Mohon tunggu...
Herman Wahyudi
Herman Wahyudi Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga\r\nOrganisasi: Himpunan Mahasiswa Islam (HMI-Yogyakarta)\r\nMulai menulis sejak: 2009\r\nMinat: Membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pesantren Waria; Realitas Lain di Balik Gempa Jogja 2006

28 Desember 2010   19:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:17 720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tepatnya pada tanggal 8 juli 2008, dibawah dukungan dan advokasi dari PKBI (Perhimpunan Keluarga Berencana Indonesia) Yogyakarta Divisi pengorganisasian komunitas waria, Pondok pesantren khusus waria senin-kamis pun diresmikan. "PKBI disini mendorong dan memotivasi tokoh pesantren waria yaitu Bu Maryani untuk bangkit lagi, dan PKBI menginisiasi", ucap Sonya mantap.

Disini agak terjadi kerancuan antara PKBI (sonya, red.) dan pihak ponpes sendiri ketika ditanya tentang siapa sebenarnya yang mempunyai inisiatif awal karena semuanya sempat sama-sama mengklaim. Namun, berdasarkan penulusuran tim reportase Sinergia, dapat diklasifikasikan bahwa ide awal membangun sebuah pengajian khusus waria dari Maryani dan sang kyai. Akan tetapi ide pelembagaan menjadi sebuah pesantren adalah atas prakarsa dan inisiasi serta dukugan dari PKBI. "Jadi PKBI memang menginisiasi dan memfasilitas", terang waria asal klaten itu disela-sela wawancara di kediamannya.

Dalam peresmian pondok pesantren yang dari segi penamaannya sarat kontroversial itu, hadir juga beberapa element masyarakat. Termasuk juga didalamnya pejabat pemerintahan dan tentuya Kyai Hamrulie sendiri. "pada waktu itu ada pak Bagus Subarjo anggota DPRD Yogyakarta, dari fraksi golkar", tandas Maryani.

Sesekali terlihat gadis kecil kesanyangan yang diasuhnya sejak masih berumur 9 jam itu berjalan-jalan didepan kami. Terlihat juga gadis kecil itu sesekali menyempatkan dirinya ke pangkuan Maryani dan Maryani pun mengelus-elus keningnya dengan penuh kasih sayang. Sungguh terlihat jelas kasih sayang diantara mereka. Bak seorang ibu dan anak kandung sendiri. "Untuk lembaga saya sempat berkunjung ke LKiS, Aji Damai, dan mereka pun mendukung. Dan kemudian dari PKBI juga, mereka sangat mendukung sekali. Pernah juga memberikan pelatihan untuk salon dan penyuluhan kesehatan sekaligus cek kesehatan gratis, kan akhir-akhir ini banyak penyakit HIV," lanjut waria berumur 40 tahun itu sambil mengingat-ingat kembali peristiwa itu.

Seiring perkembangannya, selama 2 tahun berjalan tentu banyak hal-hal yang telah dilalui. Baik itu berupa gejolak-gejolak yang timbul dari eksternal pesantren maupun dari internal pesantren. Dari internal pesantren sendiri pernah sesekali aktifitas pesantren vakum. Penyebabnya, sang kyai pernah "nyeleneh" dari tujuan awal berdirinya pesantren waria sendiri. "Jadi kemarin begini, pak Kyai pernah mengatakan bahwa pesantren ini ditujukan untuk pertobatan." Cerita Sonya, waria yang masih berumur 26 tahun itu. "Ya kami tidak setuju, kan pesantren ini dimaksudkan untuk memfasilitasi kegiatan keagamaan teman-teman waria saja, bukan memaksa waria untuk kembali ke kodratnya." Lanjutnya.

*Tulisan ini sudah di publikasikan di Majalah Sinergia LAPMI SINERGI HMI Cabang Yogykarta pada edisi Juli-Agustus 2010

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun