruh, mereka bisa lah meyebutkan nama sepuluh klub, minus nama-nama seperti Newcastle United atau nama klub yang susah dilafalkan seperti West Bromwich Albion.
Cerdas? Belum tentu, jika dinaikkan levelnya ke pertanyaan menegnai klub liga lain, pasti mereka akan memilih Liga Spanyol sebagai acuan nomor duanya. Mutlak, karena unsur Barca dan Madrid yang bercokol di sana.Â
Jika disuruh sebutkan nama 10 klub yang bemain di liga Spanyol, mentok-mentoknya hanya 5 sampai 7 klub yang bisa terjawab, dengan melewatkan nama-nama seperti Real Mallorca, Deportivo La Caruna, hingga Alaves. Nah, jika pertanyaan digeser ke Liga Italia, mungkin beberapa anak zaman now akan hanya tertuju kepada satu nama saja, yaitu Juventus.Â
Itu pun kalau diminta sebutkan ikon klub, mereka secepat kilat akan menjawab Buffon, diikuti Chiellini, dan kemungkinan besar baru disusul oleh nama-nama seperti Dybala hingga Higuain. Jika pertanyaannya masih sama, untuk menyebutkan 10 nama klub peserta, dijamin mereka akan berlomba-lomba ria untuk menyebut, Juve-Inter-Milan-Roma, dmana merupakan nama-nama klub yang cukup familiar.Â
Cukup ironis, ketika saya mencoba bertanya kepada beberapa anak SMA, palingan mereka hanya akan menjawab empat atau lima saja, di mana terkadang melupakan nama Napoli (yang kebetulan ketika tulisan ini dibuat sedang memimpin puncak klasemen).
Menarik memang, mengetahui pergeseran jaman yang menyebabkan Liga Italia yang dulu begitu digandrungi anak-anak 90an, menjadi terdengar samar di jaman sekarang. Padahal jika bicara dari peringkat klub-klub di UEFA, nama seperi Juventus, AC Milan hingga Internazionale masih lumayan bercokol di rangking yang mumpuni.Â
Tapi memang, klub Liga Italia cukup sering kehilangan tajinya dalam beberapa tahun terakhir ini. Jika kita bicara Liga Champions, klub Italia yang paling jauh melaju hanyalah Juventus. Yes, si Nyonya Tua cukup sering bermian di final Liga Champions (tahun 2015 dan tahun 2017) dalam beberapa tahun belakangan ini. Itupun keduanya disingkirkan oleh Barcelona dan Real Madrid.Â
Masuk akal. Masuknya Juventus sebagai finalis pagelaran tahun 2015 cukup membuat publik Italia terhibur. Bayangkan, mereka berjarak 5 tahun dengan Inter Milan yang memenangi Liga Champions tahun 2010 dibawah tangan Mourinho. Cukup lama dibandingkan dengan Klub-klub dari Liga Inggris dan Spanyol yang bergantian bermain di babak Final.
Bandingkan dengan klub Liga Spanyol, yang semenjak tahun 2014 dimulai dari era Real Madrid (yang terselip Barcelona ditahun 2015) yang tidak pernah terputus untuk bermain dalam final Liga Champions hingga tahun 2017. Lain lagi jika kita melihat klub asal Liga Inggris yang thampir selalu bermain di final Liga champions semenjak tahun 2005 Â (milik Liverpool dengan Instanbul Miracle-nya) hingga ke tahun 2012, lewat Chelsea dengan Di Matteo Miracle-nya).