Mohon tunggu...
Herman Wahyudi
Herman Wahyudi Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga\r\nOrganisasi: Himpunan Mahasiswa Islam (HMI-Yogyakarta)\r\nMulai menulis sejak: 2009\r\nMinat: Membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Idealisme sang Jurnalis

28 Desember 2010   21:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:17 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Judul Film' : Veronica Guerin

Persembahan : Jerry Bruckeimer Films

Sutradara : Joel Schumacher

Produksi : Touchstone Pictures

Copyright : 2003

Menjadi seorang wartawan atau jurnalis bukanlah perkara yang mudah. Banyak hal yang harus dihadapi melebihi sekedar kegiatan peliputan, yakni tantangan idealisme. Meliput boleh jadi merupakan hobi dan tugas seorang wartawan. Akan tetapi, mampukah seorang wartawan memposisikan ideologi ke-wartawan-an (juga) sebagai hobi dikala tugasnya dibenturkan pada persoalan besar -bahkan ketika harus berhadapan dengan tekanan politis dan ancaman kematian?

Sejarah mencatat, pada tahun 1994 perdagangan narkoba mencapai tingkat tertinggi di Irlandia, 15 ribu orang pakai heroin setiap hari dan pasien termuda di klinik rehabilitasi berusia 14 tahun. Begitulah keterangan dalam film "Veronica Guerin" yang berdurasi sekitar 94 menit itu. Sebuah angka riset yang cukup fantastis dan tragis diangkat dalam sebuah film yang dibintangi oleh Cate Blanchett. Cate memerankan sosok Veronica Guerin, seorang wartawan harian Sunday independent yang dikenal sering menulis berita/artikel tentang skandal Gereja dan politik.

Cerita dimulai sejak Ronie (sapaan akrab Veronica Guerin dalam film tersebut) memutuskan untuk melibatkan diri dalam kasus-kasus kriminal. Dan kasus kriminal yang cukup memprihatinkan serta menggugah karir kewartawanannya adalah sebuah fakta tingginya kasus narkoba di Dublin. Sementara pemerintah -dalam hal ini Polisi- seakan tidak berdaya untuk mengambil langkah penumpasan (baca; penangkapan). Bukan karena tidak tahu, melainkan disebabkan oleh terlalu pintarnya para bandar dan kuli-kuli pengedar narkoba dalam memainkan intrik sehingga dapat menutup jejak hitam mereka secara rapi. Sekalipun sudah nyata dan tampak dalam penglihatan masyarakat umum. Dengan kata lain, tanpa bukti-bukti kongkrit hukum memang menjadi lumpuh dan tidak dapat memainkan peran.

Ronie mengunjungi salah satu tempat rehabilitasi di Dublin sebagai langkah penelusuran awal. Cukup banyak usia remaja disana, usia ideal yang semestinya duduk dibangku sekolah menjadi sosok intelektual agen perubahan bangsa. Ia berusaha menanyakan orang-orang yang ada disana tentang sekelumit fakta kasus narkoba, bisa dikatakan, disinilah "peran baru"nya sebagai wartawan kriminal dimulai. Peran yang menghadapkannya pada sindikat penjahat yang sebenarnya lebih menjadi wiliyah seorang polisi, bukan wartawan atau jurnalis. Begitulah seperti diungkapkan Graham suami Ronie ketika berupaya mengingatkannya.

Kerabat-kerabat Ronie selalu berupaya membujuk agar ia tidak terlalu masuk dalam perkara yang mengancam keselamatan dirinya sendiri. Namun, apalah daya, idealisme sang pemburu fakta sejati seakan menepis konstruksi rasa takut dalam dirinya itu. Dia terus memburu fakta dengan mendatangi orang-orang yang terindikasi terlibat langsung dalam kasus pengedaran narkoba. Bisa dibilang, Ronie berani menjerumuskan diri kedalam lubang buaya. Banyak nama yang ia kantongi dari penelusuran yang dilakukan, diantaranya, Martin Cahill, Gerry Hutch, dan John Giligan. Walau demikian, hingga Martin Cahill terbunuh, Ronie masih belum bisa menunjukkan fakta apapun tentang kasus itu.

Tindakan Ronie ini membuat para gembong narkoba itu gusar. Apalagi ia sedikit demi sedikit mulai mempublikasikan hasil penelusurannya. Hingga suatu ketika, pada saat pesta perayaan malam natal, wartawan wanita kelahiran tahun 1958 itu pun diserang dan ditembak paha kanannya, oleh seorang bertopeng yang menerobos masuk ke kamar sesaat sebelum Ronie bergabung dengan keluarganya diruang pesta bersama keluarga -belakangan diketahui bahwa pelaku penembakan terhadap dirinya adalah orang suruhan Jhony, salah seorang nara sumber Ronie sekaligus kaki tangan bandar narkoba bernama John Giligan.

