Pria berperawakan ramah dan juga bersabat itu kemudian bercerita lebih banyak lagi tentang Kespro, apa saja yang sudah dicapai, tentunya dengan bahasa-bahasanya yang khas dan penuh humor, sehingga kamipun sesekali ikut tertawa dan ngakak bareng.
"Jadi sebenarnya berbicara tentang mahasiswa dalam konteks perilaku seksual memang perlu mendapat perhatian serius. Tetapi tidak harus panic (berlebihan, red.). Perlu adanya program yang mengarah kepada pendekatan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Riset yang dilakukan dengan teman-teman Wangsa Mandala membuktikan bahwa Kespro yang diberikan secara simultan terbukti signifikan menurunkan ketertarikan remaja mengakses pornografi," lulusan pasca sarjana UGM itu melanjutkan.
Kespro juga sering dilakukan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencan Nasional (BKKBN). Dalam kesempatan berbeda, Kasi Advokasi dan KIE BKKBN Yogyakarta, Heri Zudiyati, menjelaskan adanya kegiatan Kespro oleh BKKBN untuk memberikan pengetahuan dini tentang kesehatan reproduksi dan seksual remaja. Hal itu dilakukan supaya mereka tidak serta merta melakukan aktifitas seks tidak pada tempatnya. "Kita juga memberi peringatan tentang kesehatan reproduksi, bahayanya seperti apa," tutur wanita berseragam biru tua kokoh itu.
Terkait kegiatan Kespro, di PKBI sendiri menurut Zaki sudah berjalan sejak tahun 1984. Dan sudah ada sekitar lima puluhan sekolah yang menjadi mitra PKBI. Bahkan, di PKBI lain di luar DIY pendidikan Kespro sudah diajarkan di SD dan PAUD. Tentunya, dengan metode-metode yang disesuaikan berdasar tingkatan masing-masing usia sekolah. "Kita ada modul namanya bina anak perasa yang memang diajarkan untuk pra sekolah," tukas Zaki
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H