Ronie pun terbaring dirumah sakit, banyak media yang mengekspose tentang peristiwa itu. Para kerabat berdatangan serta membujuknya untuk tidak melanjutkan misi itu kembali. Bahkan, secara pribadi dengan jelas pimpinannya di harian Sunday Independent meminta Ronie untuk menulis artikel lain saja. Namun tidaklah sampai disitu perjuangan seorang Ronie, tekadnya adalah menguak fakta selebar-lebarnya. Dan mungkin inilah bukti idealisme sang Jurnalis. Bahwa investigasi seorang jurnalis tidak akan pernah selesai hanya karena berbagai tekanan atau bahkan ancaman, melainkan akan selesai dengan adanya hasil final dari investigasi itu sendiri. Karena fakta seorang jurnalis adalah fakta yang tidak dapat dipolitisir sekalipun dengan iming-iming harta yang berlimpah. Demikian dibuktikan Ronie saat bersua dengan Jhony yang ketika itu berupaya menyogoknya dengan uang agar menghentikan misi. Tanpa ragu sedikitpun ia menolak dan berusaha bersikap profesional.

Pada suatu malam, ia mendapat ancaman dari John Giligan melalui telpon. Sebuah ancaman yang cukup membuatnya merasa takut dan menagis ketika itu, karena yang dituju adalah anaknya. Giligan mengancam akan menculik dan kemudian memperkosa anaknya serta membunuh dirinya. Akan tetapi perasaan takut itu tidak lama. Ronie pun cukup tangguh untuk kemudian bangkit dan kembali melanjutkan misi besarnya, membongkar kasus sindikasi narkoba yang selama ini telah cukup merusak masa depan rakyat Irlandia. Bahkan ia mendatangi langsung rumah Giligan. Dan Ronie pun menghadapi nasibnya kembali, dia dipukul habis-habisan oleh Giligan sehingga remuk dan terluka.

Dan inilah kemudian detik-detik dimana Ronie mencapai titik terakhirnya menjalankan misi. Sesaat setelah ia keluar dari pengadilan atas kasus pelanggaran lalu lintas, dipersimpangan jalan di Naas ia dibunuh oleh dua orang berkendara motor dengan ditembaki secara bertubi-bertubi di dalam mobilnya. Dan Veronica Guerin pun tergeletak dan meninggal dalam mobil pada tahun 1996. Inilah jawaban dari idealisme seorang Ronie, wartawan harian Sunday Independent. Kematiannya memberikan pesan mendalam tentang dunia sesungguhnya seorang wartawan, sang pemburu fakta dan berita. Bahwa wartawan tidak serta merta sekedar kegiatan peliputan. Lebih dari itu wartawan adalah tulang punggung informasi dimana ia dituntut untuk selalu memangku idealisme dalam setiap menjalankan tugas kewartawanannya. Agar berita yang disampaikan kepada masyarakat adalah hasil final dan independen. Terlepas dari adanya unsur intrik dan politisasi pemberitaan.

Demikian artikel Veronica Guerin telah mengubah arus perang pada narkoba. Pembunuhan terhadapnya telah memicu Irlandia untuk bertindak. Ribuan orang berdemo di jalan setiap minggu kampanye anti narkoba. Dan itu membuat para pengedar di Dublin tersingkir dan memaksa para bandarnya untuk bersembunyi. Seminggu setelah kematiannya, dalam rapat parlemen pemerintah mengubah UU Republik Irlandia untuk mengijinkan pembekuan aset para tersangka bandar narkoba. Tahun itu juga, Biro Aset Kriminal (CAB) terbentuk dan berwenang memeriksa, menyita kekayaan tidak jelas dari tersangka kriminal. Ditahun berikutnya angka kriminal turun 15% (bahasa dikutip dari transliterasi cerita akhir film).

Sudah selayaknya film yang bergender jurnalistik ini menjadi bahan refleksi orang-orang yang berada dalam tugas kewartawanan. Film ini tidak sekedar menyajikan hiburan menarik dan menegangkan, akan tetapi pelajaran berharga tentang idealisme seorang wartawan. Cocok untuk kalangan muda yang bercita-cita ingin menjadi ataupun seorang wartawan menuju sosok wartawan ideal. Sang pemburu fakta sejati. Sehingga mampu mengubah wajah dunia jurnalistik yang selama ini terlalu banyak dipolitisir oleh kekuatan-kekuatan tertentu serta jauh dari nilai-nilai independensi. Dengan demikian, harapannya, semoga terwujud negara yang bersih akibat "kontrol sosial" dari wartawan-wartawati seperti sosok Veronica Guerin. SEMOGA.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun